welcome to my blog

Selasa, 10 Mei 2011

psikologi tentang anak gadis pada masa remaja atau adolence



BAB II
PEMBAHASAN

A.   REMAJA
          Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity(Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
          Menurut Papalia dan Olds (2001), Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
          Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), Masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
          Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada Masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
     Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
B.   ASPEK-ASPEK DALAM PERKEMBANGAN REMAJA
Ø   Perkembangan fisik
          Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot,  dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
Ø   Perkembangan Kognitif
          Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
          Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).
          Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
          Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
          Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Ø   Perkembangan kepribadian dan sosial
          Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
          Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
          Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).




C.   CIRI-CIRI MASA REMAJA
          Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis.
       Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja :
1.         Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress.
       Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2.         Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.
Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3.         Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4.             Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5.             Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain:
·            Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
·            memperoleh peranan sosial
·            menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif
·            memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
·            mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
·            memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
·            mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.



D.   ANAK GADIS PADA MASA ADOLESENCE ( REMAJA AKHIR )

*      Oleh Simund Freud, Adolesence merupakan edisi ke-2 Oedipus ( pubertas akhir atau pascapubertas ) umurnya 17-19 tahun atau 17-21 tahun. Pada masa ini ada banyaak konflik antara isi psikis yang kontradiktif terutama sekali konflik pada relasi anak muda dengan orang tua dan cintanya.
*      Masa Adolesence terjadi pematangan fungsi psikis dan fisik yang berlangsung secara teratur. Masa ini pula di sebut kunci penutup dari perkembangan anak.
*      Pada masa Adolesence mulai mengawasi diri, mencintai diri, dan merenungi diri sendiri dan akhirnya mampu menemukan keseimbangan dan keselarasan antara sikap dalam diri dengan sikap luar ke dunia objektif.
*      Perbedaan karasteristik ada 3 fese yaitu :
1.         Masa prapuber ( 12-14 tahun ) biasanya anak-anak pada masa ini sering merasakan bingung, cemas, takut, gelisah, gelap hati, bimbang, risau, sedih hati, rasa minder, dan lain-lain. Anak tidak tahu sebab musibah dari macam-macam perasaan kontradiktif yang menimbulkan kerisauan hatinya. Bimbingan dan didikan sangat di butuhkan dari para guru, orang tua, konsultan, dan psikologi.
2.         Masa puber ( 14-17 tahun ) anak muda menginginkan dan mendambakan sesuatu dan mencari-cari sesuatu, namun apa sebenarnya ” sesuatu ” yang di cari dia sendiri tidak tahu. Anak muda sering sunyi di hati dan menduga dia tidak  mengerti orang lain dan tidak mengerti oleh pihak luar.
3.         Masa Adolesence ( 17-19 tahun ) anak muda mulai merasa mantap, stabil dan mulai mengenal dirinya dan ingin hidup yang di gariskan sendiri dengan iktikad baik dan keberanian. Dia mulai memahami arah hidupnya, dan menyadari tujuan hidupnya, dia mempunyai pendirian tertentu berdasarkan pola hidup yang jelas yang baru di temukannya. Masa Adolesence perjuangan terakhir bagi anak remaja mencoba mendidik diri sendiri dan membentuk kedewasaan.



*      Fantasi sosial anak Adolesence
Syarat utama bagi kesehatan psiko-phisik harus menjadi pria dewasa dan anak gadis menjadi gadis dewasa dan nasib manusia di tetukan oleh organ kelaminnya.
1.         Kesulitan paling besar bagi orang-orang muda ialah memutuskan relasi-relasi emosional dan objek identifikasi lama.
2.         Mengalahkan kepasifannya, lalu menemukan relasi emosional dan objek identifikasi baru yang mantap.
3.         maka beraturan antara elemen-elemen progresif melawan elemen regresif  sering memanifestasikan dalam bentuk masrtubasi.
*      Kematangan organ kelamin, maka banyak memunculkan dorongan seksual, sehingga terjadi banyak ketegangan psikis dan fisik.
1.         -      Bagi anak laki-laki Adolesence banyak melakukan mastrubass ( penegangan alat kelamin untuk mencapai organisme kenikmatan liwat tangan atau alat mekanik ), bahkan nakal-bandel menyalurkan ketegangan sekaligus mengetes kepribadiannya wanita tunasusila, gadis-gadis melakukan relasi seksual.
-            Kelamin anak laki-laki satu-satunya milik paling berharga dan membanggakan, sangat berarti dan harus di jaga agar alat tersebut berfungsi dengan baik.
2.         Bagi anak gadis Adolesence, alat kelaminnya adakalanya menimbulkan rasa malu dan rasa rendah diri. Hal ini di sebabkan anak beranggapan alat kelaminnya merupakan cloaca ( parit pembuangan ) yang kotor, menjijikan, saluran pembuangan, urine dan haidnya, dengan demikian pikiran sedenikian itu tidak betul.

Gadis Adolesence, unsur erotik lebih lama dan lebih intensif di hayaati terutama sekali di sebabkan oleh perbedaan anatomis.
Gadis Adolesence memiliki kehidupan fantasi gambaran bayangan masa mendatang yang ingin di realisasikan kelak di kemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill.
Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.
Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada University Press.

Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill

Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston: Ally & Bacon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar