welcome to my blog

Minggu, 22 Mei 2011

kehamilan EKTOPIK

BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik adala suatu kehamila yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan beshubungan dengan besarnya kemungkinan yang terjadi keadaan yang gawat.keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dihadapi oleh setiap dokter,karena sangat sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertaa kali adalah dokter umum dan dokter ahli lainnya , maka dari itu, perli diketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan ektpopik,terganngu serta diagnosis direferensialnya. Hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haidyang disertai dengan nyeri perut bagian bawah,perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu.
Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini kami bertujuan membahas tentang bagaimana kita mengertahui dan memahami penyebab, tanda dan gejala serta, cara penanganan kahamilan ektopik pada ibu agar kita sebagai mahasiswa penerus bidan yang akan datang dapat mengetahui secara pasti sesuai dengan ilmu yang terkandung yang kita dapatkan sekarang.









BAB II
KEHAMILAN EKTOPIK

A. PENGERTIAN KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik adalah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak ditempat yang normal yaitu dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai. Diantara kehamilan ektopik yamg banyak terjadi ialah terjadi di tuba (90%), khususnya di ampulla (Wiknjosastro, 2007).
 .DEFINISI
Kehamilan etopik terja bila telufr yang di buahi berinplantasi dan tumbuh di luar endometrium kafum uteri.kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada parts interstisialis tuba dan kanalis serfitalis masih termasukdalam uterus,tetapi jelas bersifat ektopik . sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba.sangat jarang terjadi inplantasi pada ofarium,rongo perut,kanalis serfikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter,dan di fertikel pada uterus.berdasarkan inplantasi hasil konsepsi pada tuba ,terdapat kehamilan pars interstisialis tuba kehamilan pars ismikatuba kahamilan ampularis tuba dan kehamilan infundibulum tuba.
 FREKUENSI
Pemakaian antibiotika dapat meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik.antiboditika dapat mempertahankan terbentuknya tuba yang menggalami infeksi ,tetapi perlekatan menyebapkan pergerakan silia dan peritalisis tuba tergungu dan menghambat perjalanan kofum yang di buahi oleh ampula kerahim sehingga implatasi terjadi pada tuba. Kontrasepsi juga mempegaruhi frekuensi kehamilan ektopik dengan jumlah kelahiran diruma sakit.
Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum didalam ovarium. Satu ovum dikeluarkan dari folikel ovarium dan masuk kedalam rongga abdomen pada pertengan daur seksual bulanan. Ovum ini kemudian berjalan melewati salah satu tuba fallopi menuju uterus, dan jika sudah dibuahi oleh sperma, akan tertanam didalam uterus, tempat diman ovum akan berkembang menjadi janin. Ovum dikelilingi oleh satu lapis sel-sel granulose yang disebut folikel primordial. Pada tahap ini ovum sendiri belum matang, membutuhkan dua pembagian sel lagi untuk mencapai kematangan. Yang disebut oosit primer. Pada kehamilan minggu ke-30, jumlah ovum telah mencapai kira-kira 6 juta, sebagian besar telah berdegenerasi, sehingga hanya kira-kira 2 juta ovum didalam kedua ovarium pada saat melahirkan (Guyton, 1997).
Menurut Prawirohardjo (2007) berdasarkan lokasinya, kehamilan ektopik dapat dapat dibagi dalam beberapa golongan yaitu sebagai berikut:
a).Tuba Fallopii
Tuba fallopi terdiri atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. pars interstisialis
2. isthmus
3. ampulla
4. infundibulum
5. fimbria
b).
Uterus terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
1. kanalis servikalis
2. divertikulum
3. koruna
4. tanduk rudimenter
c).Ovarium
d). Intraligamenter
e).Abdominal

Abdominal terdiri dari 2 bagian yaitu sebagai berikut:
1. primer
2. skunder

sedangkan pada lokalisasi selebihnya tidak disebutkan karena sulit untuk menentukan tempat terjadinya kehamilan ektopik. Seandainya disebutkan atau bila dinyatakan tidak dapat dibuktikan.


Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik (Ayuzha, 2009)

Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang telah dibuahi dimana saja selain lokasi normal dalam uterus. Setiap hambatan yang mengganggu lewatnya ovum disepanjang perjalanannya melewati oviduktus ke uterus mempermudah terjadinya kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik ini disebabkan oleh peradanagan di oviduktus. Kehamilan ovarium mungkin terjadi jika ovum yang dibuahi dalam folikel tepat saat folikel ruptur (Cotran, 2007).
Kehamilan ektopik merupakan kejadian kehamilan diluar kavum uteri, insidennya menunjukkan peningkatan. Insiden kehamilan ektopik di inggris sebesar 10-12 per 100 kehamilan. 65% diantaranya terjadi pada umur sekitar 25-34 tahun. Setelah satu kehamilan ektopik terjadi kembali sekitar 10-20%. Sampai saat ini tempat yang paling sering terjadi kehamilan ektopik adalah tuba falopi dan lebih jarang terjadi di ovarium. Pada beberapa kasus, ditemukan kelainan pada tuba falopi seperti radang kronis. Diperkirakan akibat adanya cacat pada transpor tuba falopi. Adanya IUD memberikan peningkatan resiko kehamilan ektopik (Underwood, 1999).

Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya (Prawirohardjo, 2007).









Gambar 2. Kehamilan ektopik terjadi dibagian dalam saluran telur dan luar kantung rahim (Britannica, 1998)


jacoeb (2007) membagi kehamilan ektopik dari segi endokkrinologi, maka kehamilan dibagi atas tiga masa yaitu:
1) Kehamilan muda
Masa ini ditandai oleh meningkatnya pembentukan hCG dari sel-sel tofoblas dan perubahan korpus luteum menjadi korpus luteum gravitiditatis. Korpus luteum graviditatis ini nantinya akan memproduksiestrogen dan progesteron.
2) Kehamilan pertengahan triwulan petama
Pada masa ini produksi hCG yang semula meningkat mulai menurun. Estrogen dan progesteron tidak dihasilkan lagi oleh korpus luteum graviditatis, melainkan oleh plasenta.
3) Kehamilan triwulan kedua dan ketiga
Pada masa ini plasenta menghasilkan steroid seks dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu terjadi pula peningkatan hormon PRL dari hipofisis anterior. Plasenta juga membentuk human chorionic somatomammottropin (hCS), human placental lactogen (hPL), atau human chorionic thytrotropin (hCT).








 Faktor Penyebab Kehamilan Ektopik
Penyebab utama kehamilan ektopik adalah salpingitis akut: aglutinasi permanen pada lipatan endosalping dapat memungkinkan lewatnya sperma yang berukuran lebih kecil sementara ovum yang telah difertilisasi (morula) terperangkap dalam kantung tertutup yang terbentuk akibat perlengketan. Kegagalan kontrasesps, perubahan hormonal dan terminasi kehamilan sebelumnnya juga berperan untuk meningkatkan kehamilan resiko kehamilan ektoipik (Norwitz, 2008).


 ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebapnya tidak di ketahui. tetapi kehamilan di mulai dengan pembuahan telur dibagian ampula tuba dan dalam parjalanan keuterus tulur mengalami hambatan sehingga padasaat nidasi masih di tuba dipermudah.
1). Faktor dalam lumen tuba
 Faktor dalam lumen tuba
a. endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b. pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.
 Faktor pada dinding tuba :
a. endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.
b. devertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi ditempat itu.
 Faktor diluar dinding tuba :
a. perlekatan peritubal dengan distori atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.
b. tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
 Faktor lain :
a. migrasi luar ovum, yaitu perjalan dari ovarium kanan ketuba kiri atau sebaliknya. Hal ini dapat memperpanjang sel telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
b. fertilisai in vitro.

 PATOFISIOLOGI
Proses patologi implantasi ofum yg dibuahi yg terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di fakum uteri,telur dituba bermidasi secara kolumner atau interkolumner.pada yang pertama telur berimlantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping perkembangan sel telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya fasku arisasi dan biasanya telur mati ecara dani dan kemudian diresorbsi.pada imdasi interkulumner telur bermadasi antara 2 jonjot endosalping setelah tempat di midasi tertutup,maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.kerna pembentuk an desidua di -tuba tidak sempurna malah kadang-kadang tidak tampak dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot dengan menusuk jaringan dan pembuluh darah perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor seperti tempat implatas,tebel dinding tuba,dan banyaknya pendarahan oleh infasi inrofoblas. Pengarang Profesor Doktor Dokter Sarwono Prawiroharjo,SpOG (13 Maret 1906 -10 Oktober 1983) Dan profesor Doktor Hanifa Wiknjosastro,SpOG (18 September 1915 -18 Februwari 1995).




















Gambar 3. Komplikasi Kehamilan Ektopik (Klikdokter, 2008/b)
.
Menurut Mochtar (1998) Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik yaitu sebagai berikut, faktor uterus yaitu tumor rahim yang menekan tuba. Faktor tuba yaitu penyempitan lumen tuba oleh Karena infeksi endosalfing, tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk. Gangguan Fungsi rambut getar (silia tuba)










ANATOMI DAN FISIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK
Anatomi Kehamilan Ektopik
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kehamilan ektopik paling banyak terjadi di tuba, adapun anatomi kehamilan ektopik adalah sebagai berikut :
Tuba Fallopii
Menurut Manuaba (2004) tuba fallopi berasal dari duktus Mulleri, panjangnya sekitar 11-14 cm. Tuba fallopii terdiri dari:
1) Pars interstisialis: 3-5 cm dalam dinding uterus.
2) Pars istmika, bagian tersempit dengan diameter 2-3 mm.
3) Pars ampula, bagian terlebar dengan diameter 4-10 mm.
4) Pars infundibulum tubae, fimbriae dapat melakukan ovum pick up mechanism.
5) Otot tuba identik dengan otot polos, yaitu: longitudinal dan sirkular, yang kedua otot ini dipengaruhi otot perbandingan antara estrogen dan progestron.
6) Mukosa berlipat-lipat, terutama di bagian ampula:
a) Epitel kubik sampai silindris dengan sebagian mempunyai villi.
b) Mempunyai kelenjar yang dapat mengeluarkan cairan.
c) Villi berfungsi untuk mengalirkan cairan ke arah uterus.
d) Gerak villi dipengaruhi oleh perbandingan estrogen dan progestron. Estrogen mengaktifkan gerak villi, sedangkan progestron menghambat gerak villi.
7) Sitem pembuluh darah tuba, yaitu: Ramus tubarisus art uterina asenden dan Ramus tubarius art ovarika, melalui ligamentum infundibulopelvikum.
8) Sistem aliran limfe – bersama dengan fundus uteri melalui ligamentum infundibulopelvikum menuju kelenjar limfe para aorta.
Didnding tuba merupakan lapisan luar dari kapsularis yang merupakan lapisan dalam dari hasil konsepsi. karena tuba tidak dan bukan merupakan temoat normal bagi kehamilan, maka sbagian besar kehamilan tuba akan terganggu pada umur enam sampai sepuluh minggu kehamilan. nasib dari konsepsi bias mati dan kemudian diresorbsi, terjadi abortus tuba, ibu mengalami keguguran dan terjadi rupture tuba. bila robekan kecil maka hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba, sedangkan dari robekan terjadi pendarahan yang banyak (Lutan, 1998).



Perdarahan yang terjadai karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villikoriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus pada lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi korialis kearah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismmika (Wiknjosastro, 2007).


Gambar 4. Tuba fallopi terlihat pada kanan atas dan kanan bawah (Academic, 2008)

Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vasakularisasi kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna (Rachimhadhi, 2007).
Ditemukan meningkatnya kejadian kehamilan ektopik mungkin sekali berkaitan dengan meningkatnya infeksi tuba falopi. Diperkirakan akibat adanya cacat pada transpor tuba falopi. Adanya IUD memberikan peningkatan resiko kehamilan ektopik. Pada peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba., ovum untuk sebagian atau seluruh nya ikut memasuki lumen tuba dan keluar daari ostrium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan pada ampulla; darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
Peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi olah tekanan dari dinding tuba (Wiknjosastro, 2007).

Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5.25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.uterus ini sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik (Wiknjosastro, 2007).
Uterus merupakan genitalia vital bagi wanita. Bentuk uterus seperti buah pir dengan ukuran 7,5x5,5x2,5 cm, berat normal sekitar 55-60 gram. Dapat dibagi 2/3 korpus uteri dan 1/3 serviks uterina. Uterus merupakan jaringan dengan susunan otot tiga lapis, longitudinal, sirkular, dan oblika dengan anyaman sedemikian rupa. Fungsi uterus sangat berat khususnya untuk prokreasi dengan jangka waktu yang panjang sekitar 280-288 hari. Berat uterus pada wanita hamil sekitar 9-12 kilogram (Manuaba, 2004).
Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri ats jaringan ikat yang tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis. Didalamnay ditemukan banyak pembuiluh darah, antara lain vena dan arteria uterina. Ligamnetum sakro-uterinum sisnistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, ke arah os sakrum kiri dan kanan. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus dari dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan (Wiknjosastro, 2007).http:/en.academikru/pictures/anwiki/71/gray 589.Dikes 13 maret 2010










Gambar 5. Uterus terlihat pada bagian atas (Skygle, 2008)


Vagina
Vagina adalah sebuah tabung berlapis otot yang membujur keatas dan condong kebelakang, sejak dari vestibulum hingga ke rahim. Selain berlapis otot juga dikelilingi jaringan pembuluh darah yang akan penuh ketika ada ransangan seksual. Dalam keadaan biasa tabung menyempit karena dinding-dinding saling mendekat. Vagina adalah saluran penghubung antara vestibulum pudendi dan seik uteri. Panjang dinding depan 9 cm dan dinding belakang 14 cm, epitelnya adalah epitel gepeng berlapis yang mengandung banyak glikogen (Daili, 2007).
vagina menerima aliran darah dari cabang desenden art uterine cabang Art hipogastrik, memelihara serviks, dua pertiga vagina bagian atas berasal dari duktus mulleri. Art uterine masuk melalui ligamentum kardinale mackonrodt, dekat serviks. vagina yang berasal dari kloaka mendapatkan darah dari Art pundendalis interna, ranting dari Art rektalis mediana, keduanya mengadakan anantomosis disekitar vagina bagian bawah dan cabang vagina Art vesikalis inferior (Jones, 2005).




Gambar 6. Vagina (Lolitafiles, 2009)




Gambar 7. Vaginal fornix (Materinstvo, 2008)

Epitel vagina terdiri dari epitel bertingkat yang cukup tidak mengandung kelenjar, tetapi dapat terjadi transudasi karena dibawah epitel vagina banyak terdapat banyak pembuluh darah, khususnya hubungan seks. Mukosa vagina 1/3 bagian bawah mempunyai lipatan-lipatan horizontal yang disebut “rugae”. Pada gadis atau mereka yang tidak mempunayai anak, rugae-rugae tersebut masih jelas tampak. Pada dinding vagina sering terdapat kista garner, sebagai sisa dari duktus wolfii. Asalkan tidak menggangu gartner, tidak memerlukan pengobatan. (Manuaba. 2004).



Vagina mendapatkan darah dari arteria uterina, yang melalui cabangnya keserviks dan vagina memberikan darah kebagian bawah 1/3 atas vagina. Arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberi darah 1/3 bagian tengah. Arteria hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna, yang memberikan darah ke bagian 1/3 bawah vagina Cabang desenden Art uterine cabang Art hipogastrik, memelihara serviks, dua pertiga vagina bagian atas berasal dari duktus mulleri. Art uterine masuk melalui ligamentum kardinale mackonrodt, dekat serviks. Vagina yang berasal dari kloaka mendapatkan darah dari Art pundendalis interna, ranting dari Art rektalis mediana, keduanya mengadakan anantomosis disekitar vagina bagian bawah dan cabang vagina Art vesikalis inferior. (Wiknjosastro, 2007).
Ovarium
Terletak di bagian belakang fossa ovarika. Ovarium berkaitan dengan uterus melalui ligamentum ovarii properium di bagian belakang ligamentum lantum, sistem pembuluh darah berasal dari ramus ovarika – art ovarika dan ramus ovarika – art uterina asenden. Mesovarium adalah bagian dari ligamentum latum yang menghubungkan ovarium dengan ligamentum latum. Bagian ovarium yang mengarah ke peritenium, tertutup oleh lapisan epitel kubik atau silindris, disebut “Eputhelium germinativum”. Ukuran ovarium 1,5 x 3 x 2,5 cm dengan berat 4-6 gram. Pada korteks ovarii terdapat folikel dengan berbagai kematangan yang setiap bulan siap untuk terjadi ovulasi. Jumlah folikel sekitar ribuan, namun yang mampu dalam siklus primordial sampai graaf folikel, hanya sekitar 600 buah, jika wanita tersebut tidak kawin (Manuaba. 2004).

Gambar 8. Ovarium (Radiographics, 2004)



Secara normal,sel telur dibuaaha di tubafalopi dan tertanam dirahim meskipun begatu jika pipa menyempit atau tersumbat sel telur bisa bergerak lambat atau tersangkut sel.
telur yang dibuahi bisa tidak pernah sampai ke rahim, mengakibatkan kehamilan ectopik. Kehamilan ectopic biasanya terjadi di salah satu tuba falopi (sebagai kehamilan tubal) tetapi bisa terjadi di tempat lain. Janin dalam kehamilan ektopik tidak bisa bertahan hidup. http://ayajha 2.files.wordpres.com/2009/08/etro i.-Diaskes 3 April 2010.s


Fisiologi Kehamilan Ektopik
Manusia baru mulai terbentuk ketika sebuah sel sperma dari sekian juta yang keluar waktu bersenggama berhasil membuahi sel telur (ovum). Dari berjuta-juta sel sperma yang masuk pada ujung atas vagina, hanya beberapa ribu saja yang berhasil menerobos masuk ke dalam rongga rahim. Dari jumlah itu hanya beberapa ratus yang mampu mencapai saluran telur melalui bagian tanduk (cornu) rahim. Manusia baru sebenarnya mulai tersusun ketika kromosom-kromosom dari sel sperma dan sel telur itu bergabung menjadi satu. Dengan dikendalikan oleh gen, sel kemudian membelah diri sampai terbentuk manusia baru, seperti yang telah diuraikan di depan (Jones, 2005).
Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur, pembuhan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang menggelumbung dari tuba falopii. Di sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang banyak mengeluarkan ragi untuk melindungi zat-zat yang melindungi ovum, kemudian masuklah satu sel mani dan bersatu bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini yang disebut pembuahan (Mochtar, 1998).
Sel sperma mempunyai kepala, badan, dan ekor. Dikepala terletak kromosom, sedang badannya merupakan sumber tenaga, dan ekornya bertugas sebagai pendayung ketika berenang di daerah kelamin wanita. Ketika mencapai sel telur, kepalanya menembus kulit luar sel telur. Kepala itu kemudian terpisah dari badan dan ekor, yang tertinggal di kulit telur dan hancur Sel telur di bentuk sebelum wanita dilahirkan, dan sesudah itu tidak ada sel telur



bsaru yang berkembang. Hal iini berbeda dengan yang terjadi pada pria. Pada pria, sel sperma secara terus menerus dibentuk sejak masa remaja hingga lanjut usia (Sadler, 1997).







Gambar 9. Struktur sperma (Wikimedia, 2008)



Gambar 10. Struktur ovum (Tutorvista, 2009)

Ketika memasuki sel telur, kepala sel sperma (tempat kromosom tersimpan) terkupas kulitnya sehingga kromosom terbuka. Dengan demikian, bertemulah dua kelompok kromosom yang masing-masing terdiri dari 23 buah, untuk kemudian bersatu dan membentuk sel baru yang berkromosom 46. Dengan cara ini, jumlah kromosom dalam sel manusia dapat dipertahankan agar tetap 46 buah (Jones, 2005).
Fertillisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampulla tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakan ke kavum uteri dan di tempat yang akhir ini mengadakan inplantasi di endometrium. Keadaan paa tuba yang menghambat atau menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa inplantasi terjadi pada endosalping; selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang dibuahi memberi pradisposisi untuk implantasi diluar kavum uteri, akan tetapi kiranya hal ini tidak banyak terjadi (Rachimhadhi, 2007).
Pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita., terjadi di ampulla tuba falopi. Spermatozoa bergerak dengan cepat kedalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus didalam tuba.Spermatozoa dapat bertahan hidup didalam saluaran reprodiksi wanita selam kira-kira 24 jam (Sadler 1997).

gambar 10. Sperma menembus ovum (Dicts, 2009)
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim, peristwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi
diperlukan waktu kira-kira enam sampai tujuh hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri atau plasenta hasil dari nidasi ini adalah
blastula. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua. Blastula ini akan masuk kedalam desidua. Bila nidasi telah terjadi dimulailah diferensiasi sel-sel blastula (Mochtar, 1998).
Wanita memiliki sifat kewanitaannya, karena setiap sel dalam tubuhnya memiliki 44 otosom dan dua kromosom X, kecuali sel telurnya. Sifat kewanitaan itu di perkuat oleh tidak adanya kromosom Y dalam sel-sel tubuh. Karena tidak memiliki kromosom Y, maka alat kelamin akan berkembang sebagaimana mestinya. Juga didapat bukti-bukti, dengan tidak adanya kromosom Y membuat seorang wanita memiliki jiwa yang fiminin (Jones, 2005).


Gambar 11. Proses kehamilan (Britannica, 1998)
Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum graviditatis dan trofoblas, uterus menjadai besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan etopik. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping, tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehammilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan olehpelepasan desidua yang degrenatif (Wiknjosastro, 2007).http://media- 2.wep britania.com/eb-media /89/2689-004-554fi Dikes Apil2010.




 PENANGANAN
Penanganan pada kehamila ektopik pada umunya adalah laparotomi.dalam tinadakan demikian,beberapa hal harus diperhatikan dan di pertimbangkan yaitu kondisi penderita pada saat itu,keinginan penderita akan sistem reproduksinya,lokasi kehamilan ektopik,kondisi anatomi organ pelvik, kemampuan tehnik bedah mikro dokter operator,dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpigetomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpigostomi atau reanastomosis tuba,apabila kondisi penderita buruk misalnya dalam keadaan syok , lebih baik dilakukan salping gektomia. Pada khusus kehamilan ektopik dipars ampularis tuba yang belum pecah pernah ditangani dengan menggunakan kemo terpi untuk menghindari tindakan pembedahan.kriteria khusus dengan pengobatan cara ini : kehamilan dipars ampullaris tuba belum pecah,diameter kantung gistasi kurang atau sama dengan 4 cm,pendarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml.

 prognosis
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral,sebagai wanita menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0% - 14,6 %.untuk wanita dan anak yang sudah cukup,sebabnya pada operasi dilakukan salpigektomia bilateralis dengan sendirinya hal ini perlu disetujui oleh suami istri sebelumnya.












BAB III
A.KESIMPULAN
Penyebab utama kehamilan ektopik adalah salpingitis akut: aglutinasi permanen pada lipatan endosalping dapat memungkinkan lewatnya sperma yang berukuran lebih kecil sementara ovum yang telah difertilisasi (morula) terperangkap dalam kantung tertutup yang terbentuk akibat perlengketan. Kegagalan kontrasesps, perubahan hormonal dan terminasi kehamilan sebelumnnya juga berperan untuk meningkatkan kehamilan resiko kehamilan ektoipik.
B.SARAN
Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit sehingga bisa dilakukan penanganan labih awal dan menghindari terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjadinya terjangkitnya penyakit ini. Keperawatan harus memberikan asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan.



















DAFTAR PUSTAKA

Academic. 2008. (Online). http://en.academic.ru/pictures/enwiki/71/Gray589.png. Diakses 13 Maret 2010.Oleh Jacoeb, T.Z. 2007.Ektopik tiologi Reproduksi Pada Wanita. Dalam : Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Cetakan Kesembilan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.(


Ayuzha. 2009. (Online). http://ayuzha2.files.wordpress.com/2009/08/etro1.jpg. Diakses 3 April 2010.Oleh Jarcho. 1949. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kesembilan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.P

Britannica. 1998. (Online). http://media-2.web.britannica.com/eb-media/98/26998-004-554F159B.jpg. Diakses 10 April 2010.
Jones, L.W. 2005. Setiap Wanita Panduan Terlengkap Tentang Kesehatan Kebidanan dan Kandungan. Delapratasa Publishing.

Pengarang Profesor Doktor Doktor Sarwono Prawiharjo, SpOG (13 Maret 1906- 10 Oktober 1983),Dan Profesor Doktor Hanifah Wiknjosastro,SpOG (18 September 1915-18 Febuari1995).
Penerbit yayasan bina pustaka sarwoso prawiroharjo bagian kebidanan dan kandungan fakultas kedokteran unefersitas indonesia, jln selenba raya 6,kota pos1432 jakarta pusat.




.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar