welcome to my blog

Minggu, 29 Mei 2011

anemia gizi besi

Diagnosis
Daignosis anemia defisiensi yang berat tidak sulit karena ditandai dengan ciri-ciri yang khas bagi defisiensi besi, yakni microcytosis dan hypochromasia. Anemia yang ringan tidak selalu menunjukan ciri-ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat ringan normositer dan normochtom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi dapat berdampingan dengan defisiensi asam folik. Yang terakhir menyebabkan anemia megaloblastik yang sifatnya makrositer dan hyperchrom. Anemia ganda demikian lazim disebut anemia dimorfis yang dapat dibuktikan dengan kurve price Jones.
Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi ialah a) kadar besi serum rendah; b) daya ikat besi serum tinggi; c) protoporphyrin eritrosit tinggi; dan d) tidak ditemukan hemosiderin (stainabel iron) dalam sumsum tulang.
Pengobatan percobaan (therapia ex juvantibus) dengan besi dapat pula dipakai untuk membuktikan defisiensi besi : jikalau dengan pengobatan jumlah retikulosit, kadar Hb dan besi serum naik sedang daya ikat besi serum dan protopophyrin eritrosit turun, maka anemia itu pasti disebabkan kekurangan besi.
Pemeriksaan sumsum tulang menunjukan erythropoesis yang normoblastik tanpa tanda-tanda typoplasia erytropoesis.

Terapi
Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu kurang dari 10 gr/100 ml, maka wanita dapat dianggap sebagai menderita anemia defisiensi besi, baik yang murni maupun yang dimorfis karena tersering anemia dalam keahmilan ialah aneia defisiensi besi.
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari seperti sulfat-ferrosus atau gluconas ferrosus. Hb dapat dinaikan sampai 10 g/100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir. Peranan vitamin C dalam pengobatan dengan besi masih diragukan oleh beberapa penyelidik. Mungkin vitamin C mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferry menajdi ion ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.
Terapi parenteral baru dilakukan apabila penderita tidak tahan akan obat besi per os, ada gannguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramuskular dapat disuntikan dekstran besi (imferon) atau sorbitol besi (jectofer). Hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita merasa nyeri di tempat suntikan.
Juga secara intravena perlahan-lahan besi dapat diberikan, seperti ferrum oxidum saccharatum (ferrigen, ferrivenin, proverrin, vitis), sodium diferrate (ferronascin), dan dekstran besi (imferon). Akhir-akhir ini imferon banyak pula diberikan dengan infus dalam dosis antara 1000-2000 mg unsur besi sekaligus, dengan hasil yang sangat memuaskan (Hudono, 1970;1974; Mochran,1974). Walaupun besi intravena dan dengan infus kadang-kadang menimbulkan efek sampingan, namun apabila ada indikasi yang tepat, cara ini dapat dipertanggungjawabkan. Komplikasi kurang berbahaya dibandingkan dengan tranfusi darah.
Tranfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan-walaupun Hb nya kurang dari 6 g/100 ml – apabila tidak terjadi perdarahan. Darah secukupnya harus tersedia selama persalinan, yang segeraharus diberikan apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak lebih dari 1000 ml.
Pencegahan
Di daerah-daerah dengan frekuensi anemia kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau gluconas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makanlebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.
Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan daalm kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.
Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum.

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau kurang dari 6gr%, disebut anemia grafis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, teruitama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menajdi pemeriksaan darali rutin selama pengawasan antenatal, sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
Penyebab anemia umumnya adalah:
1. kurang gizi (malnutrisi)
2. kurang zat besi dalam diet
3. malabsorbsi
4. kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain
5. penyakit-penyakit kronik:TBC, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.

Dala kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolumia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding dengan bertambahnya dengan plasma darah. Perbandingan pertambahan tersebut:
- plasma darah bertambah 30 %
- sel-sel darah bertambah 18%
- hemoglobin bertambah 19%

secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu peningkatan kerja jantung.

Frekuensi
Laporan-laporan dari seluruh dunia menyebutkan bahwa seluruh dunia menyebutkan bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, terutama di negara-negara berkembang, yaitru 10-20%.

Pengaruh anemia dalam kehamilan, persalinan dan nifas
1. keguguran
2. partus prematurus
3. inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4. atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5. syok
6. afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
7. infeksi intrapartum dan dalam nifas
8. bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4gr%) terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan perslainan, bahkan bisa fatal.

Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membentuk zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa dan sum-sum tulang.
Selam masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membtuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
1. keguguran
2. kematian janin dalam kandungan
3. kematian janin waktu lahir
4. kematian perinatal tinggi
5. prematuritas
6. dapat terjadi cacat bawaan
7. cadangan besi kurang

klasifikasi anemia dalam kandungan
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
2. anemia megaloblastik (29,0%)
3. anemia hipoblastik (8,0%)
4. anemia hemolitik (0,7%)

anemia defisiensi besi
anemia jenis ini biasanya berbentuk normisitik dan hipokromik serta paling banyak dijumpai. Penyebabnya telah dibicarakan diatas sebagai penyebab anemia umunya.

Pengobatan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
- FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg – 15 mg – 15 mg
- LIPI Indonesia (1968):12 mg – 17 mg – 17 mg.

Kemasan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral.
- per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x 0,20 mg.
- Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian oral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskular atau intravena. Kemasan ini antara lain :imferon, jectofer, dan ferrigen. Hasilnya lbih cepat dibandingkan peroral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar