tag:blogger.com,1999:blog-9045658720415129802024-03-07T23:51:08.410-08:00ayulesyudinblog ini berisi tentang materi yang berhubungan dengan kesehatan dan sosialUnknownnoreply@blogger.comBlogger85125tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-62213493206369279642011-07-24T19:48:00.000-07:002011-07-24T19:48:53.021-07:00PENATALAKSANAAN DIET PADA IBU HAMIL DENGAN KONSTIPASIDAFTAR ISI <br />
<br />
Halaman Judul <br />
Kata Pengantar <br />
Daftar Isi <br />
BAB I : PENDAHULUAN <br />
A. Latar Belakang <br />
B. Tujuan <br />
BAB II : PEMBAHASAN <br />
A. Definisi Konstipasi <br />
B. Faktor Psikologis <br />
C. Dasar Diagnosis Konstipasi <br />
D. Pemeriksaan dan Diagnosa <br />
E. Gejala <br />
F. Penyebab <br />
G. Faktor Resiko <br />
H. Perubahan Fisiologis <br />
I. Penanganan Konstipasi <br />
J. Penatalaksanaan Diet pada Ibu Hamil dengan Konstipasi <br />
K. Contoh Menu Makan Ibu Hamil <br />
BAB III : KESIMPULAN <br />
Daftar Pustaka <br />
<br />
KATA PENGANTAR <br />
<br />
Syukur Alhamdulillah, kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita sekalian umat manusia,sehingga pada kesempatan ini juga, Makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. Nabi Pembawa cahaya dan kedamaian di muka bumi. <br />
Terima Kasih kami sampaikan kepada Ibu Raodah, selaku Dosen Pengasuh Mata Kuliah yang telah memberikan arahan dan bimbingannya, kepada semua pihak yang telah membantu juga disampaikan terima kasih pula. <br />
Makalah ini dengan Judul “PENATALAKSANAAN DIET PADA IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI KONSTIPASI” di maksudkan sebagai penambahan Literatur yang bisa dipelajari bersama dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. <br />
Akhirnya saya berharap semoga Makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Amin <br />
<br />
Penyusun <br />
<br />
<br />
<br />
BAB I <br />
PENDAHULUAN <br />
<br />
A. Latar Belakang <br />
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.<br />
Secara patofisiologi, konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.<br />
Berdasarkan modifikasi dari Walker Smith dkk 1983, keadaan yang menyebabkan konstipasi antara lain :<br />
1. Faktor mekanik : makanan yang dimakan rendah serat, kadar karbohidrat dan protein tinggi atau mendapat susu formula yang berlebihan. Obstruksi mekanis juga menimbulkan konstipasi misalnya Lesi stenotik anorektal.<br />
2. Faktor neurogenik : Lesi medula spinalis, postganglionik, antikolinergik serta penyakit yang menimbulkan komplikasi terhadap kebiasaan buang air besar.<br />
3. Faktor muskuler : Atoni dan defek matabolik, hipokalemia dan masukan cairan kurang.<br />
<br />
B. Tujuan Penulisan <br />
Berdasarkan uraian diatas adapun tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu : <br />
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konstipasi <br />
- Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konstipasi <br />
- Untuk mengetahui gejala konstipasi<br />
- Untuk mengetahui cara pencegahannya<br />
- Untuk mengetahui diet untuk Ibu hamil dengan konstipasi<br />
- Untuk mengetahui penatalaksanaan konstipasi<br />
<br />
BAB II <br />
PEMBAHASAN <br />
<br />
A. Definisi Konstipasi<br />
Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit. Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat vairasi yang berlainan antara individu. Konstipasi sering diartikan sebagi kurangnya frekuensi buang iar besar (BAB), biasanya<br />
kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadangkala<br />
disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB.<br />
Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut.<br />
Konstipasi berhubungan dengan jalan yagn kecil, kering, kotoran yang keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi.<br />
<br />
a. Faktor-Faktor Penyebab Defekasi<br />
Umur <br />
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi. <br />
<br />
<br />
<br />
Diet<br />
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon. <br />
Cairan<br />
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.<br />
Tonus Otot<br />
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise),<br />
imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.<br />
Faktor Psikologi <br />
Faktor psikologis seperti rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggganan menjadi hamil atau pelarian kesukaan hidup.<br />
Pada keadaan berat dan tidak terkontrol dapat terjadi dehidrasi, asidosis, kekurangan vitamin, berat badan menurun dan sebagainya.<br />
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.<br />
Gaya Hidup <br />
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya. <br />
Obat-Obatan <br />
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi. <br />
Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare. <br />
Prosedur Diagnostik <br />
Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan. <br />
Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yagn lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi.<br />
<br />
<br />
Anastesi Dan Pembedahan <br />
Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga. <br />
Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen keperawatan pasca bedah.<br />
Nyeri <br />
Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya. <br />
Iritan <br />
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus.<br />
Gangguan Syaraf Sensorik Dan Motorik <br />
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.<br />
<br />
b. Penyebab Konstipasi<br />
Kebiasaan buang air besar (b.a.b) yang tidak teratur <br />
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan b.a.b yang tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis. <br />
Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini ; orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan. <br />
Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan b.a.b teratur dalam kehidupan.<br />
Penggunaan laxative yang berlebihan <br />
Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan b.a.b – refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat). <br />
Peningkatan stres psikologi <br />
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.<br />
Ketidaksesuaian diet <br />
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut. <br />
Obat-obatan <br />
Banya obat menyebabkan efek samping kponstipasi. Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.<br />
<br />
Latihan yang tidak cukup <br />
Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi. <br />
Umur <br />
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan defekasi. <br />
<br />
Proses penyakit <br />
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemapuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus. <br />
Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika b.a.b dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi). Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan intratorakan dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik.<br />
<br />
IMPAKSI FESES (tertahannya feses) <br />
<br />
Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi yagn gawat feses terkumpul dan ada di dalam colon sigmoid. Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yagn tidak normal. Cairan merembes keluar feses sekeliling dari massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan pemeriksaan digital pada rektum, selama impaksi massa yang mengeras sering juga dapat dipalpasi. <br />
Diare yang bersama dengan konstipasi, termasuk gejala yang sering tetapi tidak ada keinginan untuk defekasi dan nyeri pada rektum. Hadirnya tanda-tanda umum dari terjadinya penyakit ; klien menjadi anoreksia, abdomen menjadi regang dan bisa juga terjadi muntah. <br />
Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buan gair besar yang jarang dan konstipasi. Obat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi. Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan barium. <br />
Pada orang yang lebih tua faktor-faktor yang beragam dapat menyebabkan impaksi ; asupan cairan yang kurang, diet yang kurang serat, rendahnya aktivitas,<br />
melemahnya tonus otot. <br />
Pemeriksaan digital harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati karena perangsangan pada nervus vagus di dinding rektum dapat memperlambat kerja jantung pasien.<br />
<br />
DIARE<br />
<br />
Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan feses melalui usus besar. Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk usus besar mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare jika kotoran tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare dijumpai kesulitan dan ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan defekasi dalam waktu yang lama. <br />
Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya buang air besar merupakan sumber dari perhatian dan rasa malu. Sering, spasmodik dan kram abdomen yang sangat sakit berhubungan dengan diare. Kadang-kadang klien mengeluarkan darah dan lendir yang banyak ; mual dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare persisten,secara umum bisa terjadi perluasan iritasi pada daerah anus ke daerah perineum dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise dan berat badan yang berkurang merupakan dampak dari diare yang berkepanjangan. <br />
Ketika penyebab diare adalah iritasi pada saluran intestinal, diare diperkirakan sebagai mekanisme pembilasan sebagai perlindungan. Itu bisa menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh, bagaimanapun, itu bisa berkembang menjadi sesuatu yang menakutkan dalam waktu yang singkat, terutama pada bayi dan anak kecil.<br />
<br />
o Secara mekanisme, penyebab konstipasi/sembelit yaitu :<br />
o Tidak cukup material dalam usus yang disebabkan karena kurang serat dalam diet dan kurang asupan cairan<br />
o Kontrol neurologis abnormal yang disebabkan karena cedera saraf spinalis yang mempengaruhi sistem saraf otonom, penyakit hirschsprung (kondisi dinding usus yang tidak memiliki saraf), faktor psikologis dengan efek inhibisi pada inervasi otonom<br />
o Obstruksi yang disebabkan karena tumor, penyakit divertikel, hemoroid, abnormalitas kongenital<br />
o Kehamilan yang disebabkan karena kadar progesteron tinggi yang menyebabkan penurunan motilitas pada saluran cerna<br />
o Metabolik yang disebabkan karena penyakit diabetes mellitus, hipotiroidisme, dehidrasi<br />
o Obat-obatan seperti aluminium (antasida), antikolinergik, diuretik, zat besi, analgesia opioid, verapamil<br />
o Penyalahgunaan laksatif karena kelebihan penggunaan laksatif dapat menyebabkan kerusakan saraf di dalam kolon, yang menyebabkan atonia usus<br />
o Lingkungan yaitu apapun yang mencegah defekasi (misalnya, kurangnya privasi, toilet yang kotor, toilet yang tidak memadai)<br />
o Imobilitas seperti kurang beraktivitas yang menyebabkan usus kurang aktif<br />
<br />
<br />
<br />
c. Diagnosis<br />
Konstipasi menurut Holson, meliputi paling sedikit 2 dari keluhan dibawah ini dan terjadi dalam waktu 3 bulan:<br />
a. Konsistensi feses yang keras<br />
b. Mengejan dengan keras saat BAB<br />
c. Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB<br />
d. Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.<br />
Konsistensi menurut Internasional Workshop on Constipation dapat dilihat pada<br />
tabel berikut.<br />
Definisi Konstipasi Menurut International Workshop on constipation<br />
Tipe 1<br />
Konstipasi fungsional (akibat waktu perjalanan yang lambat dari feses): Dua atau<br />
lebih dari keluhan ini ada paling sedikit dalam 12 bulan:<br />
mengejan keras 25% dari BAB<br />
feses yang keras 25% dari BAB<br />
rasa tidak tuntas 25% dari BAB<br />
BAB kurang dari 2 kali per minggu<br />
Tipe 2<br />
Penundaan pada muara rektum (terdapat disfungsi ano-rektal)<br />
hambatan pada anus lebih dari 25% BAB<br />
waktu untuk BAB lebih lama<br />
perlu bantuan jari – jari untuk mengeluarkan feses<br />
Pemeriksaan Penunjang:<br />
1. Darah perifer lengkap<br />
2. Glukosa dan elektrolit (terutama kalium dan kalsium) darah<br />
3. Fungsi tiroid<br />
4. CA<br />
5. Anuskopi (dianjurkan dilakukan secara rutin pada semua pasien dengan konstipasi untuk menemukan adalah fisura,ulkus, hemoroid, dan keganasan)<br />
6. Foto polos perut harus dikerjakan pada pasien konsitipasi, terutama yang<br />
terjadinya akut untuk menditeksi adanya implaksi feses yang dapat<br />
menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon. Bila diperkirakan ada sumbatan kolon, dapat dilanjutkan dengan barium enema untuk memastikan tempat dan sifat sumbatan.<br />
7. Pemeriksaan yang intensif dikerjakan secara selektif setelah 3 – 6 bulan pengobatan konstopasi kurang berhasil dan dilakukan hanya pada pusat – pusat pengelolaan konstipasi tertentu.<br />
a. Ujian yang dikerjakan dapat bersifat anatomis (enema, proktosigmoidoskopi, kolonskopi) atau fisiologi (waktu singgah di kolon, sinedefekografi, manometri, dan elektromiografi). Proktosigmoidoskopi biasanya dikerjakan pada konstipasi yang baru terjadi sebagai prosedur penapisan adanya keganasan kolon-rektum. Bila ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari rektum atau adanya riwayat dengan kanker kolon perlu dikerjakan kolonoskopi.<br />
b. Waktu persinggahan suatu bahan radio-opak di kolon dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan radiologis setelah menelan bahan tersebut. Bila timbunan zat ini terutama ditemukan di rektum menunjukan kegagalan fungsi ekspulsi, sedangkan bila di kolon menunjukan kelemahan yang menyeluruh.<br />
c. Sinedefecgrafi adalah pemeriksaan radiologios daerah anorektal untuk menilai evakuasi feses secara tuntas, mengidentifikasi kelainan anorektal dan mengevaluasi kontraksi serta relaksasi otot rektum. Uji ini memakai semacam pasta yang konsistensinya mirip feses, dimasukan ke dalam rektum. Kemudian pendirita duduk pada toilet yang diletakkan dalam pesawat sinar X. penderita diminta mengenjan untuk mengeluarkan pasta tersebut. Dinilai kelainan anorektal saat proses berlangsung.<br />
• Uji manometri dikerjakan untuk mengukur tekanan pada rektum dan saluran anus saat istirahat dan pada berbagai rangsangan untuk menilai fungsi anorektal.<br />
• Pemeriksaan elektromiografi dapat mengukur misalnya tekanan sfingter dan fungsi saraf pudendus, adkah atrofi saraf yangdibuktiikan dengan respons sfingter yang terhambat. Pada kebanyakan kasus tidak didapatkan kelainan anatomis maupun fungsional, sehingga penyebab dari konstipasi diseut sebagai non-spesifik.<br />
Terapi<br />
1.Aktivitas dan olahraga teratur<br />
2. Asupan cairan dan serat (25 – 30 gram/hari) yang cukup<br />
3. Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5 – 10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda – tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.<br />
4. Jika modifikasi perilaku kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologi, dan biasanya dipakai obat – obatan golongan pencahar.<br />
<br />
<br />
Ada 4 tipe golongan obat pencahar:<br />
a. Memperbesar dan melunakan massa fesef anatara lain:<br />
- cereal<br />
- methy selulose<br />
- psilium<br />
b. Melunakan dan melincinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air.contohnya antara lain:<br />
- Minyak kastor<br />
- golongan docusate<br />
c. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain:<br />
<br />
- sorbitol<br />
- lactulose<br />
- glycerin<br />
d. Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bila dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksus mesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya :<br />
- bisakodil<br />
- fenolptalein<br />
5. dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara – cara tersebut diatas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Pada umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.<br />
Komplikasi<br />
Sindrom delirium akut, aritmia, userasi sterkoraseus, perforasi usus, retensio urin, hidronefrosis bilateral, gagal ginjal, inkontinensia urin, inkontinensia alvi, dan volvulus daerah sigmoid akibat implaksi feses, serta prolaps rectum.<br />
<br />
Prognosis<br />
Dubia ad bonam<br />
Wewenang<br />
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultasi Geriatri, dan Konsultan Gastro Entrelogi<br />
Unit Yang Menangani<br />
Divisi / Departemen Ilmu Penyakit Dalam<br />
<br />
Unit Yang Terkait<br />
Departemen Rehabilitasi Medik, bidang Keperawatan, Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi<br />
Perubahan Fisiologi dan BB Selama Kehamilan<br />
Saat seorang wanita menjalani masa kehamilan, basal metabolisme tubuh akan semakin meningkat. Bersamaan dengan itu terjadi pula mekanisme adaptasi dalam tubuhnya. Penambahan berat badan di masa akhir kehamilan biasanya disebabkan karena pertumbuhan fetus (ca. 3 kg), pertumbuhan di tubuh ibu yang meliputi uterus, plasenta, air ketuban, air dan darah (ca. 4 kg) dan persediaan lemak (ca. 3kg). Tak heran, seorang bumil akan memiliki berat badan yang lebih dibanding saat ia tak mengandung. Penambahan BB adalah hal yang mutlak.<br />
Berbeda dari anjuran penambahan BB kehamilan di era 70-80′an, penambahan BB yang direkomendasikan saat seorang ibu mengandung saat ini biasanya berpatokan pada Body Mass Index (BMI) yang ibu miliki sebelum mengandung. Semakin rendah BMI yang ibu miliki sebelum masa konsepsi, semakin tinggi kuantitas pertambahan BB yang diharapkan. Wanita dengan BMI < 20 dianjurkan untuk menambah BB selama kehamilan sebanyak 12,5 - 18 kg. Wanita yang BMI sebelum hamilnya normal (20,0-26,0) idealnya bertambah BB saat hamil sekitar 11,5-16 kg.Sebaliknya, seorang wanita yang terkategori obesitas hanya dianjurkan untuk mengalami penambahan BB tak lebih dari 6 kg hingga masa akhir kehamilannya! (Abrams et al 2000).<br />
Kebutuhan Energi dan Protein<br />
Kondisi kehamilan memang akan menyebabkan kebutuhan energi dan protein yang bertambah. Namun hal tersebut bukan berarti mentolerir seorang bumil dapat makan sebanyak banyaknya dengan alasan “makan untuk dua orang”. Penambahan energi yang direkomendasikan hingga masa akhir kehamilan berdasarkan hasil penelitian terbaru di bidang maternal tak lainnya hanya sebesar 85.000 kcal. Kcal sebesar 85 ribu ini pun telah mencakup energi yang dibutuhkan untuk membentuk jaringan baru, supply energi untuk jaringan baru, simpanan dalam bentuk lemak serta 10% energi yang hilang untuk metabolisme tubuh.<br />
Dengan memperhitungkan masa kehamilan yang hanya 280 hari, rata rata penambahan kalori yang sebenarnya dibutuhkan oleh bumil hanya sebesar 300 kcal (85.000/280). Jumlah ekstra kalori tersebut tak lebih dari pengkonsumsian sebuah joghurt 250-300 gr dengan kadar lemak 3,5%!. Itupun sebenarnya ekstra kalori benar benar dibutuhkan khususnya sejak 5 bulan kehamilan.<br />
Penambahan kebutuhan protein sebenarnya hanya sebesar 0,9-1,0 gr per kg BB per hari. Meningkatkan konsumsi sumber protein sebanyak mungkin dengan alasan “hamil” juga sebenarnya bukan merupakan tindakan bijaksana. Jumlah protein yang ditambah sendiri biasanya hanya dianjurkan bila asupan energi juga cukup. Bila kondisi tersebut tidak dipenuhi, asam amino akan digunakan terlebih dahulu untuk produksi energi.<br />
Kebutuhan Mikronutrisi: Asam Folat dan Vitamin A<br />
Tambahan asupan mikronutrisi juga dibutuhkan selama masa kehamilan. Asam folat, Vitamin A, Sodium, Kalsium, Magnesium, Besi, Yodium adalah beberapa mikronutrisi yang penting dicatat di masa ini.<br />
Asam folat amat dibutuhkan saat terjadinya penambahan jumlah sel di masa awal kehamilan. Kekurangan asam folat biasanya akan dikaitkan dengan tingginya risiko si bayi mengalami “neural tube defects”, Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan lahir prematur.<br />
Vitamin A dalam bentuk retinol berkontribusi terhadap kualitas pengelihatan si kecil. Pada daerah dengan masalah defisiensi vitamin A, transfer aktif vitamin A ke fetus akan tetap terjadi walau sang ibu memiliki serum-vitamin A yang rendah dalam darahnya. Bahkan di tri semester tiga kehamilan, fetus akan mulai menimbun vitamin A dalam organ hatinya.<br />
Kolostrum yang ibu produksi setelah melahirkan si kecil merupakan sumber makanan yang kaya akan vitamin A. Namun perlu diperhatikan bahwa seorang ibu yang mengalami defisiensi vitamin A tidak akan memiliki kuantitas transfer vitamin A yang cukup melalui plasenta dan ASI.<br />
Ibu menyusui yang berada di daerah endemik defisiensi vitamin A harus mendapatkan supplementasi vitamin A (200.000 IU) selama masa 8 minggu pertama setelah melahirkan. Supplementasi vitamin A ini tidak boleh dilakukan saat si ibu hamil mengingat adanya efek teratogenik yang diamati pada pemberian dosis tinggi vitamin A pada masa kehamilan.<br />
Kebutuhan Sodium, Kalsium, Magnesium<br />
Pengkonsumsian sodium dan kalsium dengan jumlah “sedang” juga diperlukan. Kalsium berperan penting dalam mekanisme pengaturan selama masa kehamilan dan menyusui. Ia juga akan meningkatkan absorbsi intestinal yang terjadi. Biasanya, setelah masa 6-12 bulan sang ibu melewati masa menyusui, depot kalsium di tubuhnya akan kembali terisi. Seorang bumil yang mengkonsumsi kalsium minimal 1000 mg Ca/hari akan kecil memiliki risiko terkena PIH (Pregnancy Induced Hypertension).<br />
Kekurangan magnesium biasanya dialami oleh 5-30% bumil dengan ditandai adanya keluhan kram (Nocturnal Systremma). Suplementasi secara oral dari mikronutrisi ini terbukti akan mengurangi keluhan kram pada ibu yang sedang mengandung.<br />
Kebutuhan Besi dan Iodium<br />
Besi juga merupakan mikronutrisi yang amat diperlukan dalam masa kehamilan. Anemia saat kehamilan biasanya akan mempertinggi risiko terjadinya BBLR pada bayi, tingginya insidens kelahiran prematur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kematian pada ibu saat melahirkan. Perlu diingat, anemia tidak selalu disebabkan karena kekurangan besi dalam darah. Kebanyakan wanita menderita anemia yang disebabkan oleh kombinasi kekurangan besi, asam folat, vitamin B12 dan vitamin A.<br />
Kekurangan iodium saat masa kehamilan sedapat mungkin harus dihindari. Seorang bumil idealnya harus memiliki persediaan iodium yang mencukupi agar transfer iodium ke fetus yang dikandungnya dapat mencukupi. Asupan iodium yang kurang dalam kehamilan dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan otak fetus, BBLR, kretin dan kongenital yang abnormal. Mengingat pentingnya fungsi iodium dalam masa ini, bumil dianjurkan untuk mengkonsumsi produk produk fortifikasi iodium seperti garam ber-iodium dan minyak ber-iodium.<br />
Kebutuhan Kalori: Haruskah Selalu Tinggi?<br />
Kebutuhan penambahan energi pada kondisi hamil amat variatif antar satu bumil dengan yang lainnya. Seorang ibu hamil yang status nutrisi nya sudah baik atau bahkan overweight tidak perlu meningkatkan asupan energi yang biasa dikonsumsi. Yang diperlukan dalam kondisi ini adalah konsumsi makanan yang variatif, terutama yang mengandung besi dan mikronutrisi yang diperlukan selama masa kehamilannya. Buah buahan, sayur mayur, daging, ikan dan produk turunan dari susu adalah beberapa sumber makanan yang dianjurkan untuk disantap.<br />
Berbeda dengan remaja yang kebetulan mengandung, kebutuhan energi yang harus dicukupi akan tinggi karenanya asupan makanannya pun harus ditingkatkan. Hal itu perlu dilakukan karena di kondisi tersebut sang bumil “remaja” masih memerlukan zat zat makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayinya dan dirinya sendiri.<br />
Konsumsi Kafein, Alkohol dan Nikotin<br />
Tabukah mengkonsumsi kopi selama hamil? Sebenarnya tidak, walaupun akan lebih bijak bila konsumsi kafein “diliburkan” selama masa kehamilan. Kopi tetap dapat dikonsumsi dengan jumlah tertentu. Minum 2-3 cangkir kopi per hari biasanya masih ditoleransi karena dari hasil penelitian terkait, belum ada efek negatif yang ditunjukkan. Sebaliknya, meminum kopi lebih dari 6 cangkir sehari harus dihindari mengingat asupan kofein yang+ tinggi akan memperbesar pengaruh rendahnya BB bayi saat dilahirkan.<br />
Alkohol memang merupakan pantangan selama masa hamil. Dengan efek negatif pada janin yang nantinya dapat menimbulkan kerusakan syaraf, alkohol memang merupakan barang yang tabu untuk dikonsumsi. Dari penelitian tema terkait terbukti alkohol dapat menyebabkan terjadinya fetal alcohol syndrome pada bayi yang dilahirkan.<br />
Bagaimana halnya dengan rokok? Serupa dengan alkohol, rokok juga merupakan barang tabu bagi seorang bumil. Merokok saat mengandung si kecil biasanya akan berhubungan dengan tingginya risiko terjadinya aborsi, kelahiran prematur serta penyakit fatal yang timbul pada si kecil seperti penyakit pernafasan dan asma.<br />
Pola Konsumsi Makanan Yang Dianjurkan Pada Bumil<br />
Sebagaimana yang telah disinggung di atas, pola konsumsi makanan yang dianjurkan pada ibu hamil adalah diet makanan yang seimbang dengan kandungan protein dan mikronutrisi berkualitas tinggi serta energi yang cukup. Penambahan energi yang tinggi sendiri baru diperlukan pada tri semester ketiga kehamilan.<br />
Karenanya, tak perlu mommies mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar besaran atau selalu “ngemil” saat masa kehamilan. Yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh tak lain kualitas makanan yang variatif. Pun ada penambahan asupan energi di tiga bulan akhir masa kehamilan, “ekstra” yang diperlukan tak lain hanya tambahan kalori setara dengan 250-300 gr yoghurt setiap harinya.<br />
Pengobatan<br />
<br />
Jika konstipasi disebabkan oleh suatu penyakit, maka penyakitnya harus diobati. Jika tidak ditemukan penyakit lain sebagai penyebabnya, pencegahan dan pengobatan terbaik untuk konstipasi adalah gabungan dari olah raga, makanan kaya serat dan penggunaan obat-obatan yang sesuai untuk sementara waktu. Sayur-sayuran, buah-buahan dan gandum merupakan sumber serat yang baik. Supaya bisa bekerja dengan baik, serat harus dikonsumsi bersamaan dengan sejumlah besar cairan. <br />
<br />
<br />
OBAT-OBAT PENCAHAR <br />
<br />
Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan konstipasi. Beberapa obat aman digunakan dalam jangka waktu lama, obat lainnya hanya boleh digunakan sesekali. Beberapa obat digunakan untuk mencegah konstipasi, obat lainnya digunakan untuk mengobati konstipasi.<br />
Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah:<br />
1. Bulking Agents<br />
2. Pelunak Tinja<br />
3. Minyak Mineral<br />
4. Bahan-bahan Osmotik<br />
5. Pencahar Perangsang.<br />
<br />
Bulking Agents<br />
<br />
Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar. Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum banyak cairan. <br />
<br />
Pelunak Tinja<br />
<br />
Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja. Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh. <br />
<br />
<br />
Minyak Mineral<br />
<br />
Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Dan jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum. <br />
<br />
Bahan Osmotik<br />
<br />
Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. <br />
<br />
Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal. Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi. <br />
<br />
Pencahar Perangsang<br />
<br />
Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes). <br />
<br />
Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik). <br />
<br />
Pencegahan<br />
Pencegahan terbaik untuk konstipasi adalah gabungan dari olah raga yang teratur dan makanan kaya serat.<br />
<br />
Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan<br />
- Selama kehamilan diperlukan tambahan energi.<br />
- Protein lebih banyak dari biasanya, sebaiknya kombinasi<br />
antara protein hewani dan nabati.<br />
- Perhatikan konsumsi vitamin dan mineral seperti vitamin,<br />
D,B,A,E,C dan lainnya, mineral seperti kalsium, Fe, dan fosfor.<br />
- Banyak konsumsi serat untuk menghindari konstipasi.<br />
- Makan dengan prinsip 4 sehat 5 sempurna.<br />
<br />
Contoh Menu Sehari Bagi Ibu Hamil<br />
Menu makanan untuk ibu hamil pada dasarnya tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Jadi seharusnya tidak ada kesulitan berarti dalam pengaturan menu makanan selama hamil. Nah, berikut bahan makanan yang dianjurkan dalam sehari:<br />
<br />
Kelompok bahan makanan: Porsi:<br />
roti, serealia, nasi dan mi 6 piring/porsi<br />
Sayuran 3 mangkuk<br />
Buah 4 potong<br />
susu, yogurt, dan atau keju 2 gelas<br />
daging, ayam, ikan, telur dan kacang-kacangan 3 potong<br />
lemak, minyak 5 sendok teh<br />
Gula 2 sendok makan<br />
Berikut tabel contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu hamil<br />
Bahan makanan Porsi hidangan sehari Jenis hidangan<br />
Nasi 5 + 1 porsi Makan pagi: nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/ daging 1 potong sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong sedang<br />
Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang<br />
Makan siang: nasi 3 porsi (300 gram), dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi<br />
Selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang<br />
Makan malam: nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi/siang<br />
Selingan: susu 1 gelas<br />
Sayuran 3 mangkuk <br />
Buah 4 potong <br />
Tempe 3 potong <br />
Daging 3 potong <br />
Susu 2 gelas <br />
Minyak 5 sendok teh <br />
Gula 2 sendok makan <br />
Variasikan menu tersebut dengan bahan makanan penukarnya sebagai berikut:<br />
* 1 porsi nasi (100 gram) dapat ditukar dengan:<br />
Roti 3 potong sedang (70 gram), kentang 2 biji sedang (210 gram), kue kering 5 buah besar (50 gram), mi basah 2 gelas (200 gram), singkong 1 potong besar (210 gram), jagung biji 1 piring (125 gram), talas 1 potong besar (125 gram), ubi 1 biji sedang (135 gram)<br />
* 1 potong sedang ikan (40 gram) dapat ditukar dengan:<br />
1 potong kecil ikan asin (15 gram), 1 sendok makan teri kering (20 gram), 1 potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram), 1 buah sedang hati ayam (30 gram), 1 butir telur ayam negeri (55 gram), 1 potong daging sapi (35 gram), 10 biji bakso sedang (170 gram) dan lainnya.<br />
* 1 mangkuk (100 gram) sayuran,<br />
di antaranya buncis, kol, kangkung, kacang panjang, wortel, labu siam, sawi, terong dan lainnya.<br />
* 1 potong buah,<br />
seperti 1 potong besar papaya (110 gram), 1 buah pisang (50 gram), 2 buah jeruk manis (110 gram), 1 potong besar melon (190 gram), 1 potong besar semangka (180 gram), 1 buah apel (85 gram), 1 buah besar belimbing (140 gram), 1/4 buah nenas sedang (95 gram), 3/4 buah mangga besar (125 gram), 9 duku buah sedang (80 gram), 1 jambu biji besar (100 gram), 2 buah jambu air sedang (110 gram), 8 buah rambutan (75 gram),<br />
2 buah sedang salak (65 gram), 3 biji nangka (45 gram), 1 buah sedang sawo (85 gram), dan lainnya.<br />
* 2 potong sedang tempe (50 gram) dapat ditukar dengan:<br />
Tahu 1 potong besar (110 gram), 2 potong oncom kecil (40 gram), 2 sendok makan kacang hijau (20 gram), 2,5 sendok makan kacang kedelai (25 gram), 2 sendok makan kacang merah segar (20 gram), 2 sendok makan kacang tanah (15 gram), 1,5 sendok makan kacang mete (15 gram), dan lainnya.<br />
* 1 gelas susu susu sapi (200 cc) dapat ditukar dengan:<br />
4 sendok makan susu skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt nonfat (120 gram), 1 potong kecil keju (35 gram), dan lainnya.<br />
<br />
<br />
* Minyak kelapa 1 sendok teh (5 gram) dapat ditukar dengan:<br />
avokad 1/2 buah besar (60 gram), 1 potong kecil kelapa (15 gram), 2,5 sendok makan kelapa parut (15 gram), 1/3 gelas santan (40 gram), dan lainnya.<br />
* Gula pasir 1 sendok makan (13 gram) ditukar dengan:<br />
1 sendok makan madu (15 gram).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
KESIMPULAN<br />
pergerakan feces (kotoran) yang lambat dalam kolon sehingga feces tertahan dalam kolon melebihi waktu atau sukar melakukan defekasi (BAB). <br />
Penyebabnya :<br />
1. Tidak dialami oleh semua ibu hamil<br />
2. Kemungkinan hormon2 plasenta mempengaruhi otot saluran cerna<br />
3. Adanya tekanan di usus bagian bawah karena terjadi pembesaran uterus (rahim)<br />
4. Waktu makan tidak teratur<br />
5. Kurang bergerak<br />
6. Makanan kurang memenuhi kebutuhan<br />
7. Kecemasan<br />
8. Makanan kurang serat<br />
9. Kurang cairan, kurang vitamin B komplek<br />
B. Dietnya<br />
1. Minum lebih banyak<br />
2. Makan tinggi serat<br />
3. Banyak bergerak<br />
4. Hindari penggunaan perangsang defekasi<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Prohardjo,Sarwono.Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta. 2007<br />
Peath Francin Erra. Gizi Dalam Keseharian :Reproduksi : Buku Kedokteran. EGC. 2004<br />
Buku Obstetric Patologi 1982<br />
http://futabashou534.multiply.com/journal/item/55<br />
http://bibilung.wordpress.com/2007/08/08/menu-untuk-ibu-hamil/<br />
http://www.alhamsyah.com/blog/topics/prinsip+diit+pada+bumil+dengan+konstipasi.htmlUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-63761674315092331982011-07-24T19:36:00.000-07:002011-07-24T19:36:51.312-07:00ASKEP NIFAS PADA GANGGUAN PSIKOSOSIALMasa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989).<br />
<br />
Dari dua pengertian di atas kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu.<br />
<br />
Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, ”early puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.<br />
<br />
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik yang terjadi adalah :<br />
<br />
Sistem kardiovaskuler<br />
Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi bradikardi 50-70 x/menit, keadaan ini dianggap normal pada 24-48 jam pertama. Penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg pada saat klien merubah posisi dari berbaring ke duduk lebih disebabkan oleh reflek ortostatik hipertensi. <br />
<br />
Perubahan sistem urinarius<br />
Selama masa persalinan trauma pada kandung kemih dapat mengakibatkan edema dan mengurangi sensitifitas kandung kemih. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat peregangan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas.<br />
<br />
Perubahan sistem gastro intestinal<br />
Keadaan gastro intestinal kembali berfungsi ke keadaan semula setelah satu minggu post partum. Konstipasi terjadi akibat penurunan motilitas usus, kehilangan cairan tubuh dan rasa tidak nyaman di daerah perineum, penggunaan enema pada kala I dan penurunan tonus otot abdominal.<br />
<br />
Keadaan muskuloskletal<br />
Pada masa kehamilan otot abdomen meregang sedemikian rupa dikarenakan pembesaran uterus yang mengakibatkan otot abdomen melemas dan kendor sehingga teraba bagian otot-otot yang terpisah disebut diastasis recti abdominis.<br />
<br />
Perubahan sistem endokrin<br />
Perubahan sistem endokrin di sini terjadi penurunan segera kadar hormon esterogen dan progesteron. Hormon prolaktin pada masa laktasi akan meningkat sebagai respon stimulasi pengisapan puting susu ibu oleh bayi.<br />
<br />
Perubahan pada payudara<br />
Payu dara dapat membengkak karena sistem vaskularisasi dan limfatik di sekitar payudara dan mengakibatkan perasaan tegang dan sakit. Pengeluaran air susu ke duktus lactiferus oleh kontraksi sel-sel mioepitel tergantung pada sekresi oksitosin dan rangsangan pengisapan puting susu oleh bayi.<br />
<br />
Perubahan uterus<br />
Involusi uterus terjadi setelah melahirkan. Tinggi fundus uteri pada saat plasenta lahir 1-2 jam setinggi 1 jari di atas pusat, 12 jam setelah melahirkan tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan sympisis, pada hari kesembilan uterus tidak teraba lagi. Bersama dengan involusi uteri ini teraba terdapat pengeluaran lokhea. Lokhea pada hari ke 1-3 berwarna merah muda (rubra), pada hari ke 4-9 warna coklat/pink (serosa), pada hari ke 9 warna kuning sampai putih (alba).<br />
<br />
Perubahan dinding vagina<br />
Segera setelah melahirkan dinding vagian tampak edema, memar serta rugae atau lipatan-lipatan halus tidak ada lagi. Pada daerah perineum akan tampak goresan akibat regangan pada saat melahirkan dan bila dilakukan episiotomi akan menyebabkan rasa tidak nyaman.<br />
<br />
Adaptasi psikologi pada masa postpartum/nifas<br />
<br />
Adaptasi psikologi ibu <br />
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan perawat adalah :<br />
<br />
Honeymoon <br />
Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis, masing-masing saling memperhatikan anaknya dan manciptakan hubungan yang baru.<br />
<br />
Bonding attachment/ikatan kasih<br />
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan antara orangtua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut. <br />
<br />
Perubahan fisiologis pada klien postpartum akan diikuti oleh perubahan psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secaramenyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah :<br />
<br />
”taking in”<br />
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya, dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulia menerima penganlamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata, periode ini berlangsung 1-2 hari. Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami ”proses mengetahui/menemukan” yang terdiri dari :<br />
<br />
Identifikasi<br />
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari bayi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan dengan yang diharapkan/diimpikan.<br />
<br />
Relating (menghubungkan)<br />
Ibu mengambarkan bayinya mirip dengan anggota keluarga yang lain<br />
<br />
Menginterpretasikan<br />
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini dikenal dengan istilah ”finger tie touch”<br />
<br />
Taking hold<br />
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eleminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan ktetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Di sini juga klien sangat antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatn seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunju-petunjuk yang harus idiikuti tentang bagaimana mengungkapkan dan bagaiman mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. Pabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat maka perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan/tugas yang teleh didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat.<br />
<br />
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman maka ibu sudah masuk dalam tahap kedua ”maternal touch”, yaitu ”total hand contact” dan akhirnya pada tahap ketiga yang disebut ”envolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.<br />
<br />
”Letting go” <br />
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukkan tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.<br />
<br />
Post partum blues<br />
Pada fase ini terjadi perubahan kadar hormon esterogen dan progesteron yang menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas.<br />
<br />
Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan tugasnya maka keadaan ini dapat menjadi serius yang dikenal sebagai post partum depresi.<br />
<br />
Adaptasi psikologis ayah<br />
Respon ayah pada masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatannya selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingi selalu dekat dengan istri dan anaknya, tetapi kadang-kadang terbentur dengan peraturan RS. <br />
<br />
Adaptasi psikologis keluarga<br />
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan dalam keluarga tersebut, misalnnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi kakek/nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota keluarga yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklan sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.<br />
<br />
Depresi dapat berlangsung berbulan-bulan, minim setelah berakhirnya masa nifas atau 40 hari.<br />
<br />
Selain karena faktor hormonan, faktor psikososial bisa memicu terjadinya depresi. Sebenarnya gejala depresi cukup beragam, tapi biasanya ada tiga gejala utama yang menyertai. Yaitu perasaan sedih, tidak memiliki energi, dan tidak bisa merasakan kesenangan.<br />
<br />
Gejala lain yang dapat timbul kemudian seperti susah tidur, perasaan putus asa dan bisa mempengaruhi nafsu makan. Dengan demikian, paling tidak dapat mengandalikan emosi dalam diri. Langkah ini, setidaknya dapat mengeliminir faktor resiko terjadinya depresi. Untk cara mengaatasinya bergantung berat ringan depresi. Depresi ringan dapat diatasi tanpa pengobatan. Biasanya akan pulih sendiri setelah 5-6 minggu. Sementara depresi berat bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan anti depresan.<br />
<br />
Psikoterapi juga menjadi langkah penting demi pemulihan depresi. Tindakan supportive dan psikiater akan membantu meringankan beban penderita. Yaitu memdengarkan segala problem dan keluhan pasien. Kemudian menganalisa persoalan dan memberikan dukungan. Dukungan pertama terutama harus diberikan suaminya. Sebab orang lain terdekat pada saat itu adalah suaminya.<br />
<br />
Di samping itu juga bisa dilakukan cognitive behavior teraphy untuk mengubah kognitif penderita. Dengan terapi ini diharapakan semua pandangan-pandangan pasien dapat kembali seperti semula. <br />
<br />
Karena jika depersi paska persalinan ini tidak ditangani sejak dini bisa berkembang menjadi depresi berat. Repotnya untuk memulihkan bisa memakan waktu berbulan-bulan, selain itu bayi akan menjadi terlantar. Sebab perasaan tidak berdaya membuat ibu enggan memberikan ASI pada bayinya, padahal pemberian ASI saat baru lahir sangatlah penting.<br />
<br />
Pengkajian<br />
<br />
1. Aktivitas/istirahat<br />
Insomnia mungkin teramati <br />
2. Sirkulasi<br />
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari<br />
3. Integritas ego<br />
Peka rangsang, takut/menangis (postpartum blues sering terlihat kira-kira tiga hari setelah melahirkan)<br />
4. Eliminasi<br />
Diuresis di antara hari ke-2 dan ke-5<br />
5. Makanan/cairan<br />
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan pada sekitar hari ke-3<br />
6. Nyeri/ketidaknyamanan<br />
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi di antara hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum.<br />
7. Seksualitas<br />
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira selebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlajut sampai hari ke-2-3, berlajut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal rekumben vs ambulasi berdiri) dan kativitas (misalnya menyusui) <br />
8. Payudara<br />
Produksi kolosterum 48 jam pertama, berlajut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dumilai.<br />
<br />
Diagnosa keperawatan<br />
<br />
1. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu. <br />
<br />
Tujuan :<br />
Mengungkapkan pemahaman tentang proses /situasi menyusui, mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui, menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain.<br />
Intervensi :<br />
Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya<br />
Rasional :<br />
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perawatan<br />
Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga <br />
Rasional :<br />
Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menyusui dengan berhasil<br />
Berikan informasi verbal dan tertulis mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan puting dan payudara, kebutuhan diet khusus dan faktor-faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui <br />
Rasional :<br />
Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah puting pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui.<br />
Rasional :<br />
Posisi yang tepat biasanya mencegah luka puting, tanpa memperhatikan lamanya menyusui<br />
Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat yang sesuai indikasi, misalnya Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)<br />
Rasional :<br />
Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien dan nutrisional<br />
<br />
Resiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua (atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung, persepsi tidak realistis <br />
<br />
Tujuan :<br />
Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan<br />
Intervensi :<br />
Kaji respon emosional klien selam pranatal dan periode inpartum dan persepsi klien tentang penampilannya selama persalinan <br />
Rasional :<br />
Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminim dan keunikan fungsi feminim serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak, menjadi ibu dan menyusui<br />
Anjurkan diskusi oleh klien/pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran<br />
Rasional :<br />
Membantu klien/pasangan bekerja malalui proses dan memperjelas realitas dari pengalaman fantasi<br />
Keji terhadap gejala depresi yang fana (perasan sedih pasca partum) pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum (misalnya ansietas, mengangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk dan depresi ringan atau berat)<br />
Rasional :<br />
Sebanyak 80% ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasan emosi kecewa setelah melahirkan<br />
Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem pendukung, dan rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang<br />
Rasional membantu menkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres<br />
Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir <br />
Rasional :<br />
Ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari<br />
Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi atau keragu-raguan tentang kemampuan mejadi orang tua<br />
Rasional :<br />
Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat<br />
Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukung menjadi orang tua, pelayanan sosial, kelompok komunitas atau pelayanan perawat berkunjung<br />
Rasional :<br />
Kira-kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala-gejala yang menetap sampai satu tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut<br />
<br />
Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber<br />
<br />
Tujuan :<br />
Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas/prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan-alasan untuk tindakan <br />
Intervensi :<br />
Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan tingkat kelelahan klien<br />
Rasional :<br />
Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan diri/bayi<br />
Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar<br />
Rasional :<br />
Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi<br />
Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene, perubahan fisiologis<br />
Rasional :<br />
Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional <br />
Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasespi<br />
Rasional :<br />
Pasangan mungkin memerlukan penjelasan mengenai ketersediaan metode kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan minggu ke-6<br />
<br />
Resiko terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif, memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan<br />
Tujuan :<br />
Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang mengarah pada kerjasama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi<br />
Intervensi :<br />
Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain<br />
Rasional :<br />
Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap-tahap perkembangan<br />
Anjurkan pertisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi <br />
Rasional :<br />
Flesibilitas dan sensitifitas terhadap kebutuhan keluarga membantu mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah pulang<br />
Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode pascapartum<br />
Rasional :<br />
Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka alami, menurunkan stres dan meningkatkan koping positif<br />
Berikan informasi tertulis mengenai buku-buku yang dianjurkan untuk anak-anak (sibling) tentang bayi baru lahir<br />
Rasional :<br />
Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan akan kemungkinan penggantian atau penolakan<br />
Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di komunitasUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-74183742271080727252011-07-24T19:34:00.003-07:002011-07-24T19:34:24.924-07:00Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KehamilanAda tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi. <br />
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah : <br />
• Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun dapat dipastikan keadaannya. <br />
• Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau dokter) akan selalu memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi ibu dan janinnya <br />
• Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan janinnya <br />
• Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan lancar, seperti yang diharapkan semua pihak <br />
• Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapar berjalan dengan lancar <br />
• Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah satu faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat setelah melahirkan tanpa kekurangan suatu apa pun <br />
Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat. <br />
Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan. <br />
Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin. <br />
Faktor Psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari : <br />
Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik. <br />
Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas. <br />
Yang terakhir adalah Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat. <br />
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik. <br />
Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-66080751805966184312011-07-24T19:32:00.001-07:002011-07-24T19:32:55.486-07:00Menciptakan Orang Pintar Sejak dalam KandunganHal yang sangat naif, ketika seorang anak menjadi bodoh, nakal, pemberang, atau bermasalah, lalu orang tua menyalahkan guru, pergaulan di sekolah, dan lingkungan yang tidak beres. Tiga faktor itu hanya berperan dalam proses perkembangan anak, sedangkan bakat anak itu menjadi bodoh, nakal, atau pemberang justru terletak dari bagaimana orang tua memberikan awal kehidupan si anak tersebut.<br />
Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan stimulasi. Hal ini diungkap dokter spesialis anak, dr Sudjatmiko, MD SpA.<br />
Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa lepas dari masalah kualitas otak, sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara prinsip, menurut Sudjatmiko, perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu bisa terjadi dengan memperhatikan banyak hal. Pertama, kebutuhan-kebutuhan biologis (fisik) berupa nutrisi bagi ibu hamil harus benar-benar terpenuhi. Seorang ibu hamil, gizinya harus cukup. Artinya, asupan protein, karbohidrat, dan mineralnya terpenuhi dengan baik.<br />
Selain itu, seorang ibu hamil tidak menderita penyakit yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungannya. Kebutuhan nutrisi itu sendiri, sebenarnya bukan hanya ketika ibu mengandung, melainkan ketika ia siap untuk mengandung pun sudah harus memperhatikan gizi, makanan, dan komposisi nutrisinya harus lengkap, sehingga ketika ia hamil, dari segi fisik sudah siap dan proses kehamilan akan berlangsung optimal secara nutrisi.<br />
Tapi, memang di Indonesia atau di negara-negara berkembang pada umumnya–boleh dikatakan sangat jarang ada keluarga yang mempersiapkan kehamilan. Malah, kerap kehamilan dianggap sebagai suatu yang mengejutkan. Berbeda dengan yang terjadi di negara-negara maju. Inilah yang cenderung menjadi penyebab awal mengapa anak-anak yang lahir kemudian tidak berkualitas, karena orang tua seakan tidak siap dalam segala hal untuk memelihara anaknya.<br />
Faktor kedua adalah kebutuhan kasih sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilan itu, dalam arti kehamilan yang benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuh kembangnya bayi tidak akan optimal. “Si ibu hamil harus siap dan dapat menerima risiko dari kehamilannya,” kata mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Anak Indonesia itu. “Risiko itu, misalnya, seorang wanita karier yang hamil, merasa terbebani dan khawatir akan mengganggu pekerjaannya. Ia sebenarnya ingin hamil, tapi juga merasa terganggu dengan kehamilannya itu. Kondisi seperti ini tidak kondusif untuk merangsang perkembangan bayi dalam kandungannya,” tambahnya.<br />
Selain itu, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, ada faktor psikologis yang memengaruhi perkembangan kecerdasan bayi, yaitu apakah si ibu hamil menikah secara resmi atau kawin lari. Pernikahannya direstui atau tidak, dan apakah ada komitmen antara istri dan suami. Tanpa komitmen di antara keduanya, kehamilan itu bisa dianggap mengganggu.<br />
Juga harus ada support (dukungan). Tanpa support, walaupun ada komitmen dari suami dan orang tua dapat mengurangi perkembangan dan rangsangan kecerdasan bayi dalam kandungan. “Jadi, variabel kasih sayang tadi adalah komitmen dengan suami, serta support dari orang tua dan keluarga, sehingga seorang ibu dapat menerima kehamilannya dengan hati tenteram,” lanjut Sudjatmiko.<br />
Faktor ketiga adalah adanya perhatian penuh dari si ibu hamil terhadap kandungannya. Ia dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalam kandungannya. Karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dan senang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter zat-zat rasa senang, sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang.<br />
Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akan melepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman tersebut, sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimuli juga ikut gelisah. “Yang paling baik adalah stimuli berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan merangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidak disukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi,” ujar Sudjatmiko.<br />
Tapi, stimuli itu sendiri lebih efektif bila kehamilan sudah menginjak usia di atas enam bulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan struktur otak pada bayi sudah mulai bisa berfungsi.<br />
Untuk mendapatkan kondisi-kondisi itulah, seorang ibu hamil harus tetap menjaga nutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari. Bahkan, perlu diimunisasi, misalnya dengan suntik TT. Lakukan juga konsultasi rutin dengan dokter secara berkala. Mula-mula sekali sebulan, dan pada bulan terakhir menjelang kelahiran (partus), diperketat menjadi tiga minggu sekali, lalu dua minggu sekali, dan bahkan mendekati partus menjadi setiap minggu.<br />
Sudjatmiko juga menyarankan untuk tidak meminum obat-obatan yang katanya bisa merangsang perkembangan dan kecerdasan otak bayi. Obat-obatan semacam itu hanya omong kosong. “Pemberian obat semacam itu percuma saja, dan tidak berpengaruh apa-apa,” katanya. “Yang penting, ciptakan saja lingkungan mendidik, yaitu tiga faktor tadi.<br />
Sementara itu, psikolog anak Dra Surastuti Nurdadi juga mengungkapkan pendapat yang sama. Stimulasi positif, menurutnya, memang dapat meningkatkan kecerdasan anak sejak dalam kandungan. Dari stimulasi ini, diharapkan ketika anak tumbuh, bukan hanya menjadi cerdas, melainkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. “Stimulasi menimbulkan kedekatan antara ibu dan anak.<br />
Bahkan, lanjut Surastuti, bayi masih dalam kandungan bisa distimuli dengan diperdengarkan musik klasik, diajak berbicara, dan diberikan elusan penuh kasih sayang. Orang tua juga harus siap dan berusaha mengajarkan cara anaknya bersosialisasi dengan dunia luar ketika ia masih di dalam rahim.<br />
Tapi, mengapa musik klasik? Pendapat semacam ini memang terus menjadi topik bahasan. Musikus hebat seperti Adhi MS, pimpinan Twilite Orchestra, juga meyakini musik klasik dapat merangsang kecerdasan bayi sejak dalam kandungan. Bahkan, untuk jenis musik yang ‘merangsang bayi’ ini sudah banyak dijual di toko-toko kaset tertentu.<br />
Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak penuturan Surastuti yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini. Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni yang terdiri dari nada-nada. Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi berupa gelombang alfa. Gelombang ini memberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi.<br />
“Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode yang tepat. Anak menjadi siap menerima sesuatu yang baru dari lingkungannya,” ujar pengasuh rubrik konsultasi di Klinik Anakku ini. Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musik keras kepada bayi dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnya kebingungan pada si jabang bayi! (*/V-1)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-8904740966607869952011-07-24T19:31:00.001-07:002011-07-24T19:31:47.493-07:00Teori Model KebidananTeori Reva Rubin<br />
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.<br />
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain:<br />
1. kesejahteraan ibu dan bayi<br />
2. penerimaan dari masyarakat<br />
3. penentuan identitas diri<br />
4. mengetahui tentang arti memberi dan menerima<br />
perubahan umum pada perempuan hamil:<br />
• • ketergantungan dan butuh perhatian<br />
• • membutuhkan sosialisasi<br />
Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya:<br />
a. anticipatory stage<br />
seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.<br />
b. honeymoon stage<br />
ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.<br />
c. Plateu stage<br />
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.<br />
d. Disengagement<br />
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.<br />
Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.<br />
Arti dan efek kehamilan pada pasangan.<br />
1. pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8 (delapan) bulan sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.<br />
2. lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil.<br />
3. anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan: <br />
1. hubungan ibu dengan pasangan<br />
2. hubungan ibu dengan janin yang berkembang<br />
3. hubungan ibu dengan individu yang unik<br />
4. ibu tidk pernah lagi menjadi sendiri<br />
5. tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan: <br />
1. percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh<br />
2. persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin<br />
3. penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.<br />
6. reaksi yang umum pada kehamilan: <br />
1. Trimester satu:ambivalen, takut, tantasi, khawatir.<br />
2. Trimester dua: parasaan enak metykebutuhan untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered.<br />
3. Trimester tiga: berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.<br />
Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:<br />
a. gambaran tentang idaman bayi sehat.<br />
b. gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan.<br />
c. gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas.<br />
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu.<br />
1. Taking on (tahapan meniru)<br />
Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.<br />
1. Taking in<br />
Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya . introjektion, projection dan rejection merupakan tahap di mana wanita membedakan model-model yang sesuai dengan keinginannya.<br />
1. Letting go<br />
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini seorang akan meninggalkan perannya di masa lalu.<br />
Adaptasi psikososial pada masa post partum:<br />
Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi oleh:<br />
1. <br />
1. respon dan dukungan dari keluarga<br />
2. hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan<br />
3. pengalaman melahirkan dam membesarkan anak yang lalu<br />
4. budaya<br />
Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu:<br />
a. periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan)<br />
1. ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain<br />
2. perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya<br />
3. ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan<br />
4. memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh kekondisi normal<br />
5. nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.<br />
b. periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)<br />
1. ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya<br />
2. ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh<br />
3. ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi<br />
4. ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok<br />
5. kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya<br />
c. periode letting go<br />
1. terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga<br />
2. ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social<br />
Teori Ramona Marcer<br />
Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:<br />
a. Efek stress Anterpartum<br />
stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari hidup seorang wanita, tuuan asuhan yang di berikan adalah : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu.<br />
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:<br />
1. Hubungan Interpersonal<br />
2. Peran keluarga<br />
3. Stress anterpartum<br />
4. Dukungan social<br />
5. Rasa percaya diri<br />
6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi<br />
Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.<br />
b. Pencapaian peran ibu<br />
Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum.<br />
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis.<br />
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain adalah:<br />
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.<br />
b. ibu memerlukan sosialisasi<br />
c. ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi<br />
pada tubuhnya<br />
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.<br />
Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menuru Mercer:<br />
a. Anticipatory<br />
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajri segala sesuatuyang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.<br />
b. Formal<br />
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan kondisi system social<br />
c. Informal<br />
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya<br />
d. Personal<br />
merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu.<br />
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.<br />
Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut:<br />
a. Faktor ibu<br />
1. Umur ibu pada saat melahirkan<br />
2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali<br />
3. Stress social<br />
4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya<br />
5. Dukungan social<br />
6. Konsep diri<br />
7. Sifat pribadi<br />
8. Sikap terhadap membesarkan anak<br />
9. Status kesehatan ibu.<br />
b. Faktor bayi<br />
1. Temperament<br />
2. Kesehatan bayi<br />
c. Faktor-faktor lainnya<br />
1. Latar belakang etnik<br />
2. Status pekawinan<br />
3. Status ekonomi<br />
Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung:<br />
a. Emotional support<br />
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.<br />
b. Informational support<br />
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri<br />
c. Physical support<br />
Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana<br />
d. Appraisal support<br />
Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu<br />
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di harapkanoleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.<br />
Teori Jean ball<br />
Teori kursi goyang , keseimbangan emosional ibu. Tujuan asuhan maternitus agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu bauk fisik maupun psikologis.<br />
Ada dua teori Jean ball yaitu:<br />
• • Teori stress<br />
• • Teori dasar<br />
Hipotesa Ball, respon emotional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersamaan dengan kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan dukungan yang berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial. Persipan yang telah di lakukan bidan pada masa postnatal akan mempengaruhi respon emotional wanita terhadap perubahan akibatproses kelahiran tersebut. Kesejahteraan wanita setelah melahirkan tergantung pada personality dan kepribadian, sistem dukungan pribadi dan dukungan dari pelayanan maternitas.<br />
Ball menemukan teori kursi goyang terdiri dari tiga elemen, yaitu:<br />
1. Pelayanan maternitas<br />
2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga<br />
3. Sisi penyangga atau support terhadap kepribadian keluarga<br />
Teori Ernestine Wiedenbach<br />
a. The agent : mid wife<br />
Filosofi yang di kemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persipan menjadi orang tua.<br />
b. The recipient<br />
Meliputi : wanita, keluarga dan masyarakat. Recipient menurut Widenbach adalah individu yang mampu menetukan kebutuhannya akan bantuan.<br />
c. The Goal / purpose<br />
Di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau fisioogikal<br />
d. The Means<br />
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahapan yaitu:<br />
1. Identifikasi kebutuhan klient, memerlukan keterampilan dan ide<br />
2. Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang di butuhkan (ministration)<br />
3. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)<br />
4. Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan (coordination)<br />
5. The frame work meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.<br />
Kelima kelompok teori Wiedenbach dapat di gambarkan dalam bagian.<br />
-,identifikasi <br />
-,mempersiapkan<br />
-,koordinasi<br />
-,validasi<br />
Falsafah maksud / tujuan<br />
kebutuhan<br />
akan bantuan<br />
the recipient<br />
(perempuan)<br />
<br />
<br />
The means memperoleh<br />
bidan kebutuhan<br />
Art practice -,pengetahuan <br />
-,judgement<br />
-,keterampilan<br />
-,spiritual + material<br />
Teori Ela Joy Lehrman Dan Morten<br />
Teori ini mengharapkan bidan dapat melhat semua aspek dalam memberikan asuhan pada ibu hamil dan bersalin, Lehrman dan Morten mengemukakan delapan konsep penting dalam pelayanan antenatal:<br />
a. Asuahan kebidanan yang berkesinambungan<br />
b. Keluarga sebagai pusat kebidanan<br />
c. Pendidikan dan konseling merupakan sebagian dari asuhan<br />
d. Tidak ada intervensi dalam asuhan kebidanan<br />
e. Keterlibatan dalam asuhan kebidanan<br />
f. Advokasi dari pelayanan kebidanan<br />
g. Waktu<br />
Morten (1991) menambahkan tiga macam dari teori lehrman.<br />
a. Teknik teurapetik<br />
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan, misalnya:<br />
• • Mendengar aktif<br />
• • Mengkaji<br />
• • Klasifikasi<br />
• • Humor<br />
• • Sikap yang tidak menuduh<br />
• • Pengakuan<br />
• • Fasilitasi<br />
• • Pemberian izin<br />
b. Pemberdayaan<br />
Suatu proses memberi kekuasaan dan kekuatan, bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengkoreksi, memvalidasi, menilai dan member dukungan.<br />
c. Hubungan dengan sesama (rateral relationship)<br />
Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, bersikap terbuka, sejalan dengan pasien, sehingga bidan dan pasien terlihat akrab. Misalnya sifat empati dan membagi pengalaman.<br />
Teori Orem<br />
Ada tiga yang terkait di dalamnya:<br />
1. Self care teori<br />
2. Self care dafisit teori<br />
3. Nursing system teori<br />
Self care teori adalah<br />
• • Konstribusi yang terus menerus dari seorang dewasa terhadap kelanjutan aksistensi kesehatan dan kesejahteraan.<br />
• • Individu pribadi yang memperkasai dan melakukan sendiri aktifitas yang di perlukan untuk mempertahankan kehidupan kesehatan dan kesejahteraan.<br />
Self care agent adalah orang yang dapat memenuhi kebutuhan self dependent care agent ada bayi, anak, orang tidak sadar atau sakit berat, termasuk perawat dan keluarga.<br />
Menurut orem kebutuhan self care di bagi tiga keterangan<br />
1. Universal self care (kebutuhan manusia tidur atas)<br />
• • Pemeliharaan kebutuhan udara<br />
• • Pemeliharaan kebutuhan makanan<br />
• • Penerapan dengan proses eliminasi<br />
• • Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat<br />
• • Keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial<br />
• • Pemeliharaan dari yang membahayakan<br />
• • Peningkatan fungsi dan pengembangan manusia dalam kelompok sosial.<br />
2. Dimana kebutuhan timbul menurut tahap perkembangan (siklus kehadapan)<br />
3. Health deviation self care<br />
Kebutuhan ini muncul akibat kesehatan tergangu sehingga juga berakibat perubahan dalam sifat self care<br />
Self care deficit merupakn inti dari Orem General Theory Of nursing menggambarakan kapan keperawatan di perlukan self care deficit merupakan kriteria untuk mengidentisfikasi perlu tidaknya seorang akan asuhan keperawatan.<br />
Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self care dapat dicapai dengan :<br />
1. Menurunkan kebutuhan self care<br />
2. Meningkatkan kemampuan pasien<br />
3. Memperbolehkan keluarga atau orang lain untuk memberikan dependent care<br />
4. Bila semua yang di atas tidak bias di laksanakan maka perawat akan melaksanakannya.<br />
Lima metode bantuan untuk memenuhi kebutuhan self care:<br />
1. Berperan melakukan<br />
2. Mengajak atau menyuluh<br />
3. Membimbing<br />
4. Mendukung<br />
5. Menciptakn lingkungan yang dapat menunjang tunjangan untuk dapat melaksanakan bantuan kepada orang sakit dan aspek yang perlu di perhatikan:<br />
• • Menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keluaraga sampai pasien dapat melepaskan diri atau melaksanakan sendiri<br />
• • Menentukan bantuan yang di butuhkan pasien dalam memenuhi kebutuhan<br />
• • Memberikan bantuan langsung bersama pasien atau keluarga, orang lain yang akan melakukan asuhan sesuai kebutuhan pasien<br />
• • Merencanakan bantuan langsung bersama pasien, keluarga atau orang lain yang akan melakukan asuhan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-57472403272946980002011-07-24T19:23:00.000-07:002011-07-24T19:23:12.613-07:00IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PSIKOLOGIS IBU HAMILIDENTIFIKASI KEBUTUHAN PSIKOLOGIS IBU HAMIL<br />
Faktor yang berhubungan dengan ibu hamil<br />
• Dukungan kepada bumil dan nifas<br />
• Dukungan dari tenaga kesehatan (nakes)<br />
• Menciptakan rasa aman dan nyaman selama hamil dan nifas<br />
• Persiapan menjadi orang tua<br />
• Mempersiapkan saudara (sibling) <br />
Dukungan kepada ibu hamil dan nifas<br />
Wanita yang telah/belum dianugerahi anak disaat menginginkan hamil/dalam menghadapi kehamilan dan bersalin membutuhkan dukungan, diantaranya dari:<br />
Suami<br />
Keluarga<br />
Lingkungan <br />
Dukungan suami<br />
Dari penelitian kualitatif di indonesia diperoleh berbagai dukungan suami yang diharapkan isteri:<br />
• Suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan isteri<br />
• Suami senang mendapatkan keturunan<br />
• Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan ini<br />
• Suami memperhatikan kesehatan isteri, yakni menanyakan keadaan isteri/janin yang dikandung<br />
• Suami mengantar dan atau menemani isteri memeriksa kandungannya<br />
• Suami tidak menyakiti isteri<br />
• Suami menghibur/menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi isteri<br />
• Suami menasihati agar isteri tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau di tempat kerja<br />
• Suami membantu tuga sisteri<br />
• Suami berdo’a untuk kesehatan atau keselamatan isteri dan anaknya<br />
• Suami menunggu ketika isteri melahirkan<br />
• Suami menunggu ketika isteri di operasi<br />
Diperoleh atau tidak diperolehnya dukungan suami tergantung pada:<br />
• Keintiman hubungan<br />
• Adanya komunikasi yang bermakna<br />
• Adanya masalah atau kekhawatiran dalam biaya<br />
Dukungan keluarga<br />
• Ayah-ibu kandung, maupun mertua sangat mebndukung kehamilan ini<br />
• Ayah-ibu kandung, maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini<br />
• Seluruh keluarga berdo’a untuk keselamatan ibu dan bayi<br />
• Walaupun ayah-ibu kandung, maupun mertua ada di daerah lain, sangat didambakan dukungan melalui telepon, surat atau pun do’a dari jauh<br />
• Selain itu, ritual tradisional dalam periode ini seperti upacara 7 bulanan pada beberapa orang, mempunyai arti tersendiri yang tidak boleh diabaikan<br />
Dukungan lingkungan<br />
• Diperoleh dari ibu-ibu pengajian/perkumpulan/kegiatan yang ebrhubungan dengan keagamaan/sosial dalam bentuk doa bersama untuk kesehatan ibu hamil dan bayinya<br />
• Membicarakan/menceritakan/menasihati tentang pengalaman hamil dan melahirkan<br />
• Ada diantara mereka yang mau mengantarkan ibu hamil untuk periksa<br />
• Menunggu ketika melahirkan<br />
• Mereka dapat menjadi seperti saudara bagi ibu hamil dan nifas<br />
Rasa aman dan nyaman selama kehamilan dan pasca bersalin<br />
• Tingkat kemudahan dan kepuasan pada seseorang yang berubah menjadi orang tua terutama bergantung kepada keberhasilan emreka dalam mengartikan dan menerima hubungan antar anggota keluarga<br />
• Apabila mereka telah mampu memandang satu sama lain sebagaimana adanya (dan bukan sebagai apa yang diinginkan) dan dapat saling menerima perbedaan dalam nilai dan tingkah laku<br />
• Dapat bekerja sama untuk membangun dasar kekuatan yang fleksibel untuk keduanya<br />
• Dapat mengembangkan standar yang memungkinkan keduanya saling mengertiUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-41835972702891081602011-06-18T20:29:00.001-07:002011-06-18T20:29:23.071-07:00Prosedur Pengambilan Darah Vena<br />
<br />
<br />
Alat :<br />
• Spuit disposible 10 ml<br />
• Tabung plastik 1 ml untuk pemeriksaan Hb<br />
• Torniquet (alat ikat pembendungan)<br />
• Microtube (tabung mikro) 1 ml untuk menyimpan serum<br />
• Sentrifuge (pemusing untuk memisahkan serum)<br />
• Kotak pendingin untuk membawa darah dan serum<br />
• Aluminium foil (kertas aluminium)<br />
<br />
Bahan :<br />
• Antikoagulan EDTA<br />
• Kapas alkohol 70%<br />
• Air bebas ion dan larutan HNO3<br />
<br />
Cara Pengambilan Darah :<br />
Pengambilan darah sebelum dan setelah intervensi dilakukan pada jam 9.00 –<br />
12.00.<br />
Bersihkan kulit diatas lokasi tusuk dengan alkohol 70% dan biarkan sampai<br />
kering.<br />
Lokasi penusukan harus bebas dari luka dan bekas luka/sikatrik.<br />
Darah diambil dari vena mediana cubiti pada lipat siku.<br />
Pasang ikatan pembendungan (Torniquet) pada lengan atas dan responden<br />
diminta<br />
untuk mengepal dan membuka telapak tangan berulang kali agar vena jelas<br />
terlihat.<br />
Lokasi penusukan di desinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan cara berputar<br />
dari dalam keluar.<br />
Spuit disiapkan dengan memeriksa jarum dan penutupnya.<br />
Setelah itu vena mediana cubiti ditusuk dengan posisi sudut 45 derajat dengan<br />
jarum menghadap keatas.<br />
Darah dibiarkan mengalir kedalam jarum kemudian jarum diputar menghadap<br />
kebawah. Agar aliran bebas responden diminta untuk membuka kepalan<br />
tangannya, darah kemudian dihisap sebanyak 10 ml.<br />
Torniquet dilepas, kemudian jarum ditarik dengan tetap menekan lubang<br />
penusukan dengan kapas alkohol (agar tidak sakit).<br />
Tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak keluar<br />
darah lagi.<br />
Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester.<br />
<br />
Distribusi Darah :<br />
1. Untuk pemeriksaan hemoglobin<br />
¨ Dari 10 ml darah yang diperoleh, 1 ml dituang kedalam tabung plastik yang<br />
sudah diberi antikoagulan EDTA degan dosis sesuai aturan.<br />
¨ Kemudian dicampur sampai homogen dan diberi identitas. Selama menunggu<br />
dibawa ke laboratorium, sampel diletakkan kedalam rak dan dimasukkan<br />
kedalam kotak pendingin.<br />
¨ Sampel dikirim ke laboratorium dan harus diperiksa sebelum 4 jam setelah<br />
pengambilan.<br />
2. Untuk pemeriksaan lainnya<br />
¨ Sisa darah dimasukkan kedalam tabung pemusing dan dipusingkan dengan<br />
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit sampai serum terpisah dengan baik.<br />
¨ Serum yang diperoleh rata-rata sebanyak 5 ml kemudian dipisahkan kedalam<br />
tabung reaksi yang dibungkus dengan kertas aluminium dan dibagi kedalam<br />
beberapa tabung mikro dengan tutup yang tidak mengandung bahan karet.<br />
¨ Masing-masing pemeriksaan disiapkan 2 tabung (satu diperiksa, lainnya untuk<br />
cadangan).<br />
¨ Semua serum disimpan didalam deepfreezer pada suhu –800 C sebelum<br />
dianalisis.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-23150608495930401302011-06-18T20:28:00.000-07:002011-06-18T20:28:04.545-07:00pengambilan darahPengambilan darah Vena<br />
<br />
Sampling Darah Vena<br />
<br />
Prinsip :<br />
<br />
Pembendungan pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh darah tampak jelas dan dengan mudah dapat ditusuk sehingga didapatkan sempel darah.<br />
<br />
Alat – alat :<br />
<br />
1. Spuit disposable.<br />
2. Kapas alcohol 70 %.<br />
3. Kapas kering.<br />
4. Tabung sempel.<br />
5. Tourniquet.<br />
6. Mikropore.<br />
<br />
<br />
Cara kerja :<br />
<br />
1. Pasang tourniquet pada lengan atas ± 7 – 10 cm diatas bagian yang akan dilakukan tusukkan dan pasien diminta untuk mengepalkan tangannya.<br />
2. Pilih vena yang besar, tidak mudah bergerak dan bersihkan dengan alkohol 70 %, biarkan kering dengan sendirinya.<br />
3. Tusuk kulit dengan jarum pada kemiringan 30O, sampai jarum masuk ke dalam lumen vena.<br />
4. Kendurkan ikatan tourniquet perlahan – lahan, tarik pengisap Spuit sehingga darah masuk kedalam spuit sebanyak yang diperlukan.<br />
5. Letakkan kapas kering diatas jarum, kemudian cabut jarum spuit perlahan lahan dari vena.<br />
6. Tekan kapas kering tersebut beberapa menit dan tutup dengan mikropore.<br />
7. Pisahkan darah kedalam tabung sesuai kebutuhan pemeriksaan dengan cara melepaskan jarum dari spuit dan alirkan darah pada dinding tabung.<br />
<br />
Pembahasan :<br />
<br />
1. Pembendungan yang terlalu lama akan mempengaruhi hasil pemeriksaan karena akan terjadi hemokonsentrasi.<br />
<br />
2. Vena yang dapat ditusuk yaitu: pada orang dewasa adalah vena fossa cubiti, pada bayi vene juguralis superfialis atau sinus sagitalis superior.<br />
<br />
3. Penusukkan harus tepat pada vena agar tidak menimbul hematum.<br />
<br />
4. Pengisapan darah yang terlalu dalam akan menyebabkan darah membeku dalam spuit, segera pisahkan darah ke dalam tabung sesuai dengan jenis pemeriksaan.<br />
<br />
Kesimpulan :<br />
<br />
Sampling darah vena secara baik dan benar sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan tidak menimbulkan keluhan pada pasien.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-77117441742929331392011-06-18T20:24:00.001-07:002011-06-18T20:24:38.079-07:00pemeriksaan fisikPEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE<br />
<br />
Tanda-tanda vital<br />
<br />
a. Tekanan darah<br />
<br />
b. Suhu<br />
<br />
c. Pernafasan<br />
<br />
d. Denyut nadi<br />
<br />
1. KULIT, RAMBUR, KUKU<br />
<br />
· Inspeksi kulit mengenai warna,jaringan perut,lesi dan kondisi vaskularisasi supervisial<br />
<br />
Palpasi kulit untuk mengetahui suhu kulit,tekstur(halus,kasar)mobilitas/turgordan adanya lesi<br />
<br />
· Inspeksi dan palpasi kuku mengenai warna, bentuk, dan setiap ada ketidaknormalan/lesi<br />
<br />
· Inspeksi dan palpasi rambut dan perhatikan jumlah, distribusi dan teksturnya<br />
<br />
2. KEPALA<br />
<br />
(1) MATA<br />
<br />
· Inspeksi : bola mata (gerakan, medan penglihatan), kelopak mata(bentuk kelainan ), konjungtiva, sclera, pupil(normal isokar)<br />
<br />
· Palpasi : nyeri tekan, tekanan bola mata<br />
<br />
(2) TELINGA<br />
<br />
· Inspeksi : ukuran,bentuk, warna, lesi, massa<br />
<br />
· Palpasi : adanya nyeri<br />
<br />
(3) HIDUNG<br />
<br />
· Inspeksi : warna, pembengkekan, kesimetrisan lubang hidung<br />
<br />
· Palpasi : nyeri tekan<br />
<br />
(4) MULUT<br />
<br />
· Inspeksi : bentuk, warna, lesi, massa<br />
<br />
(5) LEHER<br />
<br />
· Inspeksi : bentuk, warna kulit, pembengkakan, massa<br />
<br />
· Palpasi : kelenjar tiroid<br />
<br />
3. DADA dan PARU-PARU<br />
<br />
· Inspeksi : postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit<br />
<br />
· Palpasi : nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, tactil vremitus<br />
<br />
· Perkusi : normal resonan (dug,dug), datar/pekak (tumor), hiperresonan (pneumotorak)<br />
<br />
· Auskultasi : vaskuler(I>E), bronkovesikuler (I=E) di intercosta 1 dan 2 serta antara scapula, bronkeal(I<br />
<br />
4. KARDIOVASKULER<br />
<br />
· Inspeksi : pembesaran<br />
<br />
· Perkusi : ukuran<br />
<br />
· Palpasi : pembesaran, nyeri tekan<br />
<br />
· Auskultasi : bunyi jantung pertama akibat penutupan katub mitralis dan trikuspidalis (“lub”), bunyi jantung kedua akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis (“dub”)<br />
<br />
5. ABDOMEN<br />
<br />
· Inspeksi : bentuk, kesimetrisan, gerakan perut<br />
<br />
· Auskultasi : paristaltik usus<br />
<br />
· Perkusi : gas, cairan, massa, normal timpani<br />
<br />
· Palpasi : bentuk, ukuran, konsistensi organ-organ, nyeri tekan<br />
<br />
6. ANUS<br />
<br />
· Inspeksi : hemoroid, lesi, warna<br />
<br />
· Palpasi : pada dinding rectum, rasakan ada tidaknya nodula, massa, rrasa nyeri<br />
<br />
7. ALAT KELAMIN<br />
<br />
· Inspeksi : penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, bentuk, kelainan, kemerahan, bengkak, ulkus, cairan<br />
<br />
· Palpasi : nyeri tekanUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-23973261113948557532011-06-18T20:22:00.001-07:002011-06-18T20:22:47.178-07:00PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE<br />
Video pemeriksaan fisik diagnostik ini terbagi dalam 9 kelompok sebagai berikut:<br />
<br />
1. Pemeriksaan fisik kepala, mata, dan telinga, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Inspeksi kepala<br />
* Pemeriksaan tajam penglihatan dan lapangan pandang<br />
* Inspeksi mata<br />
* Pemeriksaan otot ekstraokuler<br />
* Pemeriksaan oftalmoskopi<br />
* Pemeriksaan telinga<br />
* Pemeriksaan pendengaran<br />
* Ringkasan<br />
<br />
2. Pemeriksaan fisik hidung, mulut, dan leher, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Inspeksi hidung<br />
* Inspeksi mulut<br />
* Inspeksi leher<br />
* Ringkasan<br />
<br />
3. Pemeriksaan fisik kardiovaskular: pembuluh darah leher dan jantung, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Pemeriksaan pembuluh darah leher<br />
* Pemeriksaan jantung<br />
* Mengingat kembali bunyi jantung<br />
* Auskultasi jantung<br />
* Bunyi jantung S1 dan S2<br />
* Bunyi jantung S3, S4, dan bising jantung (murmur)<br />
* Ringkasan<br />
<br />
4. Pemeriksaan fisik kardiovaskular: sistem peredaran darah perifer, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Pemeriksaan pembuluh darah ekstremitas atas<br />
* Pemeriksaan pembuluh darah ekstremitas bawah<br />
* Ringkasan<br />
<br />
5. Pemeriksaan fisik rongga dada (thorax) dan paru-paru, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Pemeriksaan dada, respirasi, dan rongga dada bagian belakang<br />
* Perkusi rongga dada bagian belakang<br />
* Mengingat kembali suara pernapasan<br />
* Suara napas tambahan<br />
* Auskultasi rongga dada bagian belakang<br />
* Pemeriksaan rongga dada bagian depan<br />
* Perkusi rongga dada bagian depan<br />
* Auskultasi rongga dada bagian depan<br />
* Ringkasan<br />
<br />
6. Pemeriksaan fisik neurologis: sistem motorik dan gerak refleks, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Pemeriksaan sistem motorik ekstremitas atas<br />
* Pemeriksaan sistem motorik ekstremitas bawah<br />
* Pemeriksaan koordinasi<br />
* Tes Romberg<br />
* Pemeriksaan refleks<br />
* Ringkasan<br />
<br />
7. Pemeriksaan fisik abdomen, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Inspeksi abdomen<br />
* Auskultasi abdomen<br />
* Perkusi abdomen<br />
* Palpasi abdomen<br />
* Pemeriksaan hati<br />
* Pemeriksaan limpa<br />
* Pemeriksaan ginjal dan aorta<br />
* Ringkasan<br />
<br />
8. Pemeriksaan fisik neurologis: sistem saraf pusat dan sistem sensorik, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Observasi umum status neurologis<br />
* Pemeriksaan saraf kranial I dan II<br />
* Pemeriksaan saraf kranial III, IV, dan VI<br />
* Pemeriksaan saraf kranial V dan VII<br />
* Pemeriksaan saraf kranial VIII<br />
* Pemeriksaan saraf kranial IX, X, XI, dan XII<br />
* Pemeriksaan sensoris nyeri, suhu dan sensasi raba<br />
* Pemeriksaan sensoris sensasi vibrasi dan posisi<br />
* Pemeriksaan sensoris sensasi diskriminasi<br />
* Ringkasan<br />
<br />
9. Pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal, terdiri dari:<br />
<br />
* Pendahuluan<br />
* Pemeriksaan kepala dan leher<br />
* Pemeriksaan tangan dan lengan<br />
* Pemeriksaan siku<br />
* Pemeriksaan bahu dan struktur terkait<br />
* Pemeriksaan kaki dan tumit<br />
* Pemeriksaan tungkai<br />
* Pemeriksaan pinggul<br />
* Pemeriksaan tulang belakangUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-74850750311420260612011-06-18T20:18:00.001-07:002011-06-18T20:18:51.185-07:00pemasangan dan perawatan dower kateterPEMASANGAN DAN PERAWATAN<br />
DOWER CATETER (DC)<br />
<br />
Kateterisasi urine adalah tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. Kateterisasi dapat menyebabkan hal - hal yang mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar - benar diperlukan serta harus dilakukan dengan hati – hati (Brockop dan Marrie, 1999 ).<br />
Menurut ( Brockop dan Marrie, 1999 ) pemasangan kateter urine dapat dilakukan untuk diagnosis maupun sebagai terapi. Indikasi pemasangan kateter urine untuk diagnosis adalah sebagai berikut :<br />
1. Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur mikrobiologi dengan menghindari kontaminasi.<br />
2. Pengukuran residual urine dengan cara, melakukan regular kateterisasi pada klien segera setelah mengakhiri miksinya dan kemudian diukur jumlah urine yang keluar.<br />
Untuk pemeriksaan cystografi, kontras dimasukan dalam kandung kemih melalui kateter.<br />
1. Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu cystometri dan uretral profil pressure.<br />
Indikasi Pemasangan Kateter urine sebagai Terapi adalah :<br />
1. Dipakai dalam beberapa operasi traktus urinarius bagian bawah seperti secsio alta, repair reflek vesico urethal, prostatatoktomi sebagai drainage kandung kemih.<br />
2. Mengatasi obstruksi infra vesikal seperti pada BPH, adanya bekuan darah dalam buli-buli, striktur pasca bedah dan proses inflamasi pada urethra.<br />
3. Penanganan incontinensia urine dengan intermitten self catheterization.<br />
4. Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala ( KBMB ).<br />
5. Memasukan obat-obat intravesika antara lain sitostatika / antipiretika untuk buli - buli.<br />
6. Sebagai splint setelah operasi rekontruksi urethra untuk tujuan stabilisasi urethra,<br />
<br />
Menurut ( Brockop dan Marrie, 1999 ) Jenis – jenis pemasangan kateter urine terdiri dari :<br />
1. Indewelling catheteter yang biasa disebut juga dengan retensi kateter / folley cateter – indewelling catheter dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kandung kemih.<br />
2. Intermitten catheter yang digunakan untuk jangka waktu yang pendek ( 5-10 menit ) dan klien dapat diajarkan untuk memasang dan melepas sendiri.<br />
3. Suprapubik catheter kadang - kadang digunakan untuk pemakaian secara permanent. Cara memasukan kateter dengan jenis ini dengan membuat sayatan kecil diatas suprapubik<br />
Saat ini ukuran kateter yang biasanya dipergunakan adalah ukuran dengan kalibrasi French ( FR ) atau disebut juga Charriere ( CH ). Ukuran tersebut didasarkan atas ukuran diameter lingkaran kateter tersebut misalkan 18 FR atau CH 18 mempunyai diameter 6 mm dengan patokan setiap ukuran 1 FR = CH 1 berdiameter 0,33 mm. Diameter yang diukur adalah diameter pemukaan luar kateter. Besar kecilnya diameter kateter yang digunakan ditentukan oleh tujuan pemasangan kateter urine tersebut untuk klien dewasa,ukuran kateter urine yang biasa digunakan adalah 16-19 FR. Kateter yang mempunyai ukuran yang sama belum tentu mempunyai diameter lumen yang sama karena perbedaan bahan dan jumlah lumen pada kateter tersebut.<br />
Bahan kateter dapat berasal dari logam ( Stainlles ), karet ( Latteks), latteks dengan lapiasan silicon ( Siliconized ). Perbedaan bahan kateter menentukan biokompabiliti kateter didalam buli-buli sehingga akan mempengaruhi daya tahan kateter yang terpasang di buli - buli.<br />
Menurut ( Brunner dan Suddart, 1986 ), Prosedur pemasamgan kateter urine melalui beberapa tahap :<br />
a. Persiapan alat<br />
1. Sterill<br />
- Kateter yang akan dipasang sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan satu ( 1 ) buah disiapkan dalam bak steril.<br />
- Pinset anatomis 1 buah.<br />
- Sarung tangan 1 pasang.<br />
- Spuit 10-20 cc 1 buah.<br />
- Kain kassa 2 lembar.<br />
- Kapas sublimate dalam tempatnya.<br />
- Air / aquabidest NaCl 0,9 % secukupnya.<br />
- Xylocain jelly 2 % atau sejenisnya<br />
- Slang dan kantong untuk menampung urine.<br />
2. Tidak Steril<br />
- Bengkok 1 buah.<br />
- Alas bokong 1 buah<br />
- Lampu sorot bila perlu<br />
- sampiran tangan 1 pasang<br />
- Selimut mandi / kain penutup<br />
- Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril.<br />
<br />
b. Persiapan klien<br />
Terutama untuk tindakan kateterisasi urine klien harus diberi penjelasan secara adekuat tentang prosedur dan tujuan pemasangan kateter urine. Posisi yang biasa dilakukan adalah dorsal recumbent,berbaring di tempat tidur / diatas meja perawatan khususnya bagi wanita kurang memberikan fasa nyaman karena panggul tidak ditopang sehingga untuk melihat meatus urethra menjadi sangat sulit. Posisi sims / lateral dapat dipergunakan sebagai posisi berbaring / miring sama baiknya tergantung posisi mana yang dapat memberikan praaan nyaman bagi klien dan perawat saat melakukan tindakan kateterisasi urine.<br />
c. Persiapan perawat<br />
1. Mencuci tangan meliputi :<br />
o Melepaskan semua benda yang ada di tangan<br />
o Menggunakan sabun<br />
o Lama mencuci tangan 30 menit<br />
o Membilas dengan air bersih<br />
o Mengeringkan dengan handuk / lap kering<br />
o Dilakukan selama dan sesudah melakukan tindakan kateterisasi urine<br />
- Memakai sarung tangan<br />
- Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien.<br />
d. Pelaksanaan<br />
a) Pasang sampiran dan pintu ditutup<br />
b) Perlak dan alasnya dipsang dibawah gluteus<br />
c) Letakan 2 bengkok diantara kedua tungkai klien<br />
d) Cuci tangan<br />
e) Pada klien pria :<br />
Klien berbaring, perawat berada di sebelah klien, meatus uretra dan glandula penis disinfeksi dengan cairan antiseptic, pasang doek bolong dan perawat memakai handscone steril, selang kateter diberi jelly secukupnya pada pemukaan yang akan dimasukan pada uretra, penis ditegakkan lurus keatas dan tanpa ukuran kateter urine dimasukan perlahan kedalam buli-buli, anjurkan klien untuk menarik nafas panjang.<br />
f) Pada klien wanita<br />
Labia mayora dibuka dengan ibu jari dan telunjuk tangan perawat yang dibungkus dengan kapas savlon, bersihkan vulva sekurang - kurangnya tiga kali, perawat memakai sarung tangan dengan menggunakan kassa steril dan bethadin 10% disinfeksi labia mayora dan lipat paha, pasang doek bolong steril, kateter urine dimasukan perlahan - lahan yang sebelumnya telah diberi jelly dan klien dianjurkan menarik nafas dalam.<br />
g) Urine yang keluar ditampung dalam urine bag.<br />
h) Isi balon kateter urine dengan aquabidest / nacl 0,9% = 10 cc sesuai dengan petunjuk yang tertera pada pembungkus kateter urine.<br />
i) Fiksasi kateter urine di daerah pangkal paha<br />
j) Letakan urine bag lebih rendah daripada kandung kemih atau gantung urine bag di bed.<br />
k) Disinfeksi sambungan urine bag dengan kateter urine.<br />
l) Rapihkan klien,bersihkan alat,<br />
m) Perawat cuci tangan<br />
n) Memberikan penjelasan kembali tentang prosedur tindakan pada klien.<br />
e. Perawatan kateter urine selama terpasang kateter<br />
Perawatan kateter urine sangat pentung dilakukan pada klien dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dari pemasangan kateterisasi urine seperti infeksi dan radang pada saluran kemih, dampak lain yang mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar manusia perawatan yang dilakukan meliputi : menjaga kebersihan kateter dan alat vital kelamin, menjaga kantong penampumg urine dengan tidak meletakan lebih tinggi dari buli-buli dan tidak agar tidak terjadi aliran balik urine ke buli-buli dan tidak sering menimbulkan saluran penampung karena mempermudah masuknya kuman serta mengganti kateter dalam jangka waktu 7-12 hari. Semakin jarang kateter diganti, resiko infeksi makin tinggi, penggantian kateter urine tergantung dari bahan kateter urine tersebut sebagai contoh kateter urine dengan bahan latteks silicon paling lama dipakai 10 hari,sedang bahan silicon dapat dipakai selama 12 hari. Pada tahap pengangkatan kateterisasi urine perlu diperhatikan agar balon kateter urine telah kempis. Selain itu menganjurkan klien menarik nafas untuk mengurangi ketegangan otot sekitar saluran kemih sehingga kateterisasi urine dapat diangkat tanpa menyebabkan trauma berlebihan<br />
Tindakan memasukkan kateter kedalam buli-buli melalui uretra dinamakan kateterisasi uretra. Indikasi kateterisasi dapat untuk membantu menegakkan diagnosis dan tindakan terapi.<br />
<br />
Tindakan kateterisasi untuk tujuan diagnosis, misalnya ;<br />
1. Memperoleh contoh urin pada wanita guna pemeriksaan kultur urin.<br />
2. Mengukur residual urin pada pembesaran prostat<br />
3. Memasukkan bahan kontras pemeriksaan seperti pada sistogram<br />
4. Mengukur tekanan tekanan buli-buli seperti pada sindrom kompartemen abdomen<br />
5. Untuk mengukur produksi urin yang merupakan cerminan keadaan perfusi ginjal pada penderita shock<br />
6. Mengetahui perbaikan atau perburukan pada trauma ginjal dari urin yang bertambah merah atau jernih yang keluar dari kateter<br />
Tindakan kateterisasi untuk tujuan terapi, antara lain :<br />
1. Mengeluarkan urin pada retensio urinae<br />
2. Membilas / irigasi buli-buli setelah operasi batu buli-buli, tumor buli atau prostat<br />
3. Sebagai splint setelah operasi uretra seperti pada hipospadia<br />
4. Untuk memasukkan obat ke buli-buli, misalnya pada carcinoma buli-buli<br />
Macam kateter uretra<br />
Kateter uretra bisa terbuat dari logam, karet atau silikon. Bermacam bentuk kateter dibuat, dan umumnya dinamai sesuai dengan pembuatnya, seperti kateter Nelaton, Tiemann, de Pezzer, Malecot dan Foley. Saat ini yang paling populer dan mudah didapat adalah kateter Foley. Selain mudah ditemui, keunggulan kateter Foley adalah merupakan kateter menetap (indwelling catheter=self retaining), tidak iritatif, tersedia dalam berbagai ukuran dan ada yang cabang tiga (three way catheter). Kateter Foley dapat dipasang menetap karena terdapat balon yang dapat dikembangkan sesudah kateter berada dalam buli-buli melalui pangkal kateter.<br />
Ukuran kateter uretra<br />
Ukuran pada kateter uretra menunjuk pada diameter luar, bukan lumennya. Pada bungkus kateter dan pangkal kateter selalu tercetak ukuran diameter kateter dan jumlah cairan yang diizinkan untuk dimasukkan dalam balon kateter. Ukuran diameter luar kateter ditulis dalam satuan Ch = Cheriere atau F/Fr = French (bukan Foley), dimana 1 Ch / 1 F sama dengan 0.33 milimeter; atau dengan kata lain 1 milimeter sama dengan 3 Ch atau 3 F. Pada orang dewasa Indonesia biasanya dipasang kateter no 16 atau 18.<br />
Persiapan pemasangan kateter uretra<br />
Karena pemasangan kateter merupakan tindakan invasif, menimbulkan nyeri dan dapat menimbulkan komplikasi permanen, pemasangannya harus melalui persetujuan tertulis (informed consent). Kateterisasi juga dapat menimbulkan infeksi pada uretra dan buli-buli, karenanya harus dilakukan secara aseptik.<br />
Peralatan yang harus disiapkan adalah :<br />
1. Kateter steril / baru yang masih dalam bungkus 2 lapis<br />
2. Sarung tangan steril<br />
3. Kasa<br />
4. Zat antiseptik, misalnya povidone iodine<br />
5. Doek lubang<br />
6. Pelicin misalnya KY jelly<br />
7. Pinset steril<br />
8. Klem<br />
9. NaCl atau aqua steril<br />
10. Spuit<br />
11. Urine bag<br />
Prosedur pemasangan kateter uretra<br />
Pemasangan kateter pada wanita lebih mudah karena uretranya pendek, karenanya prosedur pemasangan dibawah ini merupakan kateterisasi pada laki-laki dewasa.<br />
1. Cuci tangan dengan antiseptik<br />
2. Memakai sarung tangan steril<br />
3. Disinfeksi sekitar meatus eksternus, kemudian seluruh penis, pubis, skrotum dan perineum<br />
4. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang<br />
5. Masukkan pelicin / lubrikans kedalam spuit tanpa jarum dan semprotkan pelicin kedalam uretra<br />
6. Tutup meatus agar pelicin tidak keluar<br />
7. Minta asisten untuk membuka bungkus luar, pegang plastik pembungkus kateter dan robek plastik pembungkus<br />
8. Ujung kateter dipegang dengan pinset, sedang pangkal bisa dibiarkan dalam plastik pembungkus atau dikeluarkan untuk dipegang dengan jari ke IV dan V<br />
9. Masukkan ujung kateter pelan-pelan<br />
10. Bila ujung kateter sampai pada tempat sempit, yaitu pada sphincter, pars membranacea uretra atau adanya penyempitan oleh BPH, laju ujung kateter akan tertahan<br />
11. Minta penderita bernapas dalam dan relaks; tekan beberapa menit sampai terjadi relaksasi, biasanya kateter dapat melewati tempat sempit dan masuk ke dalam buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urin<br />
12. Masukkan terus kateter sampai pangkal kateter<br />
13. Masukkan NaCl atau aqua steril untuk mengembangkan balon, jumlah cc-nya sesuai dengan yang tertulis pada pangkal kateter dan tarik kateter agar balon menutup orificium<br />
14. Klem kateter, hubungkan dengan urine bag secara asepsis, buka klem dan biarkan urin mengalir<br />
15. Lakukan fiksasi kateter pada paha atau inguinal.<br />
Bila kateter tertahan pada sphincter atau terdapat penyempitan uretra karena BPH, ada beberapa teknik untuk mengatasinya, antara lain :<br />
1. Minta penderita untuk relaks, bernapas panjang<br />
2. Diberi anestesi topikal untuk mengurangi nyeri dan membantu relaksasi<br />
3. Menyemprotkan pelicin melalui pangkal kateter untuk membantu membuka tempat penyempitan<br />
4. Masase prostat melalui colok dubur (oleh asisten)<br />
5. Ganti dengan kateter yang lebih kecil atau kateter Tiemann yang ujungnya runcing<br />
6. Bila buli-buli penuh, kosongkan dulu dengan sistostomi; karena buli-buli penuh dapat mendesak prostat dan uretra. Setelah buli-buli kosong, coba kembali dilakukan kateterisasi<br />
Perawatan kateter menetap<br />
Kateter merupakan benda asing pada uretra dan buli-buli, bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan komplikasi serius. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk merawat kateter menetap :<br />
1. Banyak minum, urin cukup sehingga tidak terjadi kotoran yang bisa mengendap dalam kateter<br />
2. Mengosongkan urine bag secara teratur<br />
3. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh penderita agar urin tidak mengalir kembali ke buli-buli<br />
4. Membersihkan darah, nanah, sekret periuretra dan mengolesi kateter dengan antiseptik secara berkala<br />
5. Ganti kateter paling tidak 2 minggu sekali<br />
Komplikasi pemasangan kateter<br />
Bila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa menyebabkan luka dan perdarahan uretra yang berakhir dengan striktur uretra seumur hidup<br />
1. Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli juga dapat menimbulkan luka pada uretra. Karenanya, balon dikembangkan bila yakin balon akan mengembnag dalam buli-buli dengan mendorong kateter sampai ke pangkalnya<br />
2. Infeksi uretra dan buli-buli<br />
3. Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau fiksasi yang keliru<br />
4. Merupakan inti pembentukan batu buli-buli<br />
5. Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon terkembang bisa dicabut yang berkibat perdarahan dan melukai uretra<br />
6. Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang balon tersumbat<br />
<br />
PEMASANGAN KATETER VENA SENTERAL<br />
A. Pengertian<br />
Kateter adalah tindakan memasukan selang karet atau plastic melalui uritera dan masuk dalam kandung kemih.<br />
Tehnik operasi<br />
1. Terlentangkan penderita, dengan sedikit-dikitnya kepala turun 15° untuk menggembungkan pembuluh leher dan untuk mencegah emboli udara. Bila telah dipastikan tidak ada cedera servikal, maka kepala penderita dapat diputar menjauhi tempat punksi vena.<br />
2. Bersihkan kulit sekeliling tempat punksi vena dan pasang kain steril keliling daerah ini. Dalam melakukan prosedur ini harus menggunakan sarung tanganyang steril.<br />
3. Bila penderitanya sadar, gunakan anestesi lokal ditempat punksi vena.<br />
4. Gunakan jarum kaliber besar yang disambung kepada suatu semprit 10 ml, masukkan 0,5 sampai 1 ml air garam (saline), ke dalam pusat segitiga yang dibentuk oleh kedua caput otot sternokleidomastoideus dan tulang clavicula (akses melalui vena jugularis interna).<br />
5. Setelah kulit dipunksi, arahkan sudut jarum keatas, untuk mencegah jaringan kulit (plug) menyumbat jarum.<br />
6. Arahkan jarum keujung bawah (ekor), paralel dengan permukaan sagital, dengan sudut 30° posterior dengan permukaan depan.<br />
7. Majukan jarum dengan lambat sambil mencabut tutup semprit dengan perlahan.<br />
8. Kalau tampak aliran darah bebas didalam semprit yang berwarna agak gelap, cabut semprit dan tutup jarumnya untuk mencegah emboli udara. Kalau pembuluh belum dimasuki, cabut jarum dan arahkan jarumnya kembali dengan 5°-10° ke lateral.<br />
Catatan: apabila akses yang dipakai vena femoralis, vena cubiti atau vena subclavia, maka jarum punksi dimasukkan ke vena cubiti atau vena femoralis atau vena subclavia. Khusus untuk vena subclavia arah jarum punksidari lateral masuk di daerah sulkus deltoideo-pektoralis di bawah 1/3 tengah tulang klavikula ke arah ingulum<br />
9. Masukkan kawat pemandu sambil memantau electrocardiogram untuk ketidaknormalan irama atau bisa dipakai c-arm x-ray.<br />
10. Cabut jarum sambil menahan kawat pemandu dan majukan kateter melalui kawat pemandu sampai ke vena cava superior dekat atrium kanan. Sambungkanlah kateter dengan pipa/ selang infus.<br />
11. Tambatkanlah kateter ke kulit (misalnya dengan jahitan), berikan salep antiseptik dan tutup dengan kasa steril.<br />
12. Kateter bisa disambung dengan selang monitor tekanan vena sentral atau botol infus.<br />
13. Dapatkan film dada untuk mengetahui posisi kateter intravena dan komplikasi pneumothorax atau hematothorax yang mungkin terjadi.<br />
Komplikasi Operasi<br />
a. Pneumo- atau hematothorax<br />
b. Trombosis vena<br />
c. Cedera arteri atau syaraf<br />
d. Fistula arteriovena<br />
e. Chylothorax<br />
f. Infeksi<br />
g. Emboli udara<br />
Morbiditas (Morbiditas 0 – 15%) Cedera pada beberapa bangunan pada pintu masuk thorax telah pernah dilaporkan: pneumotharax, hemothorax, tertusuknya arteri dan kerusakan ductus thoracicus serta nervus phrenicus. Angka komplikasi yang pernah dilaporkan setelah kateterisasi pada vena-vena profunda berkisar 0-15% dan boleh jadi tergantung pada pengalaman operator.<br />
<br />
B. Perawatan Pascabedah<br />
Penderita pasca pemasangan kateter vena sentral (KTS), dirawat diruangan Intensive Care Unit, dilakukan observasi dan monitoring ketat selain untuk kepentingan pemberian cairan, mengevaluasi hasil pemberian cairan juga kemungkinan terjadinya komplikasi seperti: Pneumo- atau hematothorax, Trombosis vena, Cedera arteri atau syaraf, Fistula arteriovena, Chylothorax, Infeksi, Emboli udara<br />
Follow up<br />
Penderita pasca pemasangan kateter vena sentral (KTS), di lakukan monitoring ketat di Intensive Care Unit, diobservasi tanda-tanda vital, seperti sistem pernafasan, sistem sirkulasi, keseimbangan cairan, analisis gas darah bila diperlukan. Diamati juga perbaikan kondisi pasien dengan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.<br />
Pengecekan dan pengujian–Sebelum menyuntikkan cairan, darah supaya disedot untuk meyakinkan bahwa kateter berada dalam ruangan vaskuler. Bila kateter dihubungkan dengan botol berisi cairan yang ditempatkan lebih rendah dibawah pasien maka seharusnya darah mengalir dengan mudah karena pengaruh gaya berat. Pada waktu kateter dihubungkan dengan kolom cairan guna pengukuran tekanan vena sentral maka kolom cairan seharusnya menunjukkan gerakan-gerakan yang lebih kencang sesuai dengan denyut jantung. X-foto thorax supaya dibuat untuk meyakinkan bahwa posisi ujungnya berada diatas atrium kanan, sebaiknya tidak lebihdari 2cm dibawah garis yang menghubungkan kedua tepi bawah clavicula.<br />
Pengawasan untuk mendeteksi infeksi-infeksi karena kateter merupakan hal penting. Bila terjadi infeksi maka kateter supaya segera dilepas.<br />
Mempertahankan aliran melalui kateter adalah tindakan penting untuk mencegah aliran balik darah dan bekuan (Clotting). Setelah melakukan pengukuran tekanan vena secara intermitten maka kesalahanyang paling lazim dilakukan orang adalah lupa untuk mengalirkan infus kembali sehingga berakibat terjadinya bekuan yang menyumbat kateter. Akibatnya kateter itu harus dilepas.<br />
<br />
<br />
Tindakan perawatan kateter<br />
Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter<br />
Tujuan:<br />
1. Menjaga kebersihan saluran kencing<br />
2. Mempertahankan kepatenan (fiksasi) kateter<br />
3. Mencegah terjadinya infeksi<br />
4. Mengendalikan infeksi<br />
Persiapan alat dan bahan:<br />
Meja/trolly yang berisi:<br />
1. Sarung tangan steril<br />
2. Pengalas<br />
3. Bengkok<br />
4. Lidi waten steril<br />
5. Kapas steril<br />
6. Kasa steril<br />
7. Antiseptic (Bethadin)<br />
8. Aquadest / air hangat<br />
9. Korentang<br />
10. Plester<br />
11. Gunting<br />
12. Bensin<br />
13. Pinset<br />
14. Kantung sampah<br />
Pelaksanaan:<br />
1. Siapkan alat dan bahan<br />
2. Beritahu pasien maksud dan tujuan tindakan<br />
3. Dekatkan alat dan bahan yang sudah disiapkan<br />
4. Pasang tirai, gorden yang ada<br />
5. Cuci tangan<br />
6. Oles bensin pada plester dan buka dengan pinset<br />
7. Buka balutan pada kateter<br />
8. Pakai sarung tangan steril<br />
9. Perhatikan kebersihan dan tanda-tanda infeksi dari ujung penis serta kateter<br />
10. Oles ujung uretra dan kateter memakai kapas steril yang telah dibasahi dengan aquadest / air hangat dengan arah menjauhi uretra<br />
11. Oles ujung uretra dan kateter memakai lidi waten + bethadin dengan arah menjauhi uretra<br />
12. Balut ujung penis dan kateter dengan kasa steril kemudian plester<br />
13. Posisikan kateter ke arah perut dan plester<br />
14. Rapikan klien dan berikan posisi yang nyaman bagi pasien<br />
15. Kembalikan alat ke tempatnya<br />
16. Cuci tangan<br />
17. Dokumentasikan tindakan<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Smeltzer, C. Suzanne, Bare, G. Brenda. Brunner and Suddarth’s Text Book of Medical Surgical Nursing. 8th vol 2 alih bahasa Kuncoro, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC; 2001<br />
Perry, Anne, Griffin, Potter A. PatriciaUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-80219501977676249512011-06-18T20:14:00.001-07:002011-06-18T20:14:36.158-07:00pemasangan infus intravenaProsedur Pemasangan Infus<br />
<br />
<br />
Definisi :<br />
<br />
Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.<br />
<br />
<br />
<br />
Kegunaan :<br />
<br />
Tindakan infus diberikan pada pasien dengan :<br />
<br />
* Dehidrasi.<br />
* Sebelum transfusi darah.<br />
* Pra dan pasca bedah sesuai program pengobatan, serta pasien yang sistem pencernaannya terganggu.<br />
<br />
<br />
<br />
Perisapan :<br />
<br />
* Cuci tangan di air mengalir<br />
* Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan<br />
* IV Catheter (Abocath) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan<br />
* Infus set / blood set<br />
* Cairan infus sesuai kebutuhan<br />
* Standar infus<br />
* Tali pembendung (Torniquet )<br />
* Kapas alkohol 70% dalam tempatnya<br />
* Betadine dalam tempatnya<br />
* Kassa steril<br />
* Sarung tangan steril<br />
* Plester<br />
* Bengkok (nierbekken)<br />
* Gunting verband<br />
* Pengalas<br />
* Spalk bila perlu (untuk anak-anak)<br />
* Membawa alat-alat ke dekat pasien<br />
<br />
<br />
Pelaksanaan :<br />
<br />
* Identifikasi pasien<br />
* Mempersiapkan psikologis pasien<br />
* Menjelaskan dengan prosedur yang sederhana dan persetujuan tindakan<br />
* Menjelaskan tujuan tindakan<br />
* Mengatur cahaya agar penerangan baik<br />
* Pasang infus set ke cairan dengan cara :<br />
<br />
<br />
<br />
1. Buka infus set. Geser bagian klem hingga 10 cm dari bagian ruang tetesan dan tutup/klem dengan cara digeser ke bawah.<br />
2. Hubungkan infus set dengan botol cairan infus kemudian gantungkan.<br />
3. Isi cairan pada infus set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruang tetesan terisi sebagian, kemudian buka klem dan alirkan cairan hingga slang terisi dan udaranya keluar.<br />
<br />
<br />
Pilih vena yang akan dilakukan penusukan.<br />
<br />
* Letakkan pengalas<br />
* Siapkan plester<br />
* Lakukan pembendungan dg tourniquet di atas vena yang akan ditusuk<br />
* Pakai sarung tangan steril<br />
<br />
<br />
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.<br />
<br />
<br />
<br />
Tusukan IV kateter (abocath) ke dalam vena secara perlahan dengan lubang jarum menghadap ke atas.<br />
<br />
<br />
<br />
Bila berhasil darah akan keluar dan terlihat melalui indukator. Masukan seluruh cateter dan tarik bagian jarumnya, kemudian sambungkan pada selang infus.<br />
<br />
<br />
<br />
* Buka tourniquet, buka klem selang infus untuk melihat kelancaran tetesan, bila lancar amankan IV cateter dengan cara di plester.<br />
* Letakan kassa steril yang sudah dioleskan dengan betadine, lalu tempelkan pada vena yang ditusuk kemudian rekatkan dengan plester.<br />
* Pasang plester berikutnya untuk mengamankan slang infus.<br />
* Pasang spalk bila perlu<br />
* Atur tetesan infus sesuai kebutuhan<br />
* Rapikan klien dan bereskan alat-alat<br />
* Cuci tangan<br />
* DokumentasikanUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-79784579971392393862011-06-18T20:12:00.001-07:002011-06-18T20:12:59.189-07:00Teknik Pemasangan Infus<br />
<br />
Pemberian Cairan Intravena<br />
<br />
Tujuan Utama Terapi Intravena:<br />
<br />
<br />
<br />
1. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh<br />
<br />
2. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi<br />
<br />
3. Transfusi darah dan produk darah<br />
<br />
4. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi<br />
<br />
<br />
<br />
Keuntungan dan Kerugian Terapi Intravena<br />
<br />
Keuntungan:<br />
<br />
* Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat.<br />
<br />
* Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan<br />
<br />
* Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi<br />
<br />
* Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari<br />
<br />
* Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis<br />
<br />
<br />
<br />
Kerugian:<br />
<br />
* Tidak bisa dilakukan “drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi<br />
<br />
* Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speeed Shock”<br />
<br />
* Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:<br />
<br />
§ Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu<br />
<br />
§ Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia<br />
<br />
§ Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan <br />
<br />
<br />
<br />
Peran Perawat Dalam Terapi Intravena<br />
<br />
* Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus maupun kemasannya<br />
<br />
* Memastikan cairan infus diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)<br />
<br />
* Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten<br />
<br />
* Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan abnormalitas<br />
<br />
* Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi<br />
<br />
* Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Persiapan Infus dan Insersi Kateter pada Vena Perifer<br />
<br />
Persiapan Pasien<br />
<br />
* Periksa rekam medis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi dan rencana perawatan<br />
<br />
* Periksa ulang perintah dokter mengenai cairan yang harus diberikan dan kecepatan tetesan.<br />
<br />
* Edukasi ( pendidikan) pasien mengenai:<br />
<br />
§ Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)<br />
<br />
§ Lama terapi intravena<br />
<br />
§ Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)<br />
<br />
§ Anjuran:<br />
<br />
- Laporkan ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan)<br />
<br />
- Laporkan jika kecepatan tetesan berkurang atau bertambah<br />
<br />
* <br />
o Larangan:<br />
<br />
- Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur dokter/perawat<br />
<br />
- Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set<br />
<br />
- Sesuai intuksi dokter, misalnya larangan berjalan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Persiapan Peralatan<br />
<br />
* Alat<br />
<br />
* Alat untuk kateter I.V. / Venocath<br />
* Prinsip: Pilih alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar<br />
<br />
Lihat: Pedoman ukuran jarum kateter dibawah ini:<br />
<br />
* Ukuran 16<br />
<br />
Guna: – Dewasa<br />
<br />
- Bedah Mayor, Trauma<br />
<br />
- Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan<br />
<br />
Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi<br />
<br />
- Butuh vena besar<br />
<br />
* Ukuran 18<br />
<br />
Guna: - Anak dan dewasa<br />
<br />
- Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya<br />
<br />
Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi<br />
<br />
- Butuh vena besar<br />
<br />
<br />
<br />
* Ukuran 20<br />
* Guna: – Anak dan dewasa<br />
<br />
- Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya<br />
<br />
Pertimbangan Perawat: umum dipakai <br />
<br />
* Ukuran 22<br />
<br />
Guna: – Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut)<br />
<br />
- Cocok untuk sebagian besar cairan infus<br />
<br />
Pertimbangan Perawat:<br />
<br />
- Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh<br />
<br />
- Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat<br />
<br />
- Sulit insersi melalui kulit yang keras<br />
<br />
<br />
<br />
* Ukuran 24, 26<br />
<br />
Guna: – Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut)<br />
<br />
- Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi kecepatan tetesan lebih lambat<br />
<br />
Pertimbangan Perawat:<br />
<br />
- Untuk vena yang sangat kecil<br />
<br />
- Sulit insersi melalui kulit keras<br />
<br />
<br />
<br />
* Paket I.V line yang berisi: torniquet, kasa alkohol, povidone-iodine (alkohol 70 %), pisau cukur, kasa steril, plester, perban<br />
<br />
* Label<br />
<br />
* Papan untuk lengan<br />
<br />
* Alas/perlak<br />
<br />
* Alat untuk menggantung cairan infus<br />
<br />
* Sarung tangan untuk mencegah kontaminasi dari darah dan cairan tubuh pasien<br />
<br />
<br />
<br />
2. Cairan<br />
<br />
* Pastikan kemasan dan tipe cairan sesuai instruksi dokter<br />
<br />
* Periksa kejernihan, kadaluarsa, kebocoran<br />
<br />
… cairan bervariasi dalam warna, tetapi tidak pernah tampak berawan, keruh atau separated<br />
<br />
… JIKA RAGU JANGAN DIPAKAI…..!<br />
<br />
<br />
<br />
* Dicantumkan informasi: nama perawat, nama pasien, nomor identifikasi pasien, nomor kamar, tanggal dan jam pemasangan infus, tambahan obat, no urut kemasan<br />
<br />
<br />
<br />
3. Infus Set<br />
<br />
- Sesuai untuk pasien dan kemasan cairan yang akan dipakai<br />
<br />
- Tidak ada retak, lubang atau bagian yang hilang<br />
<br />
<br />
<br />
1. Infusion pump atau infusion controller, jika diperlukan<br />
<br />
<br />
<br />
Pemilihan Tempat Insersi<br />
<br />
Petunjuk Umum:<br />
<br />
* Vena yang terlihat jelas bukan berarti vena yang terbaik<br />
<br />
* Pastikan tempat insersi dirotasi. Frekuensi rotasi tergantung bahan kateter:<br />
<br />
- Kateter Teflon atau Vialon perlu diganti setiap 48-72 jam<br />
<br />
- Kateter Aguavene dapat dipertahankan lebih lama<br />
<br />
- Kateter yang terpasang lebih dari 72 jam perlu diberi alasan yang didokumentasikan dalam catatan perawatan pasien<br />
<br />
* Tempat insersi perlu diganti jika terjadi kemerahan, edema, nyeri tekan, atau filtrasi<br />
<br />
* Pedoman pemilihan vena”<br />
<br />
- Gunakan vena-vena distal terlebih dahulu<br />
<br />
- Gunakan lengan pasien yang tidak dominan<br />
<br />
- Pilih vena-vena diatas area fleksi<br />
<br />
- Pilih vena yang cukup besar untuk aliran darah adekuat ke dalam kateter<br />
<br />
<br />
<br />
- Palpasi vena untuk tentukan kondisnya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang tidak tersumbat<br />
<br />
- Pastikan lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari<br />
<br />
- Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan<br />
<br />
- Vena-vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan dewasa<br />
<br />
A. Bagian atas tangan<br />
<br />
- Metacarpal Veins<br />
<br />
- Dorsal Venous Arch<br />
<br />
- Cephalic Vein<br />
<br />
- Basilic Vein<br />
<br />
B. Bagian bawah tangan<br />
<br />
- Median antebrachial vein<br />
<br />
- Accessory Cephalic Vein<br />
<br />
- Median cuboital vein<br />
<br />
- Cephalic Vein<br />
<br />
<br />
<br />
1. Membersihkan Tempat Insersi<br />
<br />
* Cuci tangan, lalu pakai sarung tangan<br />
* Jika perlu, jepit rambut diatas insersi agar vena lebih jelas dan untuk mengurangi rasa sakit sewaktu plester dilepas<br />
* Jangan mencukur, karena mencukur dapat menggores kulit, menimbulkan iritasi jika terkena povidone-iodine/ alkohol dan menimbulkan resiko infeksi.<br />
* Bersihkan dengan larutan povidone iodine (atau alkohol 70 % jika alergi terhadap iodine)<br />
<br />
B Menstabilkan Vena<br />
<br />
* Bila pasien kedinginan/ badan dingin/ pre-syok gunakan penghangat<br />
* Untuk memperbesar vena dapat digunakan posisi yang ditusuk lebih rendah daripada jantung. (Jika perlu gunakan manset tensimeter)<br />
* Pukul-pukul vena dengan lembut<br />
* Pasien diminta untuk membuka dan menutup kepalan tangan<br />
<br />
C Berikan anastesi lokal bila perlu<br />
<br />
* Siapkan alat-alat,lalu dekatkan ke pasien<br />
<br />
* Cuci tangan lalu gunakan sarung tangan<br />
<br />
* Pilih vena yang paling baik<br />
<br />
* Jika perlu, jepit rambut yang ada, agar vena terlihat jelas dan mengurangi sakit jika plester dilepaskan<br />
<br />
* Bersihkan area insersi dengan gerakan melingkar dari pusat keluar dengan larutan antiseptik dan biarkan mengering<br />
<br />
* Pasang torniquet 4-6 inci diatas tempat insersi<br />
<br />
* Fiksasi vena; letakkan ibu jari anda diatas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk meregangkan kulit melawan arah penusukan.<br />
<br />
* Tusuk vena; pegang tebung bening kateter, bukan pusatnya:<br />
<br />
- Metode langsung: tempatkan bevel jarum mengarah ke atas dengan sudut 30-40 0 dari kulit pasien. Tusukan searah dengan aliran vena: rasakan ‘letupam’ dan lihat adanya aliran darah.<br />
<br />
<br />
<br />
Tehnik Pemasangan Infus<br />
<br />
metode tidak langsung: tusuk kulit disamping vena, kemudia arahkan kateter untuk menembus sisi samping vena sampai terlihat aliran balik darah.<br />
<br />
* Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit<br />
<br />
* Dorong kateter ke dlam vena kira-kira ¼ – ½ inci sebelum melepaskan stylet (jarum penuntun), dan dorong kateter<br />
<br />
* Lepas torniquet dan tarik stylet<br />
<br />
* Pasang ujung selang infus atau tutup injeksi intermitten<br />
<br />
* Fiksasi kateter dan selang IV (lihat macam-macam fiksasi)<br />
<br />
* Atur kecepatan tetesan infus sesuai instruksi dokter<br />
<br />
* Pasang balutan steril<br />
<br />
* Label dressing meliputi tanggal, jam, ukuran kateter dan inisial/nama pemasang<br />
<br />
* Lepas sarungtangan dan cuci tangan<br />
<br />
* Rapikan alat-alat<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tehnik Fiksasi<br />
<br />
* Metode Chevron<br />
<br />
- Potong plester ukuran 1,25 cm, letakkan dibawah hub kateter dengan bagian yang berperekat menghadap ke atas.<br />
<br />
- Silangkan kedua ujung plester melalui hub kateter dan rekatkan pada kulit pasien<br />
<br />
- Rekatkan plester ukuran 2,5 cm melintang diatas sayap kateter dan selang infus untuk memperkuat, kemudian berikan label<br />
<br />
<br />
<br />
* Metode U<br />
<br />
- Potong plester ukuran 1,25 cm dan letakkan bagian yang berperekat dibawah hub kateter<br />
<br />
- Lipat setiap sisis plester melalui sayap kateter, tekan kebawah sehingga paralel dengan hub kateter<br />
<br />
- Rekatkan plester lain diatas kateter untuk memperkuat. Pastikan kateter terekat sempurna dan berikan label<br />
<br />
* Metode H<br />
<br />
- Potong plester ukuran 2,5 cm tiga buah. Rekatkan plester pada sayap kateter<br />
<br />
Dokumentasi Terapi Intravena<br />
<br />
Inisiasi:<br />
<br />
1. Ukuran dan tipe peralatan<br />
2. Nama petugas yang melakukan insersi<br />
3. Tanggal dan jam insersi<br />
4. Tempat insersi IV<br />
5. Jenis cairan<br />
6. Ada tidaknya penambahan obat<br />
7. Kecepatan tetesan<br />
8. Adanya pemakaian alat infus elektronik<br />
9. Komplikasi, respon pasien, intervensi perawat<br />
10. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya<br />
<br />
<br />
<br />
Maintenance<br />
<br />
1. Kondisi tempat insersi<br />
2. Pemeliharaan tempat insersi<br />
3. Pergantian balutan<br />
4. Pemindahan tempat insersi<br />
5. Pergantian cairan dalam infus set<br />
6. Pasien mengerti tindakan yang dilakukan terhadapnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Penghentian<br />
<br />
1. Jam dan tanggal<br />
2. Alasan dihentikan terapi IV<br />
3. Penilaian tempat insersi sebelum dan sesudah alat dilepaskan<br />
4. Reaksi dan komplikasi yang terjadi pada pasien, serta intervensi perawat<br />
5. Kelengkapan alat akses vena sesudah dipasang<br />
6. Tindaklanjut yang akan dilakukan (mis: memakai perban untuk tempat insersi, atau melakukan inisiasi di tungkai yang baru)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
* Tipe vena yang harus dihindari:<br />
<br />
<br />
<br />
1. Vena yang telah digunakan sebelumnya<br />
2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau phlebitis<br />
3. Vena yang keras dan sklerotik<br />
4. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan<br />
5. Area-area fleksi, termasuk antekubiti<br />
6. Vena-vena kaki karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi<br />
7. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis<br />
8. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke<br />
9. Vena yang memar, merah dan bengkak<br />
10. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi<br />
11. Vena-vena yang digunakan untuk pengambilan sampel darah laboratorium<br />
<br />
<br />
<br />
Cara Penusukan Cairan dengan Infus Set<br />
<br />
* kemasan infus set<br />
<br />
* Putar klem pengatur tetesan sampai selang tertutup<br />
<br />
* Pertahankan sterilitas penusuk botol<br />
<br />
* Buka penutup botol dengan tehnik aseptik atau antiseptik<br />
<br />
* Perhatikan arah menarik penutup<br />
<br />
* Tusukkan ujung penusuk infus set ke botol secara tegak lurus dengan menerapkan tehnik aseptik. Jangan diputar<br />
<br />
* Bila menggunakan botol gelas, pasang jarum udara<br />
<br />
* Tekan chamber sampai cairan terisi setengah<br />
<br />
* Naikkan ujung infus set sejajar chamber<br />
<br />
* Putar klem pengatur tetesan perlahan supaya udara mudah keluar<br />
<br />
* Jarak botol dengan IV catheter minimal setinggi 80 cmUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-84272501220015154672011-06-18T20:08:00.000-07:002011-06-18T20:08:26.078-07:00Kajian Nasogastric Tubes (NGT)<br />
<br />
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).<br />
<br />
<br />
<br />
Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik<br />
adalah proses medis yaitu memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung, melewatu tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.(http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation )<br />
<br />
Nasogastrik:<br />
Menunjuk kepada jalan dari hidung sampai ke lambung. Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung ( melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung. Singkatan untuk Nasogastrik adalah NG. Selangnya disebut selang Nasogastrik.<br />
<br />
"Nasogastric"<br />
terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani, Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung. Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut gendut ) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942.( http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=9348)<br />
<br />
Definisi NGT :<br />
Selang Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan, dan obat-obatan secara oral. Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi dari lambung dengan cara disedot.<br />
(http://dying.about.com/od/glossary/g/NG_tube.htm )<br />
<br />
Tujuan dan Manfaat Tindakan<br />
<br />
Naso Gastric Tube digunakan untuk:<br />
1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung(cairan,udara,darah,racun)<br />
2. Untuk memasukan cairan( memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)<br />
3. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung<br />
4. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia<br />
5. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)<br />
<br />
KOMPLIKASI YANG DISEBABKAN OLEH NGT<br />
<br />
1. Komplikasi mekanis<br />
- Sondenya tersumbat.<br />
- Dislokasi dari sonde, misalnya karena ketidaksempurnaan melekatkatnya sonde dengan plester di sayap hidung.<br />
<br />
2. Komplikasi pulmonal: misalnya aspirasi.<br />
Dikarenakan pemberian NGT feeding yang terlalu cepat<br />
3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde<br />
- Yang menyerupai jerat<br />
- Yang menyerupai simpul<br />
- Apabila sonde terus meluncur ke duodenum atau jejunum.<br />
Hal ini dapat langsung menyebabkan diare.<br />
4. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi<br />
<br />
PENGKAJIAN<br />
Pengkajian pada pasien yang akan dilakukan pemasangan NGT meliputi:<br />
<br />
1. Biodata klien: Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan,tingkat pendidikan, Diagnosa medis,Tanggal admission.<br />
2. Riwayat kesehatan: Riwayat Masa lalu klien, Riwayat kesehatan keluarga dan Riwayat kesehatan klien saat ini.<br />
3. Kondisi kesehatan saat ini<br />
Pemeriksaan fisik:<br />
*Kesadaran umum: Allert/letargic, (regular/irregular),Pulse rate,Blood pressure.<br />
*Tanda-tanda Vital: Respiration(regular/irregular),Respiration rate,Pulse rate,Blood pressure.<br />
*Head to too; Apakah terdapat trauma di bagian kepala; nasophageal trauma,skull fracture,maxilo fracture,cervical fracture,disphagia,atresia oesophagus,naso-oro-pharyngeal burn.apakah terdapat paresthesia, hemipharesis,Apakah terdapat alat bantu pernafasan;pemasangan mask oksigen,nasal canula,endotracheal tube,guedel/mayo,ventilator,distensi abnominal, muntah(cairan,darah;warna,konsistensi)<br />
<br />
Data Penunjang:<br />
• Oxygen saturation<br />
• Chest X-Ray<br />
•<br />
NGT on Chest-X Ray dan Upper Abdominal X Ray<br />
sesudah insertion untuk memastikan posisi NGT di lambung<br />
<br />
• Laboratorium: sample darah lengkap,urine,stool<br />
<br />
PENGKAJIAN SECARA UMUM<br />
<br />
Pengkajian harus berfokus pada:<br />
Instruksi dokter tentang tipe slang dan penggunaan slang<br />
Ukuran slang yang digunakan sebelumnya, jika ada<br />
Riwayat masalah sinus atau nasal<br />
Distensi abdomen, nyeri atau mual<br />
<br />
<br />
Diagnosa Keperawatan<br />
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan pemasangan NGT adalah sebagai berikut :<br />
<br />
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan<br />
Gangguan Rasa Nyaman : mual muntah<br />
Kurang pengetahuan<br />
<br />
C. PERENCANAAN SECARA UMUM<br />
Perencanaan untuk pemasangan NGT sesuai dengan tujuan dan manfaat tindakan dan indikasi kontraindikasi<br />
<br />
Perencanaan keperawatan untuk menghindari beberapa komplikasi<br />
<br />
1. Komplikasi mekanis<br />
<br />
a) Agar sonde tidak tersumbat<br />
perawat atau pasien harus teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam<br />
bila aliran nutrisi enteral sementara terhenti, sonde harus dibersihkan setiap 30 menit dengan menyemprotkan air atau teh.<br />
<br />
b) Agar sonde tidak mengalami dislokasi<br />
<br />
sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasa sakit<br />
posisi kepala pasien harus lebih tinggi dari alas tempat tidur (+ 30°)<br />
<br />
2. Komplikasi pulmonal: aspirasi<br />
<br />
a) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi<br />
b) Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna.<br />
<br />
Untuk mengontrol letak sonde tepat di lambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil menyemprot udara melalui sonde.<br />
<br />
3. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde<br />
<br />
a) sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual (pada setiap pasien) panjangnya sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal sternum.<br />
b) sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung<br />
c) sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tanpa menimbulkan rasasakit<br />
d) perawat dan pasien harus setiap kali mengontrol letaknya tanda di sonde, apakah masih tetap tidak berubah (tergeser).<br />
<br />
4. Komplikasi yang disebabkan oleh yang zat nutrisi antara lain<br />
<br />
4.1. Komplikasi yang terjadi di usus<br />
a) Diare<br />
b) Perut terasa penuh<br />
c) Rasa mual, terutama pada masa permulaan pemberian nutrisi enteral<br />
<br />
4.2. Komplikasi metabolik hiperglikemia<br />
<br />
Perencanaan keperawatanya dari komplikasi yang terjadi di usus<br />
Pemberian nutrisi enteral harus dilakukan secara bertahap.<br />
Tahap pembangunan; dengan mempergunakan mesin pompa<br />
Hari 1 : kecepatan aliran 20 ml/jam = 480 ml/hari<br />
Hari 2 : kecepatan aliran 40 ml/jam = 960 ml/hari<br />
Hari 3 : kecepatan aliran 60 ml/jam = 1440 ml/hari<br />
Hari 4 : kecepatan aliran 80 ml/jam = 1920 ml/hari<br />
Hari 5 : kecepatan aliran 100 ml/jam = 2400 ml/hari = 2400 kcal/hari<br />
Kekurangan kebutuhan cairan dalam tubuh pada hari pertama sampai dengan hari keempat harus ditambahkan dalam bentuk air, teh atau dengan sistem infus (parenteral).<br />
<br />
Selanjutnya ada dua kemungkinan:<br />
Kemungkinan I<br />
Nutrisi enteral konsep 24 jam:<br />
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 100 ml/jam = 2400<br />
ml/hari = 2400 kcal/hari.<br />
<br />
Kemungkinan II<br />
Hari 6: kecepatan aliran 120 ml/jam (selama 20 jam/hari)<br />
Hari 7: kecepatan aliran 140 ml/jam (selama 17 jam/hari)<br />
Hari 8: kecepatan aliran 160 ml/jam (selama 15 jam/hari)<br />
Hari 9: kecepatan aliran 180 ml/jam (selama 13 jam/hari)<br />
Hari 10: kecepatan aliran 200 ml/jam (selama 12 jam/hari)<br />
<br />
Nutrisi enteral konsep 12 jam<br />
Kecepatan aliran nutrisi enteral tetap 200 ml/jam = 2400ml/hari = 2400 kcal/hari<br />
<br />
Maksud konsep 12 jam ini agar pasien hanya terikat oleh<br />
pemberian nutrisi enteral selama 12 jam sehari. Misalnya,hanya antara jam 19 sampai jam 7 pagi sambil tidur.<br />
Apabila timbul rasa mual atau diare, pada waktu tahap pembangunan dianjurkan supaya kecepatan aliran nutrisi enteral diturunkan 40 ml/jam.<br />
<br />
Contoh :<br />
26 Cermin Dunia Kedokteran No. 42, 1987<br />
Pada kecepatan 100 ml/jam, pasien merasa mual dan mendapat diare.<br />
Dianjurkan:<br />
-- kecepatan diturunkan sampai 60 ml/jam<br />
-- ditunggu 24 sampai 48 jam sehingga rasa mual dan diare hilang<br />
-- setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 80 ml/jam<br />
-- tunggu lagi 48 jam<br />
-- bila tak ada keluhan, kecepatan boleh dinaikkan lagi menjadi 120 ml/jam, dan seterusnya.<br />
Tiap kali timbul rasa mual atau diare, kecepatan aliran nutrisi langsung dikurangi 40 ml/jam dan perlahan-lahan setelah rasa mual dan diare hilang, kecepatan dinaikkan lagi.<br />
<br />
• perencanaan keperawatan dari komplikasi metabolik<br />
<br />
- periksa kadar gula dalam darah selama nutrisi enteral<br />
- bila terjadi hiperglikemia, terutama pada pasien-pasien yang menderita dibetes melitus, harus dilakukan terapi dengan insulin.<br />
<br />
<br />
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN<br />
<br />
A. Nutrisi enteral per sonde tak perlu dihentikan, bila<br />
1. diare ringan<br />
2. perut terasa penuh<br />
3. pasien terus menerus harus bertahak<br />
4. dislokasi sonde yang tidak terlalu berat<br />
<br />
Dalam hal ini, pasien dan perawat dapat menanggulanginya dengan cara-cara sebagai berikut :<br />
-- kecepatan nutrisi enteral harus diturunkan 40 ml/jam<br />
-- apakah ada kemungkinan kontaminasi pada waktu mempersiapkan zat nutrisi?<br />
<br />
Bila demikian, sistem saluran dan zat nutrisi harus diganti dengan yang baru dan bersih.<br />
-- periksa letak sonde. Gunakan stetoskop untuk mengauskultasi lambung sambil menyemprot udara ke dalam sonde.<br />
<br />
B. Nutrisi enteral harus dihentikan sementara sampai kesukaran-kesukaran ditanggulangi, bila:<br />
1. muntah-muntah<br />
2. pilek (rinitis) yang berat<br />
3. kalau simtom-simtom dari A dalam waktu 48 jam tidak mereda<br />
Selama penghentian ini, perawat atau pasien harus secara teratur membersihkan sonde dengan menyemprotkan air atau teh agar sonde tidak tersumbat.<br />
<br />
C. Nutrisi enteral harus langsung dihentikan dan konsultasi ke<br />
dokter, bila:<br />
1. muntah-muntah yang berat<br />
2. diare yang berat<br />
3. diduga aspirasi<br />
<br />
KONTROL RUTIN<br />
<br />
1. Setiap 2 hari menimbang berat badan<br />
-- ini merupakan kontrol rutin yang mudah dan efektif<br />
-- bila berat badan tidak naik atau bahkan menurun menunjukkan sesuatu yang tidak sempurna<br />
-- dalam hal ini harus konsultasi ke dokter.<br />
2. Pasien atau perawat harus secara teratur membuat protokol<br />
tentang frekuensi, jumlah dan konsistensi dari tinja.<br />
3. Pasien atau perawat harus setiap kali mengontrol apakah letak tanda pada sonde masih berada di permukaan lubang hidung dan tidak tergeser. Sonde harus tetap melekat sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik, tanpa menimbulkan rasa sakit.<br />
4. Mesin pompa dan sistem pipa plastik harus dikontrol baik- baik kebersihannya dan tidak boleh bocor<br />
<br />
"CHECK LIST"<br />
Harus konsultasi ke dokter, bila :<br />
1. berat badan turun<br />
2. pilek (rinitis) yang berat<br />
3. diduga aspirasi<br />
4. muntah-muntah yang berat<br />
<br />
Apakah kedudukan sonde masih sempurna? Bila:<br />
1. pasien terus menerus bertahak (refluks)<br />
2. diare: ini akan terjadi bila sonde meluncur terus menuju abdomen atau jejunum.<br />
Dalam hal ini sonde harus agak ditarik ke luar.<br />
Apakah osmolaritas zat nutrisi sesuai dengan yang dianjurkan? Bila:<br />
1. diare<br />
2. perut terasa penuh.<br />
Dalam hal ini harus diperiksa apakah zat nutrisi dipersiapkan sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik. Perhatikan perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah bubuk zatnutrisi.<br />
Apakah kecepatan aliran nutrisi enteral tidak terlalu cepat?<br />
Apakah mesin pompa atau sistem pipa tidak sempurna?<br />
Bila<br />
1. diare<br />
2. perut terasa penuh<br />
<br />
Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan NGT<br />
INDIKASI:<br />
<br />
• Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan<br />
• Keracunan makanan minuman<br />
• Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT<br />
• Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung<br />
<br />
KONTRAINDIKASI:<br />
<br />
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:<br />
<br />
• Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.<br />
• Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.<br />
• Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT<br />
• Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan<br />
konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisiUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-44851515274471974062011-05-29T11:08:00.001-07:002011-05-29T11:08:58.682-07:00anemia defisiensi besiBAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
A. Latar Belakang Masalah<br />
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan anemia yang paling sering terjadi di negara berkembang seperti Indonesia terkait tingkat ekonomi terbatas, kurangnya asupan protein hewani, dan infestasi parasit yang merupakan masalah endemik. Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia belum ada data yang pasti, Martoatmojo et al memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25-84% pada perempuan tidak hamil serta 46-92% pada wanita hamil. Anemia ini ditandai dengan terjadinya penurunan kadar hemoglobin, MCV, MCH, MCHC,feritin serum dan meningkatnya Total Iron Binding Capacity (TIBC).<br />
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi untuk sintesis heme pada hemoglobin untuk transportasi O2 ke jaringan tubuh. Anemia ini bisa terjadi pada bayi dan anak-anak. Hal ini dikarenakan pada masa bayi dan anak-anak diperlukan asupan besi yang cukup tinggi untuk mencapai kadar normal besi pada dewasa sekitar 5 gr di mana tubuh bayi baru lahir mengandung 0,5 gr besi sehingga diperlukan sekitar 0,8 mg/hari untuk mencapai kadar normal tersebut(Waldo E. Nelson, 2000). Apabila asupan tersebut tidak terpenuhi dapat mengakibatkan defisiensi besi. Selain itu juga dapat disebabkan oleh gangguan absorbsi kongenital, perdarahan akut maupun kronis, dan faktor nutrisi.<br />
Pada skenario 1 diketahui seorang anak laki-laki 2 tahun 6 bulan, BB 11 kg dengan hernia inguinalis lateralis sinistra responibilis yang terdapat bising sistolik pada semua ostia dengan berat badan yang tidak naik-naik dan pucat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung 120 kali/menit, laju respirasi 28 kali/menit, afebril, dan konjungtiva anemis (+). Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 16 Juni 2007 terdapat golongan darah pasien A, AE, AL, AT normal dan kadar hemoglobin turun (6,5 gr%) serta hematokrit turun (24,5 %). Pada gambaran darah tepi terdapat kesan anemia mikrositik hipokromikdan dokter menyimpulkan Diferential Diagnosis (DD) bahwa anak tersebut kemungkinan menderita penyakit kronis dan/atau anemia defisiensi besi. Pemeriksaan laboratorium 18 Juni 2007 terdapat penurunan MCV, MCH, MCHC, besi serum, peningkatan TIBC, albumin 4,5 g/dl, kadar ureum 16 mg/dl (normal), kreatinin 0,4 mg/dl (normal 0,6-1,3) dan adanya ventricular septum defect (VSD) sedang. Pemeriksaan jantung terdapat intensitas meningkat dan reguler pada bunyi jantung I dan II, bising pansistolik serta telapak tangan dan kaki pucat. Pasien anak tersebut mendapatkan terapi dengan sulfas ferrosus 3mg/kg/BB, transfusi PRC, lasix 2x5 mg dan aldacton 2x6,25 mg.<br />
Dengan gambaran kasus di atas, penulis berusaha memberikan pemecahan masalah dan menafsirkan masalah pada pasien tersebut sehingga didapatkan satu diagnosis pada pasien tersebut.<br />
<br />
B. Rumusan Masalah<br />
1. Apakah anak tersebut menderita ADB?<br />
2. Bagaimana cara membedakan ADB dengan anemia penyakit kronis maupun anemia hipokromik mikrositik lainnya?<br />
3. Apa penyebab atau etiologi ADB pada anak tersebut?<br />
4. Bagaimana patogenesis, patofisiologi, gejala, penatalaksanaan, dan pencegahan pada penderita ADB?<br />
5. Bagaimana penetapan diagnosis ADB?<br />
<br />
C. Tujuan Penulisan<br />
1. Mengetahui diagnosis pada anak tersebut.<br />
2. Dapat menafsirkan dan menjelaskan pemeriksaan penunjang/laboratorium ADB dengan benar.<br />
3. Dapat menetapkan diagnosis/DD ADB sehingga dapat membedakan ABD dengan anemia mikrositik hipokromik lainnya, khususnya pada skenario ini dengan anemia penyakit kronis.<br />
4. Dapat menjelaskan mulai dari etiologi sampai pencegahan pada ADB melalui langkah-langkah yang sistematis.<br />
<br />
D. Hipotesis<br />
1. Anak tersebut menderita anemia defisiensi besi dikarenakan terjadi penurunan kadar hemoglobin, gambaran tepi darah anemia mikrositik hipokromik, MCV < 70 fl, TIBC meningkat, dan besi serum menurun.
2. Penyebab ADB pada anak tersebut disebabkan oleh tingkat kebutuhan besi yang meningkat pada masa pertumbuhan yang tidak diikuti dengan asupan besi yang cukup.
3. Penyebab ADB pada anak tersebut disebabkan oleh gangguan absorbsi besi yang dimungkinkan disebabkan oleh hernia inguinalis dan kongenital.
4. Hernia dengan anemia defisiensi besi tidak memiliki hubungan saling mempengaruhi dan kedua hal tersebut terjadi bersamaan atau hernia terlebih dahulu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemoglobin
Hemoglobin adalah hemoprotein pembawa oksigen pada eritrosit yang terdiri dari empat gugus hem dan globin. Tiap eritrosit mengandung sekitar 640 juta molekul hemoglobin (A.V. Hoffbrand, et al., 2005). Pada manusia dewasa hemoglobin utama (mayor) disebut Hb A (hemoglobin dominan setelah 3-6 bulan), yang terdiri dari dua rantai α dan dua rantai β (α2β2) dengan kadar 95% (Slamet Suyono, 2001; A.V. Hoffbrand, et al., 2005). Selain Hb A pada manusia dewasa terdapat hemoglobin pendamping (minor) yang disebut Hb A2 yang terdiri dari 2 rantai α dan dua rantai δ (α2δ2). Kadar Hb A2 pada orang dewasa adalah < 2%. Pada bayi (neonatus) dan janin (embrio) terdapat bentuk hemoglobin lain yaitu: Hb F (hemoglobin fetal) dengan kadar < 3% (Slamet Suyono, 2001) dan hemoglobin embrional. Perubahan utama dari Hb F ke hemoglobin dewasa terjadi setelah 3-6 bulan setelah lahir (A.V. Hoffbrand, et al., 2005).
Sintesis hemoglobin dimulai dari suksinil koA, yang dibentuk dalam siklus Krebs berikatan dengan glisin yang dipengaruhi oleh enzim asam δ-aminolevulinat (ALA) untuk membentuk molekul pirol. Koenzim pada reaksi tersebut yaitu piridoksal fosfat (vitamin B6) yang dirangsang oleh eritropoietin (A.V. Hoffbrand, et al., 2005) Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX, yang kemudian bergabung dengan besi (bentuk ferro/ Fe2+) untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yang disebut globin, yang disintesis di ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin. Kadar Hemoglobin normal pada laki-laki 14-18 gr/dL dan wanita 12-16 gr/dL. Setiap gram hemoglobin murni mampu berikatan dengan kira-kira 1,39 ml oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal, lebih dari 21 ml oksigen dapat dibawa dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin pada setiap desiliter darah, dan pada wanita normal, oksigen yang dapat diangkut sebesar 19 ml (Guyton dan Hall, 1997). Fungsi hemoglobin dalam eritrosit yaitu mengangkut oksigen dari paru ke jaringan melalui arteri dan membawa CO2 dari jaringan ke paru-paru (A.V. Hoffbrand, et al., 2005).
B. Metabolisme Besi
Besi merupakan mikromineral dan trace element vital yang sangat dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin, mioglobin dan beberapa enzim seperti sitokrom dalam tubuh manusia. Sekitar 65% dari 4000 mg besi yang normal dalam tubuh terikat pada hem. Setiap 1 ml eritrosit yang diproduksi memerlukan 1 mg besi (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004).Besi terdapat dalam berbagai jaringan tubuh dalam bentuk:
- Hemoglobin (dalam hem): 65% , dalam bentuk ferro dalam eritrosit.
- Ferritin dan hemosiderin : 30% dalam bentuk ferri, disimpan di hati (simpanan terbesar), limpa, dan sumsum tulang untuk eritropoesis.
- Mioglobin : 3,5% dalam bentuk ferro untuk mengangkut dan menyimpan O2 dalam otot serta konstraksi otot (Widardo, 2007).
- Enzim heme (mis. katalase, sitokrom, peroksidase, flavoprotein) : 0,5%.
Sitokrom C berfungsi dalam transfer elektron pada respirasi sel. Katalase berfungsi mengubah H2O2 berbahaya menjadi H2O dan O2 yang tidak berbahaya (Robert K. Murray, et al., 2001). Sitokrom P-540 berfungsi dalam degradasi oksidasi obat-obatan (Suhanantyo, 2007).
- Besi terikat transferin (protein beta-globulin pengikat besi dalam sirkulasi) : 0,1% (A.V. Hoffbrand, et al., 2005).
Setiap hari tubuh memerlukan 20-25 mg besi yang diperlukan eritropoesis di mana sebanyak 95% besi berasal dari perputaran daur eritrosit dan katabolisme hemoglobin. Hanya 1 mg/hari (5% dari perputaran eritrosit) besi diperlukan asupan dari makanan (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004). Kebutuhan besi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan umur. Besi dalam makanan terdiri dari besi heme dan besi nonheme. Besi heme banyak berasal dari hemoglobin dan mioglobin dalam daging, unggas, dan ikan (protein hewani) dan terdapat juga dalam hati dan jantung. Besi nonheme terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan (Widardo, 2007). Besi dalam makanan di lambung akan terjadi perubahan bentuk dari ferri menjadi ferro dibantu oleh enzim ferrireduktase di mana penyerapan besi dalam bentuk ferro lebih mudah diserap (I Made Bakta, et al., 2006). Perubahan tersebut dipengaruhi oleh vitamin C, keadaan asam (HCl), asam amino, dan gula dapat meningkatkan penyerapan besi. Besi dalam bentuk ferri, besi anorganik, pH basa, kelebihan besi, asam phytat, tanat, kalsium, fosfor, tannin dalam teh dan kopi, serat merupakan penghambat absorbsi besi (A.V. Hoffbrand, et al. 2005; Widardo, 2007; I Made Bakta, et al., 2006). Serat dan tannin dapat mengikat besi sedangkan kalsium dan fosfor berkompetisi dalam penyerapan nutrisi sehingga menghambat absorbsi besi. Besi heme 2-3 kali lebih mudah penyerapannnya daripada besi nonheme (Widardo, 2007). Agar besi nonheme mudah diabsorbsi dalam duodenum harus berada dalam bentuk terlarut (Sunita A, 2001). Penyerapan besi maksimal terjadi pada duodenum dan jejunum bagian proksimal (Sunita A, 2001; Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004, Harry R, et al., 2005). Taraf absorbsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan besi. Apabila cadangan besi cukup atau berlebih maka akan terjadi penurunan absorbsi besi. Besi dari asupan makanan hanya mencapai 5-10% yang diabsorbsi (Waldo E. Nelson, 2000). Besi nonheme di lumen usus akan berikatan dengan apotransferin menjadi transferin besi yang akan masuk ke dalam sel mukosa. Di dalam sel mukosa tersebut, besi dilepaskan dan apotransferin aka kembali kelumen usus untuk mengangkut besi lainnya. Sebagian besi tersebut berikatan dengan apoferritin membentuk ferritan sebagai cadangan besi dalam sel. Sebagian lainnya yang tidak diikat oleh apoferritin akan masuk ke peredaran darah yang berikatan dengan apotransferin membentuk transferin serum (Harry R, et al., 2005). Transferin darah membaw besi menuju sumsm tulang untuk pembentukan hemoglobin yang merupakan bagian dari eritrosit. Sisanya di bawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi disimpan dalam bentuk ferritin dan hemosiderin di hati, sumsum tulang, limpa, dan otot (Sunita A, 2001). Ekskresi besi melalui perdarahan, feses, keringat, urin, menstruasi, dan pengelupasan rambut dan kulit (Suhanantyo, 2007; Widardo, 2007).
C. Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang Diagnosis ADB
1. Jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin
Pada orang dewasa normal jumlah eritrosit pada laki-laki 4,6-6,2 juta/mm3 dan pada perempuan 4,2-5,4 juta/mm3. Kadar hemoglobin normal pada laki-laki 13,5-18 gr/dl dan perempuan 12-16 gr/dl (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004). Angka normal jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dari setiap penulis memiliki perbedaan begitu juga dengan angka normal pemeriksaan laboratorium lainnya sehingga tidak memiliki angka mutlak. Jumlah eritrosit pada ADB normal atau sedikit menurun dan kadar hemoglobin turun.
2. Indeks erirosit
Pemeriksaan indeks eritrosit meliputi Mean Corpuscular Volume (MCV), volume rata-rata sel darah merah; Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH), volume hemoglobin rata-rata dalam eritrosit; dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC), volume konsentrasi hemoglobin rata-rata. Secara manual perhitungan MCV didapatkan dari pembagian antara hematokrit dengan jumlah eritosit di mana nilai normalnya sebesar 80-98 fl (femtoliter). Perhitungan MCH didapatkan dari perbandingan antara kadar hemoglobin (Hb) dengan jumlah eritrosit dengan nilai normalnya antara 26-32 pg (pikogram). MCHC didapatkan dari perhitungan antara kadar Hb dibagi dengan hematokrit dikalikan 100% dengan nilai rujukan 32-36% (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004). Pada ADB, terjadi penurun ketiga indeks eritrosit di atas sehingga apusan darah tepinya menunjukkan anemia mikrositik hipokromik, anisositosis, dan poikilositosis. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada ADB dan thalassemia major. Leukosit dan trombosit pada umumnya normal (I Made Bakta, et al., 2006).
3. TIBC, Saturasi Transferin, dan Besi Sumsum Tulang
TIBC atau kapasitas mengikat besi total merupakan suatu pengukuran untuk mengukur kapasitas transferin serum mengikat besi. Pengambilan darah unutk pemeriksaan ini sebaiknya pada pagi hari setelah puasa 12 jam dan eksklusi suplemen besi selama 12-24 jam. Kemampuan total transferin mengikat besi diukur dari mengukur besi total yang terikat dan pemeriksaan TIBC ini tidak mengukur kadar transferin. Rentang normal untuk TIBC pada orang dewasa adalah 240-360 µg/dl, dan cenderung akan berkurang seiring bertambahnya usia sampai 250 µg/dl pada orang dengan usia di atas 70 tahun. TIBC meningkat pada defisiensi besi dan kehamilan, tetapi mungkin normal atau rendah pada penyakit kronis dan malnutrisi (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004).
Saturasi transferin menggambarkan perbandingan antara besi serum yang ada dengan TIBC dalam bentuk persentase. Saturasi transferin ini memiliki pola diurnal, tinggi pada pagi hari dan rendah pada siang dan sore hari. Persentase saturasi rendah pada defisiensi besidan penyakit kronis dan tinggi pada anemia sideroblastik, keracunan besi, serta hemolisis intravascular dan hemokromatosis (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004). Pemeriksaan sumsum tulang untuk melihat kadar cadangan besi untuk proses eritropoesis.
4. Besi serum, protoporfirin eritrosit, ferritin serum
Pemeriksaan besi serum dan ferritin serum untuk melihat ada/tidaknya besi dan cadangannya dalam tubuh. Dan protoporfirin eritrosit untuk menentukan pembentukan heme dimana besi akan diikat oleh protoporfirin.
D. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan di mana terjadi kelainan hematologi yang ditandai dengan disfungsi eritrosit dan/atau hemoglobin dalam mensuplai oksigen ke jaringan. Secara laboratorik, anemia terjadi penurunan kadar Hb, hitung eritrosit, dan hematokrit (I Made Bakta, 2006). Kriteria klinik anemia untuk di Indonesia pada umumnya adalah:
- Hemoglobin < 10 g/dl
- Hematokrit < 30%
- Eritrosit < 2,8 juta/mm3 (I Made Bakta, 2006)
Klasifikasi anemia menurut morfologi eritrosit
A. Anemia mikrositik hipokromik (MCV < 80 fl ; MCH < 27 pg)
- Anemia defisiensi besi
- Thalassemia
- Anemia akibat penyakit kronis
- Anemia sideroblastik
B. Anemia Normokromik Normositik (MCV 80-95 fl; MCH 27-34 pg)
- Anemia pascaperdarahan akut
- Anemia aplastik-hipoplastik
- Anemia hemolitik- terutama didapat
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia mieloptisik
- Anemia pada gagal ginjal kronik
- Anemia pada mielofibrosis
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
- Anemia pada leukemia akut
C. Anemia Makrositik
1. Anemia megaloblastik
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi vitamin B12
2. Nonmegaloblastik
- Anemia pada penyakit hati kronik
- Anemia pada hipotiroid
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
A. Data Klinis dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pasien
Pada skenario, kemungkinan anak laki-laki 2 tahun 6 bulan (selanjutnya disebut pasien) akan melakukan operasi hernia inguinalis lateralis sinistra responibilis (suatu keadaan bagian usus masuk ke dalam kanalis ingunalis kiri yang tidak dapat kembali) sehingga dokter bedah menyarankan pasien untuk dikonsulkan ke dokter bagian anak untuk mengetahui lebih lanjut apakah pasien memenuhi syarat untuk dioperasi. Dikarenakan pasien akan melakukan operasi sehingga dokter bagian anak melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan darah di mana salah satu tujuannya untuk mengtahui apakah ada kelainan pada sistem hematologinya.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut jantung normal, laju respirasi 28x/menit (takipneu), tanpa demam, dan konjungtiva anemis (+). Konjungtiva anemis (+) merupakan salah satu tanda anemia dan pasien tanpa demam/afebril menunjukkan tidak ada infeksi patologis. Berat badan pasien tidak naik-naik dan pucat dapat disebabkan oleh ventricular septum defect (VSD) dan anemia. VSD sedang pada pasien ditemukan pada pemeriksaan laboratorium 18 Juni 2007. VSD merupakan kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler sehingga menyebabkan bercampurnya darah arteriil (kaya O2) dengan darah venosa (kayaCO2) sehingga pasokan O2 ke jaringan berkurang sehingga terjadi pucat sedangkan pucat karena anemia disebabkan hemoglobin sebagai alat transportasi O2 berkurang yang menyebabkan suplai gas tersebut berkurang ke jaringan. Bising sistolik pada pasien dapat disebabkan oleh beban kerja jantung yang kuat untuk dapat mensuplai O2 ke jaringan dikarenakan penurunanfungsi dari hemoglobin sebagai alat transport oksigen.
Hasil pemeriksaan laboratorium 16 Juni 2007 menunjukkan kadar Hb turun (6,5 g%), jumlah eritrosit normal, hematokrit turun (24,5 %), jumlah leukosit dan trombosit normal. Penurunan Hb dan Hct menunjukkan pasien tersebut menderita anemia. Keadaan normal pada leukosit menunjukkan bahwa tidak ada infeksi pada pasien tersebut sehingga tidak mungkin pasien tersebut menderita anemia yang disebabkan infeksi parasit seperti: cacing tambang. Jumlah trombosit normal menunjukkan tidak ada perdarahan baik akut maupun kronik pada pasien tersebut sehingga tidak memungkinkan penyebab anemia pada pasien yaitu akibat perdarahan. Gambaran darah tepi eritrosit menunjukkan bahwa pasien mikrositik (ukuran sel di bawah normal), hipokromik (konsentrasi Hb di bawah normal, pucat), anisositosis (variasi bentuk abnormal eritrosit) dan eritroblas (-) menunjukkan tidak/kurangnya pembentukan eritropoesis. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang tanggal 16 Juni 2007, dokter memutuskan diagnosis banding pasien yaitu anemia defisiensi besi dan anemia penyakit kronis.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Juni 2007, terjadi penurunan indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), penurunan serum besi, peningkatan TIBC, kadar albumin, kreatinin, dan ureum normal. Penurunan indeks eritrosit menunjukkan adanya eritrosit mikrositik hipokromik. Penurunan serum besi dapat mendeteksi pasien terkena anemia defisiensi besi atau anemia penyakit kronik. Kadar normal dari ureum, kreatinin, dan albumin menunjukkan bahwa tidak ada kelainan ginjal yang dapat menyebabkan anemia. Adanya telapak tangan dan kaki pucat sebagai gejala umum dari anemia.
B. Penetapan Hipotesis dan Diagnosis Pasien
Pasien menderita anemia dikarenakan adanya penurunan indeks eritrosit, penurunan Hb, penurunan hematokrit yang disertai tanda dan gejala anemia, diantaranya: konjungtiva anemis (+), pucat, telapak tangan dan kaki pucat. Penurunan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menunjukkan pasien anemia mikrositik hipokromik. Kadar normal pada jumlah leukosit dan trombosit menunjukkan bahwa tidak ada infeksi dan perdarahan yang dapat menyebabkan anemia. Begitu juga dengan kadar normal pada ureum, kreatinin, dan albumin menunjukkan tidak adanya kelainan ginjal yang dapat menyebabkan anemia. Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien didapatkan penurunan MCV < 70 fl di mana hal tersebut hanya terdapat pada anemia defisiensi besi dan thalassemia major. Peningkatan TIBC dan penurunan serum besi merupakan hasil pemeriksaan yang khas untuk anemia defisiensi besi di mana hal tersebut tidak terdapat pada anemia mikrositik hipokromik lainnya (anemia penyakit kronis, anemia sideroblastik, dan thalassemia). Walaupun sebetulnya terdapat satu pemeriksaan penunjang lagi yang dapat mengidentifikasikan anemia defisiensi besi yaitu besi sumsum tulang. Pada anemia defisiensi besi, tidak terdapat besi dalam sumsum tulang (hasil negatif) sedangkan pada anemia mikrositik hipokromik lainnya besi sumsum tulang bisa meningkat atau normal. Berdasarkan hal di atas, maka pasien tersebut mengalami anemia defisiensi besi.
Adapun etiologi atau penyebab dari ADB pada pasien tersebut memiliki beberapa kemungkinan. Pertama, tingkat kebutuhan gizi besi meningkat karena pasien dalam masa pertumbuhan yang tidak diikuti oleh asupan gizi yang tidak cukup. Kebutuhan besi menurut AKG tahun 1998 pada anak usia 1-3 tahun membutuhkan 8 mg zat besi. Karena absorbsi besi maksimal mencapai 10%, maka dibutuhkan besi 80 mg pada usia tersebut. Untuk mencukupi jumlah tersebut diperlukan asupan gizi besi yang berasal dari protein hewani maupun nabati atau susu sapi. Kemungkinan anak tersebut kekurangan asupan gizi besi yang cukup sehingga menderita ADB. Untuk mengetahui etiologi secara pastio diperlukan pengetahuan pola makan, asupan gizi, pertumbuhan pasien. Kedua, penyebab ADB dikarenakan gangguan absorbsi besi yang disebabkan oleh hernia inguinalis yang terdapat pada pasien atau gangguan absorbsi besi bawaan/kongenital. Dapat terjadi kemungkian hernia ingunalis pada pasien tersebut ditandai dengan masuknya usus bagian duodenum dan jejunum dimana tempat tersebut merupakan tempat penyerapan maksimal zat besi. Untuk mengetahuinya lebih jauh diperlukan pemeriksaan lainnya seperti USG untuk melihat proses hernia pada pasien tersebut. Gangguan absorbsi bawaan bisa terjadi pada pasien tersebut. Untuk mengetahui lebih jelasnya, dokter memerlukan data/ infromasi mengenai riwayat penyakit keluarga, tingkat perkembangan dan pertumbuhan pasien, dan lain sebagainya. Ketiga, hernia inguinalis dan ADB pada pasien tersebut merupakan dua hal yan terjadi bersamaan dan tidak saling mempengaruhi. Pasien pada mulanya menderita hernia inguinalis di mana pada saat itu akan di operasi dan membutuhkan pemeriksaan pre-operasi diantaranya seperti yang sudah dilakukan pada pasien ini. Dan dari pemeriksaan tersebut ditemukan anemia defisiensi besi pada pasien tersebut.
C. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kosongnya cadangan besi dalam tubuh sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang dan menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. ADB dapat disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya:
- Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan aku maupun kronis dapat berasal dari:
Saluran cerna: akibat tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung, kanker kolon, infeksi cacing tambang, dll.
Saluran genitalia : menorrhagia atau metrorhagia
Saluran kemih : hematuria
Saluran napas : hemoptoe
- Faktor Nutrisi: akibat kurangnyajumlah besi total dalam makanan atau bioavaibilitasnya
- Kebutuhan besi meningkat : prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, kehamilan, menstruasi.
- Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, colitis kronik, dll.
Adanya penyebab dari salah satu diatas menyebabkan cadangan besi menurun yang ditandai dengan penurunan ferritin serum, peningkatan absorbsi dalam usus, pengecatan sumsum tulang negative sebagai kompensasi atau mekanisme homeostatis. Apabila kekuragan besi ini berlanjut maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali sehingga menyebabkan berkurangnya besi untuk eritropoesis dalam sumsum tulang sehingga menyebabkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis belum terjadi. Pada keadaan ini terjadi peningkatan protoporfirin bebas dikarenakan sintesis heme berkurang sehingga produksi prekusor (protoporfirin) meningkat. Saturasi transferin menurun dan TIBC meningkat. Apabila jumlah besi terus-menerus menurun sehingga eritropoesis menurun yang menyebabkan kadar hemoglobin mulai menurun, akibatnya timbul anemia mikrositik hipokromik khususnya anemia defisiensi besi.
Gejala umum pada anemia berupa pucat yang disebabkan oleh kurangnya volume darah,berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital. Adanya takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan aliran darah) mencerminkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Badan lemah dikarenakan pasokan O2 untuk respirasi sel menghasilkan energi berkurang. Telingan mendenging pada anemia disebabkan oleh kurangnya oksigenasi pada system saraf pusat dikarenakan oksigenasi lebih mengutamakn organ vital. Pucat pada konjungiva anemis dan jaringan di bawah kuku dikarenakan kurangnya suplai O2 yang dibawa oleh hemoglobin.
Gejala khas pada anemia defisiensi besi diantaranya: koilonikia (kuku sendok) di mana kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan menjadi cekung. Disfagia di mana terdapat nyeri telan karena kerusakan epitel hipofaring. Koilonikia dan disfagia disebabkan oleh kurangnya zat besi pada epitel yang juga menyebabkan atrofi papil lidah (lidah licin dan mengkilap) serta stomatitis angularis (keradangan pada sudut mulut, berwarna pucat keputihan). Stomatitis juga dapat diakibatkan karena kurangnya oksigenasi pada jaringan tersebut dikarenakan mengutamakan suplai O2 pada organ vital. Pica (keinginan memakan makanan yang tidak lazim) pada ADB, penulis belum dapat menjelaskan bagaimana bisa terjadi pada ADB.
Pada pemeriksaan laboratorium, ADB bisa diidentifikasi melalui penurunan kadar Hb, MCV <> 360 µg/dl) dan penurunan saturasi transferin (< 15%) merupakan hasil laboratorium khas pada anemia defisiensi besi yang dapat membedakan dengan anemia lainnya. Hercberg untuk daerah tropic menganjurkan angka ferritin serum < 20 mg/l untuk diagnosis ADB. Peningkatan reseptor transferin dalam serum dapat membedakan antara ADB dengan anemia penyakit kronik. Dan pemeriksaan laboratorium besi sumsum tulang merupakan pembeda antara ADB dengan anemia mikrositik hipokromik lainnya di mana pada ADB besi sumsum tulang negative (tidak terdapat besi dalam sumsum tulang) sedangkan anemia mikrositik hipokromik lainnya meningkat atau normal.<br />
Setelah diagnosis ditegakkan maka selanjutnya dibuat rencana pemebrian terapi. Terapi untuk ADB terdiri dari dua bagian, yaitu: terapi kausal dan pemberian preparat besi. Terapi kausal merupakan terapi yang dimaksudkan terapi pada penyebab dari timbulnya ADB itu sendiri, hal ini dilakukan agar anemia tersebut tidak kambuh lagi. Tujuan pemberian preparat besi untuk menggantikan kekurangan besi dalam tubuh. Ada dua cara pemberian preparat besi, yaitu: melalu oral dan parenteral. Terapi besi oral meruapakan pilihan yang pertama dikarenakan efektif, murah, dan aman. Preparat yang tersedia adalah sulfas ferrosus merupakan preparat pilihan pertama oleh karena paling murah tetapi efektif. Dosisnya adalah 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas ferrosus mengandung besi elemental. Pemberian sulfas ferrosus 3 x 200 mg mengakibatkan absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat meningkatkan eritropoesis dua sampai tiga kali normal. Preparat besi lain: ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate. Efek samping besi per oral yaitu gangguan gastrointestinal berupa mual , konstipasi, nyeri perut, diare, dan kolik sehingga dianjurkan diminum setelah makan dan dalam dosis kecil. Terapi besi parenteral sangat efektif tetapi memiliki risiko lebih besar dan harganya mahal. Efek sampingnya lebig besar dan berisiko diantaranya: reaksi yang sakit/nyeri pada daerah yang diinjeksi, warna kulit kecoklatan, reaksi sistemik berupa mual, muka merah, alergi, menggigil, dan rasa tidak enak di mulut.<br />
Pencegahan ADB dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan (seperti penyuluhan masyarakat tentang kesehatan lingkungan dan gizi), suplementasi besi, fortufikasi besi ke dalam bahan makanan, dan pemberantasan infeksi cacing tambang.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB IV<br />
PENUTUP<br />
<br />
A. Kesimpulan<br />
Anak laki-laki 2 tahun 6 bulan pada skenario mengalami anemia defisiensi besi dikarenakan ditemukan berbagai tanda dan gejala ADB pada pasien tersebut, diantaranya: pucat, penurunan Hb dan serum besi, gambaran darah tepi hipokromik mikrositik, peningkatan TIBC, penurunan saturasi transferin,penurunan indeks eritrosit. Pada pasien tersebut juga mengalami hernia inguinalis lateralis dan VSD. Penyebab dari ADB pada anak tersebut kemungkinan dikarenakan oleh tingkat kebutuhan besi meningkat pada masa pertumbuhan yang tidak diikuti oleh asupan gizi dari makanan yang tidak cukup, gangguan absorbsi bawaan maupun yang disebabkan hernia ingunalis pada pasien. Untuk menentukan penyebab secara pasti diperlukan pengetahuan pola makan, tingkat perkembangan dan pertumbuhan pasien, anamnesis riwayat penyakit keluarga, serta perlua adanya pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan USG untuk mengetahui keadaan hernia pada pasien.<br />
<br />
B. Saran<br />
1. Pasien sebaiknya diberikan asupan gizi besi dari makanan yang cukup yang dapat diperoleh dari protein hewani dan protein hewani.<br />
2. Sebaiknya pasien segera dilakukan operasi hernia inguinalisnya dikarenakan hasil pemeriksaan post tranfusi menunjukkan keadan normal dari kadar Hb, jumlah eritrosit, leukosit dan trombositnya.<br />
3. Skenario diharapkan memiliki data-data yang lengkap mengenai anamnesis dan pemeriksaan-pemeriksaan pasien sehingga kita dapat menentukan etiologi atau penyebab dari suatu penyakit dengan jelas.<br />
4. Dokter dan pelayanan kesehatan lainnya sebaiknya dapat berperan aktif dalam upaya promotif dan preventif terhadap masalah anemia ini khususnya anemia defisiensi besi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
<br />
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.<br />
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.<br />
Hoffbrand, A.V., et al. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. Jakarta: EGC.<br />
Murray, Robert K, et al. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC.<br />
Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15 vol. 2. Jakarta: EGC.<br />
Price, Sylvia A; Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: konsep proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.<br />
Raspati, Harry, et al. 2005. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta : IDAI.Sacher,<br />
Ronald A; Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: EGC.<br />
Samigun. 2007 “Kuliah: Hematinik 97” Bagian Farmakologi FK UNS.<br />
Sudoyo, Aru W, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI.<br />
Tim Penyusun. 2007. Buku Pedoman: Blok IV Hematologi. Surakarta: Unit Pengembangan Pendidikan Kedoteran FK UNS.<br />
Widardo. 2007. “Gizi: Zat Besi” disampaikan dalam kuliah penunjang tanggal 12 Februari 2008 di FK UNS. <br />
Diposkan oleh Febrian di 07:22 <br />
Label: Anemia Defisiensi Besi <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB I PENDAHULUAN <br />
A.<br />
<br />
Latar Belakang Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B<br />
12<br />
, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal. B.<br />
<br />
Tujuan 1.<br />
<br />
Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia 2.<br />
<br />
Tujuan Khusus a.<br />
<br />
Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia. b.<br />
<br />
Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia. c.<br />
<br />
Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien anemia. d.<br />
<br />
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.<br />
<br />
BAB II DASAR TEORI <br />
A.<br />
<br />
Definisi Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2001) Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm<br />
3<br />
darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997) B.<br />
<br />
Etiologi Penyebab anemia antara lain : 1.<br />
<br />
Perdarahan 2.<br />
<br />
Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B<br />
12, <br />
dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 ) 3.<br />
<br />
Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll. 4.<br />
<br />
Kelainan darah 5.<br />
<br />
Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001) C.<br />
<br />
Klasifikasi Secara patofisiologi anemia terdiri dari : 1.<br />
<br />
Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik. 2.<br />
<br />
Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik. Secara umum anemia dikelompokan menjadi : 1.<br />
<br />
Anemia mikrositik hipokrom a.<br />
<br />
Anemia defisiensi besi Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena : <br />
<br />
<br />
Diet yang tidak mencukupi <br />
<br />
<br />
Absorpsi yang menurun <br />
<br />
<br />
Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui <br />
<br />
<br />
Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah <br />
<br />
<br />
Hemoglobinuria<br />
<br />
<br />
Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru. b.<br />
<br />
Anemia penyakit kronik Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru ( abses, empiema, dll ). 2.<br />
<br />
Anemia makrositik a.<br />
<br />
Anemia Pernisiosa Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B<br />
12<br />
akibat faktor intrinsik karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B<br />
12<br />
. b.<br />
<br />
Anemia defisiensi asam folat Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun <br />
–<br />
daun yang hijau. 3.<br />
<br />
Anemia karena perdarahan a.<br />
<br />
Perdarahan akut Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian. b.<br />
<br />
Perdarahan kronik Pengeluaran darah biasanya sedikit <br />
–<br />
sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis. 4.<br />
<br />
Anemia hemolitik Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali. 5.<br />
<br />
Anemia aplastik Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll. D.<br />
<br />
Manifestasi Klinis Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)<br />
<br />
E.<br />
<br />
Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium ditemui : 1.<br />
<br />
Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 <br />
–<br />
14 g/dl ) 2.<br />
<br />
Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% ) 3.<br />
<br />
Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik ) 4.<br />
<br />
Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi 5.<br />
<br />
Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )<br />
<br />
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN<br />
<br />
<br />
A.<br />
<br />
PENGKAJIAN. 1.<br />
<br />
Aktifitas / Istirahat <br />
•<br />
<br />
Keletihan, kelemahan, malaise umum. <br />
•<br />
<br />
Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja <br />
•<br />
<br />
Toleransi terhadap latihan rendah. <br />
•<br />
<br />
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak <br />
2.<br />
<br />
Sirkulasi <br />
•<br />
<br />
Riwayat kehilangan darah kronis, <br />
•<br />
<br />
Riwayat endokarditis infektif kronis. <br />
•<br />
<br />
Palpitasi. <br />
3.<br />
<br />
Integritas ego <br />
•<br />
<br />
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya: penolakan tranfusi darah. <br />
4.<br />
<br />
Eliminasi <br />
•<br />
<br />
Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal. <br />
•<br />
<br />
Flatulen, sindrom malabsobsi. <br />
•<br />
<br />
Hematemesi, melana. <br />
•<br />
<br />
Diare atau konstipasi <br />
5.<br />
<br />
Makanan / cairan <br />
•<br />
<br />
Nafsu makan menurun <br />
•<br />
<br />
Mual/ muntah <br />
•<br />
<br />
Berat badan menurun <br />
6.<br />
<br />
Nyeri / kenyamanan <br />
•<br />
<br />
Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala. <br />
7.<br />
<br />
Pernapasan <br />
•<br />
<br />
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas <br />
8.<br />
<br />
Seksualitas <br />
•<br />
<br />
Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore <br />
•<br />
<br />
Menurunnya fungsi seksual <br />
•<br />
<br />
Impotent<br />
<br />
B.<br />
<br />
DIAGNOSA KEPERAWATAN. 1.<br />
<br />
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi ke sel. <br />
•<br />
<br />
Ditandai dengan: <br />
<br />
<br />
Palpitasi, <br />
<br />
<br />
kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh, <br />
<br />
<br />
ekstremitas dingin <br />
<br />
<br />
perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat <br />
<br />
<br />
ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi <br />
•<br />
<br />
Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat <br />
2.<br />
<br />
Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen <br />
•<br />
<br />
Ditandai dengan: <br />
<br />
<br />
Kelemahan dan kelelahan <br />
<br />
<br />
Mengeluh penurunan aktifitas /latihan <br />
<br />
<br />
Lebih banyak memerlukan istirahat /tidur <br />
<br />
<br />
Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan darah, <br />
•<br />
<br />
Tujuan :<br />
<br />
terjadi peningkatan toleransi aktifitas. <br />
3.<br />
<br />
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, absorbsi makanan<br />
. <br />
•<br />
<br />
Ditandai dengan: <br />
<br />
<br />
Penurunan berat badan normal <br />
<br />
<br />
Penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut. <br />
<br />
<br />
Nafsu makan menurun, mual <br />
<br />
<br />
Kehilangan tonus otot <br />
•<br />
<br />
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan. <br />
4.<br />
<br />
Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat <br />
•<br />
<br />
Ditandai dengan : <br />
<br />
<br />
Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses <br />
<br />
<br />
Mual, muntah, penurunan nafsu makan <br />
<br />
<br />
Nyeri abdomen <br />
<br />
<br />
Ganguan peristaltik <br />
•<br />
<br />
Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya<br />
<br />
5.<br />
<br />
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder yang tidak adekuat. <br />
•<br />
<br />
Ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala- gejala yang membuat diagnosa actual <br />
•<br />
<br />
Tujuan: terjadi penurunan resiko infeksi <br />
C.<br />
<br />
INTERVENSI <br />
•<br />
<br />
Diagnosa 1 <br />
1.<br />
<br />
Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku 2.<br />
<br />
Beri posisi semi fowler 3.<br />
<br />
Kaji nyeri dan adanya palpitasi 4.<br />
<br />
Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien 5.<br />
<br />
Hindari penggunaan penghangat atau air panas <br />
Kolaborasi: <br />
1.<br />
<br />
Monitor pemeriksaan laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM 2.<br />
<br />
Berikan SDM darah lengkap /pocket 3.<br />
<br />
Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi <br />
•<br />
<br />
Diagnosa 2 <br />
1 Kaji kemampuan aktifitas pasien 2 Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas 3. Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan 4. Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi 5 Gunakan tehnik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk. <br />
•<br />
<br />
Diagnosa 3. <br />
1 Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai 2 Observasi dan catat masukan makanan pasien 3. Timbang berat badan tiap hari 4 Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering 5 Observasi mual, muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan 6. Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik <br />
Kolaboras<br />
i: 1.<br />
<br />
Konsul pada ahli gizi 2.<br />
<br />
Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya: vitamin dan mineral suplemen. 3.<br />
<br />
Berikan suplemen nutrisi <br />
•<br />
<br />
Diagnosa 4 <br />
1.<br />
<br />
Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. 2.<br />
<br />
Kaji bunyi usus<br />
<br />
3.<br />
<br />
Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung 4.<br />
<br />
Hindari makan yang berbentuk gas 5.<br />
<br />
Kaji kondisi kulit perianal <br />
Kolaborasi <br />
1.<br />
<br />
Konsul ahli gizi untuk pemberian diit seimbang 2.<br />
<br />
Beri laksatif 3.<br />
<br />
Beri obat anti diare <br />
•<br />
<br />
Diagnosa 5. <br />
1.<br />
<br />
Tingkatkan cuci tangan dengan baik 2.<br />
<br />
Pertahan kan tehnik aseptik ketat pada setiap tindakan 3.<br />
<br />
Bantu perawatan kulit perianal dan oral dengan cermat 4.<br />
<br />
Batasi pengunjung <br />
Kolaborasi <br />
1.<br />
<br />
Ambil spesemen untuk kultur 2.<br />
<br />
Berikan antiseptic topikak, antibiotic sistemik<br />
<br />
PENUTUP <br />
A.<br />
<br />
Kesimpulan Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb. B.<br />
<br />
Saran Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda <br />
–<br />
tanda anemia dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA <br />
<br />
<br />
<br />
Manjoer, Arief. 2001. <br />
Kapita Selekta Kedokteran<br />
. FK UI : Media Aeskulatius <br />
<br />
<br />
Haznan. 1987. <br />
Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam<br />
. Bandung : Ganesa. <br />
<br />
<br />
Ngastiyah. 2001. <br />
Ilmu Keperawatan Anak<br />
. Jakarta : EGC. <br />
<br />
<br />
Brunner & Suddarth. 1997. <br />
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah<br />
. Jakarta : EGC. <br />
<br />
<br />
Doenges, Marilynn, dkk. 1993. <br />
Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien<br />
. Jakarta : EGC. <br />
<br />
<br />
Long, Barbara C.1996<br />
. Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses Keperawatan )<br />
. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Anemia Pada Ibu Hamil<br />
BAB IPENDAHULUAN<br />
A. LATAR BELAKANGAnemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi lemah, letih, dan lesu akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam darah. Tak hanya pada orang dewasa, anak-anak bahkan balita pun bisa terkena anemia. Indonesia jumlah penderita anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6–18 tahun) mencapai 65 juta jiwa. Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia usia balita,remaja putri,ibu hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total mencapai 100 juta jiwa! ”Artinya, secara kasar bisa dikatakan bahwa satu di antara dua penduduk Indonesia menderita anemia.Dalam survei KRT juga terlihat angka kejadian anemia lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Jika anemia terjadi pada anak perempuan, dampaknya tidak hanya bagi anak tersebut melainkan juga generasi selanjutnya. Ini mengingat anak perempuan tersebut kelak akan mengandung dan melahirkan.Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil,menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa puber. Atau ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat menstruasi dan pada penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab lainnya adalah terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh.Sebenarnya, anemia dapat dicegah dengan mudah. Namun karena masyarakat terlalu menggampangkan, dan menganggap hal itu hanya lemah, letih, dan lesu saja. Padahal, dampak dari anemia ini sangat fatal bahkan menyebabkan kematian bagi ibu hamilB. RUMUSAN MASALAHAnemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin. Definisi yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention).Akbid Bhakti Husada Mulia Madiun<br />
<br />
Anemia Pada Ibu HamilAnemia dapat memperburuk kondisi wanita dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan masa selanjutnya. Pengaruhnya bisa menyebabkan abortus (keguguran), kelahiran prematur (lahir sebelum waktu-nya), persalinan yang lama karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan, syok serta infeksi pada saat persalinan atau setelahnya.Perdarahan antepartum (perdarahan dalam kehamilan) yang disebabkan karena lokasi implantasi plasenta (ari-ari) yang abnormal atau lepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang dapat disertai gangguan pembekuan darah (DIC : Disseminated Intravascular Coagulation) dapat memperberat kondisi anemia saat kehamilan. Dan efeknya akan memberi pengaruh buruk pada bayi, seperti lahir dengan berat lahir rendah sampai kematian perinatal.Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan gagal jantung.Gagal jantung baru akan terjadi pada seorang wanita jika Hbnya berada pada ukuran kurang dari 4 gr/dl. Hal ini menyebabkan angka kematian ibu masih sangat besar. Diperkirakan dalam 1 jam, 2 ibu meninggal akibat perdarahan, preeklampsia (penyakit pada wanita hamil dimana terjadi bengkak pada kaki, hipertensi dan adanya protein dalam air seni), infeksi, abortus dan persalinan yang macet.C. TUJUAN1. Ingin mengetahui definisi anemia pada ibu hamil secara jelas.2. Ingin mengetahui penyebab anemia pada ibu hamil.3. Ingin mengetahui gejala anemia pada ibu hamil.4. Ingin mengetahui dampak anemia pada ibu hamil.5. Ingin mengetahui cara pencegahan anemia pada ibu hamil.<br />
<br />
BAB IIPEMBAHASAN<br />
A. DEFINISI ANEMIAAnemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.<br />
Pembagian anemia dalam kehamilan<br />
1. Anemia defisiensi besiTerjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan. Merupakan anemia yang paling sering dijumpaipada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsure besi dan makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita menyusui 17 mg.<br />
Tanda dan gejala:♦Memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis,rata, dan mudah patah♦Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat, berwarna merah daging, stomatitis angularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut mulutCiri-ciri anemia defisiensi besi<br />
•<br />
mikrositosis<br />
•<br />
hipokromasia<br />
•<br />
anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom<br />
•<br />
kadar besi serum rendah<br />
•<br />
daya ikat besi serum meningkat<br />
•<br />
protoporfirin meningkat<br />
•<br />
tidak dtemukan hemosiderin dalam sumsum tulang.2. Anemia megaloblastik Terjadi pada sekitar 29 % pada kehamilan. disebabkan oleh defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisensi vitamin B12. Hal itu erat hubungannya dengan defisensi makanan.Gejala-gejalanya:<br />
•<br />
Malnutrisi <br />
•<br />
Glositis berat(Lidah meradang, nyeri)<br />
•<br />
Diare<br />
•<br />
Kehilangan nafsu makanCiri-ciri anemia megaloblastik<br />
•<br />
megaloblast<br />
•<br />
promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang<br />
•<br />
anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat. Hal itu disebabkan oleh defisiensi asam folat sering berdampingan ndenagn defisiensi besi dalam kehamilan3. Anemia hipoplastik<br />
<br />
Terjadi pada sekitar 8 % kehamilan. Disebabkan oleh sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplstik karena kehamilan, apabila wanita tsb telah selesai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik lagi.Ciri-ciri <br />
•<br />
pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12.<br />
•<br />
Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata4. Anemia hemolitikTerjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Disebabkan oleh pengancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnay tidak menderita anemia. Anemia hemolitk dibagi menjadi 2 golongan besar:1. disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler seperti thalassaemia, anemia sel sabit, sferositosis, eliptositosis, dll.2. disebabkan olehfaktor ekstrakorpuskuler seperti defisiensi G-6 Fosfat dehidrogenase, leukemia, limfosarkoma, penyakit hati dll.Gejala proses hemolitik<br />
•<br />
anemia<br />
•<br />
hemoglobinemia<br />
•<br />
hemoglobinuria<br />
•<br />
hiperbilirubinuria<br />
•<br />
hiperurobilirubinuria<br />
•<br />
kadar sterkobilin dalam feses tinggi, dllKlasifikasi anemia yang lain adalah :a. Hb 11 gr% : Tidak anemiab. Hb 9-10 gr% : Anemia ringanc. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedangd. Hb < 7 gr% : Anemia berat.<br />
B. PENYEBAB ANEMIA PADA KEHAMILANPenyebab umum dari anemia:1. Perdarahan hebat2. Akut (mendadak)3. Kecelakaan4. Pembedahan5. Persalinan6. Pecah pembuluh darah7. Kronik (menahun)8. Perdarahan hidung9. Wasir (hemoroid)10. Ulkus peptikum11. Kanker atau polip di saluran pencernaan12. Tumor ginjal atau kandung kemih13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah 15. Kekurangan zat besi16. Kekurangan vitamin B1217. Kekurangan asam folat18. Kekurangan vitamin C19. Penyakit kronik20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah21. Pembesaran limpa22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah<br />
23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah:Hemoglobinuria nokturnal paroksismalSferositosis herediterElliptositosis herediter24. Kekurangan G6PD25. Penyakit sel sabit26. Penyakit hemoglobin C27. Penyakit hemoglobin S-C28. Penyakit hemoglobin E29. Thalasemia<br />
<br />
Selain itu anemia juga disebabkan oleh:1. Kekurangan zat besi2. vitamin B12 atau asam folat3. Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal4. Kehilangan darah akibat pendarahan dalam atau siklus haid perempuan5. Penghancuran sel darah merah (anemia hemolitik)6. Infeksi HIV7. Kekurangan zat besi8. Perdarahan9. Genetik10. Kekurangan vitamin B1211. Kekurangan asam folat12. Pecahnya dinding sel darah merah13. Gangguan sumsum tulangPATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILANPerubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILANEtiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.c. Kurangnya zat besi dalam makanan.d. Kebutuhan zat besi meningkat.e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.C. GEJALA KLINISWintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.DERAJAT ANEMIANilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi wanita hamil<br />
Zat Gizi Tidak Hamil HamilEnergi (Kal) 1900 ± 285Protein (g) 44 ± 12Vitamin A (RE) 500 ± 200Vitamin C (mg) 30 ± 10Asam folat (mcg) 150 ± 50Niasin (mg) 8,4 ± 1,3Riboflavin (mg) 1,0 ± 0,2Tiamin (mg) 0,9 ± 0,2Vitamin B12 (mcg) 1,0 ± 0,3Kalsium 600 ± 400Fosfor 450 ± 200Iodium 150 ± 25Besi 25 ± 20Zinc 15 ± 5D. DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILANAnemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infek¬si dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).E. PENCEGAHAN ANEMIAAnemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl), sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hariTIPS PENCEGAHAN DAN PERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIAKondisi anemia adalah suatu kondisi yang mudah dikendalikan dan diperbaiki bila penyebabnya adalah kekurangan nutrisi atau bahan baku pembentukan hemoglobin. Bila kondisi anemia yang terjadi pada ibu adalah akibat perdarahan, penyakit darah atau kelainan tubuh lainnya, maka kondisi anemia membutuhkan perhatian lebih lanjut dan advis dokter.Berikut ini ada beberapa tips hal yang dapat ibu lakukan untuk menghindari, mengurangi dan menghadapi kondisi anemia.1. Tentukan Apakah ibu mengalami Kondisi Anemia atau tidaka. Ibu dapat mengetahuinya dengan cara memperhatikan petunjuk penting dalam dirinya. Bila ibu merasa lebih cepat lelah, letih, lesu, tidak bergairah dan mudah pusing atau pingsan, maka hal ini dapat menjadi tanda kondisi anemia. Untuk memastikannya ibu dapat melakukan pemeriksaan sederhana berikut ini.b. Berdirilah di depan cermin dan tarik kelopak mata bagian bawah. Perhatikan tingkat warna kemerahan kelopak mata tersebut. Bila pucat atau merah muda maka kemungkinan anda mengalami anemia.<br />
c. Bandingkan telapak tangan ibu dengan telapak tangan suami atau orang lain yang dianggap normal. Bila telapak tangan tampak lebih putih atau lebih pucat maka mungkin anda sedang dalam kondisi anemia.d. Julurkan dan perhatikan warna lidah anda. Bila tepi lidah anda menjadi lebih pucat dari warna permukaan dalam pipi maka kondisi anemia mungkin telah terjadi.Untuk memastikan kondisi anemia ini, ibu dapat memeriksakan darah untuk kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah. Bila hemoglobin kurang dari 10gr% maka sebaiknya ibu segera pergi ke dokter untuk memeriksakan diri.2. Perbaikan diet/pola makanPenyebab anemia terbanyak pada ibu hamil adalah diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat mencegah dan mengurani kondisi anemia.3. Konsumsilah bahan kaya protein, zat besi dan Asam folatBahan kaya protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging, hati, dan telur adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak mengandung zat besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan tanaman yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin.4. Batasi penggunaan antasidaAntasida atau obat maag yang berfungsi menetralkan asam lambung ini umumnya mengandung mineral, atau logam lain yang dapat menganggu penyerapan zat besi dalam tubuh. Oleh karena itu batasi penggunaannya dan gunakan sesuai aturan pemakaian.<br />
<br />
5. Ikuti saran dokter<br />
Beberapa penyebab kondisi anemia adalah penyakit serius tertentu. Oleh karena itu jangan meremehkan kondisi anemia yang anda hadapi. Konsultasikan lebih lanjut kondisi yang anda hadapi dan ikutilah nasehat dokter anda.Pedoman menuBerikut ini pedoman untuk menyusun menu bagi ibu hamil:1. Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi, namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. 2. Makanan dapat diberikan 4 - 6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika merasa mual, pusing, dan ingin muntah. 3. Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang beralkohol semacam tape. 4. Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi seimbang, dengan susunan yang meliputi 2 piring nasi @ 250 g, 90 g daging atau ikan, sebutir telur, 60 g kacang-kacangan, 3 porsi sayur @ 100 g, 2 porsi buah-buahan @ 100 g, segelas susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta 1 sdm minyak atau lemak. 5. Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari buah seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air rebusan kacang hijau sebagai pengganti cairan yang keluar, karena ibu hamil lebih banyak berkeringat dan sering buang air kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan janin. Penting untuk menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink (minuman ringan) pemicu hipertensi. 6. Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat membahayakan kesehatan dan pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan dengan cacat bawaaan dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada kemasan seperti amaranth, potassium nitrit, sodium nitrit, sodium nitrat, formalin, boraks, sianida, rodhamin B, dsb. 7. Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta lemak namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan kecil, coklat, karena akan mengakibatkan mual dan muntah.<br />
<br />
8. Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam bentuk kering, porsi kecil dan frekuensi sering, misalnya biskuit marie dan jenis-jenis biskuit yang lain, karena biasanya mereka tidak berselera makan. 9. Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang membahayakan. Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai matang benar, dan cuci makanan untuk menjaga kebersihan, terutama buah dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi. 10. Tetap beraktivitas dan bergerak, misalnya dengan jalan santai di pagi hari. Zat-zat gizi pentingZat-zat gizi yang perlu mendapat perhatian dalam konsumsi ibu hamil adalah sebagai berikut:1.Sumber tenaga, digunakan untuk tumbuh kembang janin dan proses perubahan biologis yang terjadi dalam tubuh yang meliputi, pembentukan sel-sel baru, pemberian makanan dari ibu ke bayi melalui plasenta, serta pembentukan enzim dan hormon penunjang pertumbuhan janin. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg. Kekurangan itu akan diambil dari persediaan protein yang dipecah menjadi energi.2.Protein, diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru janin. Kekurangan asupan protein dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin, keguguran, bayi lahir dengan berat badan kurang, serta tidak optimalnya pertumbuhan jaringan tubuh dan jaringan pembentuk otak. 3.Vitamin, dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B<br />
1<br />
dan B<br />
2<br />
sebagai penghasil energi, vitamin B<br />
6<br />
sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B<br />
12<br />
membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium. 4.Mineral, antara lain : 1. Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium pada tulang ibu. Ini akan mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu, si ibu perlu mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium yang dapat diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik. 2. Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel darah merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan, yang disebabkan oleh : o Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin. o Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari. o Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya karena pada masa ini, janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir. Penanganannya, pertama, menggunakan terapi obat dengan memberikan tablet zat besi (ferosulfat) 30 - 60 mg per hari, tergantung pada berat ringannya anemia. Kedua, terapi diet dengan meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan sayuran hijau.F. PENGOBATAN ANEMIAPengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.<br />
<br />
<br />
BAB IIIPENUTUP<br />
A. KESIMPULANKejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.B. SaranUntuk menyempurnakan makalah yang kami buat,kami sangat mengharapkan saran dari anda1.2.3.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
- Mother And Baby Sat, 26 May 2007 Sumber: Tabloid Ibu Anak- http://www.skripsi-tesis.com- http://www.womenshealth.gov/faq/anemia.cfm <br />
- Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC- Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP- (Trisno Haryanto, ahli gizi dan dietetik, lulusan Akademi Gizi, Malang)- http://www.google.co.id/<br />
<br />
<br />
7 dari 10 Wanita Hamil Terkena Anemia <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Artikel ini telah dibaca 1925 kali<br />
Keluarga <br />
<br />
Ditulis oleh Administrator <br />
Kamis, 01 Januari 1970 06:59 <br />
Di Indonesia prevalensi anemia di kalangan pekerja memang masih tinggi. Studi mengenai anemia pada pekerja wanita yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, Jambi, dan Kudus - Jawa Tengah membuktikan hal itu. Dilaporkan, anemia menurunkan produktivitas 5 - 10% dan kapasitas kerjanya 6,5 jam per minggu. Anemia yang menyebabkan turunnya daya tahan juga membuat penderita rentan terhadap penyakit, sehingga frekuensi tidak masuk kerja meningkat. Maka benarlah bila disimpulkan, anemia defisiensi zat besi sangat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. <br />
Namun, menurut penelitian lain, produktivitas dapat ditingkatkan sampai 10 - 20% setelah pekerja mendapat suplemen zat besi.<br />
Pembentuk sel darah merah<br />
Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi.<br />
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya, terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Bila belum juga dipenuhi dengan masukan zat besi, lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb.<br />
Gejala awal anemia zat besi berupa badan lemah, lelah, kurang energi, kurang nafsu makan, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, stamina tubuh menurun, dan pandangan berkunang-kunang - terutama bila bangkit dari duduk. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir, dan kuku penderita tampak pucat. Kalau anemia sangat berat, dapat berakibat penderita sesak napas, bahkan lemah jantung.<br />
Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh ini berperan penting dalam berbagai reaksi biokimia, di antaranya memproduksi sel darah merah. Sel itu sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses pembentukan energi agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah.<br />
Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh, agar kita tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb kurang dari 10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.<br />
Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tubuh. Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4.000 mg, dengan sekitar 2.500 mg ada dalam hemoglobin. Di dalam tubuh sebagian zat besi (sekitar 1.000 mg) disimpan di hati berbentuk ferritin. Saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, zat besi dari ferritin dikerahkan untuk memproduksi Hb.<br />
Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari hanya 1 mg atau setara dengan 10 - 20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 - 30%, sedangkan dari sumber nabati hanya 1 - 6%.<br />
Wanita lebih rentan<br />
Sebenarnya, tubuh punya mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan mencegah berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi sesuai kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan dan menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi.<br />
Begitupun, anemia tetap bisa menyerang, bahkan siapa saja. Di antaranya mereka yang karena aktif, amat sibuk, dan punya keterbatasan waktu, tidak bisa mengikuti pola makan yang memenuhi kebutuhan akan zat besi.<br />
Kemungkinan lain adalah meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis, misalnya hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi, adanya penyakit kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria, tuberkulose atau TB (dulu dikenal sebagai TBC).<br />
Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang berpantang telur, daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang mudah diserap tubuh. Tak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita anemia. Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak teratur tanpa kualitas makanan seimbang.<br />
Demikian pula pengidap gangguan penyerapan zat besi dalam usus. Ini bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh, atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.<br />
Wanita, terutama, perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Dimulai pada saat remaja mengalami haid di masa pubertas. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup seperti zat besi, vitamin A, dan kalsium. Sayangnya, akibat menstruasi ia harus kehilangan zat besi hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria.<br />
Pada wanita dewasa dengan berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran pencernaan dan kulit atau kehilangan basal berjumlah 0,5 - 1,0 mg per hari, atau umumnya sekitar 0,8 mg per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena haid, pada 95% populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang akibat haid ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada 95% populasi.<br />
Tak heran bila wanita cenderung menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat itu di kala haid tiap bulan tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung zat besi. Kehilangan zat besi lewat haid pada wanita biasanya konstan, tetapi bervariasi jumlahnya di antara kaum wanita. Dapat dimengerti bila beberapa wanita perlu zat besi lebih banyak daripada wanita lain.<br />
Penyebab lain adalah kecenderungan wanita berdiet karena ingin mempertahankan bentuk tubuh ideal, tanpa mempertimbangkan jumlah zat gizi penting yang masuk, terutama zat besi.<br />
Selain menstruasi, kondisi rawan lain adalah saat hamil dan menyusui. Anemia adalah masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia.<br />
Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 - 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.<br />
Pada banyak wanita hamil, anemia gizi besi disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat. Selain itu, kehamilan berulang dalam waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya.<br />
Jadi, kebutuhan zat besi untuk tiap wanita berbeda-beda sesuai siklus hidupnya. Wanita dewasa tidak hamil kebutuhannya sekitar 26 mg per hari, sedangkan wanita hamil perlu tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari.<br />
Saat menyusui, meski biasanya wanita tidak mengalami haid, ibu tetap kehilangan zat besi dan kalsium melalui ASI. Selain kehilangan basal normal sekitar 0,8 mg, kehilangan zat besi melalui ASI mencapai sekitar 0,3 mg per hari. Maka, ibu menyusui butuh tambahan zat besi 2 mg per hari serta kalsium 400 mg per hari.<br />
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Selain itu, hewan percobaan yang bunting dan kekurangan zat besi melahirkan anak-anak dengan daya tahan rendah terhadap infeksi. Penyebabnya, sel fagosit yang bertugas menangkal bakteri infeksi tak berfungsi maksimal.<br />
Perhatikan pola makan<br />
Penanggulangan anemia - terutama untuk wanita hamil, wanita pekerja, dan wanita yang telah menikah prahamil - sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian suplementasi pil zat besi. Malah ibu hamil sangat disarankan minum pil ini selama tiga bulan, yang harus diminum setiap hari. Penelitian menunjukkan, wanita hamil yang tidak minum pil zat besi mengalami penurunan cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke-12 usia kehamilan.<br />
Sayangnya, cara ini memberikan efek seperti mual, diare, dan lainnya. Maka, alternatifnya adalah mengkonsumsi makanan yang diperkaya dengan zat besi, misalnya berbentuk susu atau roti.<br />
Suplemen tablet besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan anemia berat misalnya. Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen besi, lebih tepat bila mereka mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya, dengan meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan (tempe, tahu, oncom, kedelai, kacang hijau), sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk), dan buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang). Perhatikan pula gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi yang berdiet.<br />
Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari.<br />
Berkonsultasilah dengan dokter bila anemia berkaitan dengan kesehatan, misalnya infeksi, penyakit kronis, atau gangguan pencernaan. (*/Sht)<br />
<br />
http://www.ask.com/web?q=etiologi+anemia+gizi+besi+pada+ibu+hamil&search=&qsrc=0&o=15584&l=dis.<br />
<br />
Gizi untuk Ibu Hamil<br />
Posted by himagizi in Kolom Gizi on 03 20th, 2009 | no responses<br />
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. <br />
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI, 1996). Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).<br />
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan (Depke RI, 1996). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.<br />
Selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain sebagainya (Depkes RI, 1998).<br />
Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil<br />
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.<br />
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalsium. <br />
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution, 1988).<br />
Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi denga n angka 250 (perkiraaan lamanya kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal. <br />
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.<br />
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik selama hamil.<br />
Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat, bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun).<br />
Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian.<br />
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 – 45 tahun).Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-38224391669046480632011-05-29T10:54:00.001-07:002011-05-29T10:54:15.169-07:00asam amino esensialAsam Amino Esensial <br />
1. ISOLEUCINE (4,13%)<br />
Diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal. Perkembangan kecerdasan. Mempertahankan keseimbangan nitrogen tubuh. Diperlukan untuk pembentukan asam amino non esensial lainnya. Penting untuk pembentukan haemoglobin dan menstabilkan kadar gula darah (kekurangan dapat memicu gejala hypoglycemia). <br />
2. LEUCINE (5,80%)<br />
Pemacu fungsi otak. Menambah tingkat energi otot. Membantu menurunkan kadar gula darah yang berlebihan. Membantu penyembuhan tulang, jaringan otot dan kulit (terutama untuk mempercepat penyembuhan luka post - operative). <br />
3. LYCINE (4,00%)<br />
Bahan dasar antibodi darah. Memperkuat sistem sirkulasi. Mempertahankan pertumbuhan sel-sel normal. Bersama proline dan Vitamin C akan membentuk jaringan kolagen. Menurunkan kadar triglyserida darah yang berlebih. Kekurangan menyebabkan mudah lelah, sulit konsentrasi, rambut rontok, anemia, pertumbuhan terhambat dan kelainan reproduksi.<br />
4. METHIONINE (2,17%)<br />
Penting untuk metabolisme lemak. Menjaga kesehatan hati, menenangkan syaraf yang tegang. Mencegah penumpukan lemak di hati dan pembuluh darah arteri terutama yang mensuplai darah ke otak, jantung dan ginjal. Penting untuk mencegah alergi, osteoporosis, demam rematik dan toxemia pada kehamilan serta detoxifikasi zat-zat berbahaya pada saluran cerna.<br />
5. PHENYLALANINE (3,95%)<br />
Diperlukan oleh kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin yang akan mencegah penyakit gondok. Dipakai untuk mengatasi depresi juga untuk mengurangi rasa sakit akibat migrain, menstruasi dan arthritis. Menghasilkan norepinephrine otak yang membantu daya ingat dan daya hafal. Mengurangi obesitas. <br />
6. THREONINE (4,17%)<br />
Meningkatkan kemampuan usus dan proses pencernaan. Mempertahankan keseimbangan protein. Penting dalam pembentukan kolagen dan elastin. Membantu hati, jantung, sistem syaraf pusat, otot-otot rangka dengan fungsi lipotropic. Mencegah serangan epilepsi.<br />
7. TRYPTOPHANE (1,13%)<br />
Meningkatkan penggunaan dari vitamin B kompleks. Meningkatkan kesehatan syaraf. Menstabilkan emosi. Meningkatkan rasa ketenangan dan mencegah insomnia (membantu anak yang hiperaktif). Meningkatkan pelepasan hormon pertumbuhan yang penting dalam membakar lemak untuk mencegah obesitas dan baik untuk jantung.<br />
8. VALINE (6,00%)<br />
Memacu kemampuan mental. Memacu koordinasi otot. Membantu perbaikan jaringan yang rusak. Menjaga keseimbangan nitrogen.<br />
<br />
Asam Amino Non Esensial <br />
1. ALANINE (5,82%)<br />
Memperkuat membran sel. Membantu metabolisme glukosa menjadi energi tubuh. <br />
2. ARGININE (5,98%)<br />
Penting untuk kesehatan reproduksi pria karena 80% cairan semen terdiri dari arginine. Membantu detoxifikasi hati pada sirosis hati dan fatty liver. Membantu meningkatkan sistem imun. Menghambat pertumbuhan sel tumor dan kanker. Membantu pelepasan hormon pertumbuhan. <br />
3. ASPARTIC ACID (6,34%)<br />
Membantu perubahan karbohidrat menjadi energi sel. Melindungi hati dengan membantu mengeluarkan amonia berlebih dari tubuh. Membantu fungsi sel dan pembentukan RNA/DNA.<br />
4. CYSTINE (0,67%)<br />
Membantu kesehatan pankreas. Menstabilkan gula darah dan metabolisme karbohidrat. Mengurangi gejala alergi makanan dan intoleransi. Penting untuk pembentukan kulit, terutama penyembuhan luka bakar dan luka operasi. Membantu penyembuhan kelainan pernafasan seperti bronchitis. Meningkatkan aktifitas sel darah putih melawan penyakit. <br />
5. GLUTAMIC ACID (8,94%)<br />
Merupakan bahan bakar utama sel-sel otak bersama glukosa. Mengurangi ketergantungan alkohol dan menstabilkan kesehatan mental. <br />
6. GLYCINE (3,50%)<br />
Meningkatkan energi dan penggunaan oksigen di dalam sel. Penting untuk kesehatan sistem syaraf pusat. Penting untuk menjaga kesehatan kelenjar prostat. Mencegah serangan epilepsi dan pernah dipakai untuk mengobati depresi. Diperlukan sistem imun untuk mensintesa asam amino non esensial. <br />
7. HISTIDINE (1,08%)<br />
Memperkuat hubungan antar syaraf khususnya syaraf organ pendengaran. Telah dipakai untuk memulihkan beberapa kasus ketulian. Perlu untuk perbaikan jaringan. Perlu dalam pengobatan alergi, rheumatoid arthritis, anemia. Perlu untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih. <br />
8. PROLINE (2,97%)<br />
Sebagai bahan dasar glutamic acid. Bersama lycine dan vitamin C akan membentuk jaringan kolagen yang penting untuk menjaga kecantikan kulit. Memperkuat persendian, tendon, tulang rawan dan otot jantung. <br />
9. SERINE (4,00%)<br />
Membantu pembentukan lemak pelindung serabut syaraf (myelinsheaths). Penting dalam metabolisme lemak dan asam lemak, pertumbuhan otot dan kesehatan sistem imun. Membantu produksi antibodi dan immunoglobulin.<br />
10. TYROSINE (4,60%)<br />
Memperlambat penuaan sel. Menekan pusat lapar di hipotalamus. Membantu produksi melanin. Penting untuk fungsi kelenjar adrenal, tiroid dan pituitary. Penting untuk pengobatan depresi, alergi dan sakit kepala. Kekurangan menyebabkan hypothyroidism dengan gejala lemah, lelah, kulit kasar, pembengkakan pada tangan, kaki, dan muka, tidak tahan dingin, suara kasar, daya ingat dan pendengaran menurun serta kejang otot.<br />
11. GAMMA - AMINOBUTYRIC ACID (GABA) (**)<br />
Menghambat sel dari ketegangan. Mencegah ansietas dan depresi bersama niacin dan inositol. <br />
12. ORNITHINE (**)<br />
Membantu pelepasan hormon pertumbuhan yang memetabolisir lemak tubuh yang berlebihan jika digabung dengan arginine dan carnitine. Penting untuk fungsi sistem imun dan fungsi hati yang sehat. Penting untuk detoxifikasi amonia dan membantu proses penyembuhan.<br />
13. TAURINE (**)<br />
Menjaga kesehatan otot jantung, sel darah putih, otot rangka dan sistem syaraf pusat. Komponen penting dari cairan empedu yang penting untuk pencernaan lemak, absorbsi vitamin larut dalam lemak (A, D, E, K). Menjaga kadar kolesterol darah. Kekurangan menyebabkan ansietas, epilepsi, hiperaktif dan fungsi otak yang buruk. Disintesa dari asam amino cysteine.<br />
14. CYSTEINE (**)<br />
Dibentuk dari asam amino methionine dengan bantuan vitamin B6. Merupakan bahan dasar glutathione yaitu salah satu antioksidan terbaik yang bekerja optimum bila bersama vitamin E dan selenium. Melindungi sel dari zat-zat berbahaya, efek radiasi. Melindungi hati dan otak dari alkohol dan rokok. Penting dalam pengobatan bronchitis, emphysema, TBC, dan rheumatoid arthritis. Mudah berubah menjadi cystine.<br />
15. CITRULLINE (**)<br />
Menghasilkan energi. Meningkatkan sistem imunitas. Dimetabolisir menjadi arginine. Penting dalam detoxifikasi amonia yang merusak sel-sel sehat.<br />
(**) Hanya terdapat pada Liqua Health<br />
Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak<br />
Asam amino merupakan komponen dasar dari senyawa protein. Antara asam amino yang satu dengan yang lain digabungkan melalui ikatan peptida. Asam amino dapat digolongkan ke dalam 3 golongan, yaitu sebagai berikut :<br />
<br />
1. Asam Amino Essensial<br />
Asam amino essensial adalah asam amino yang harus didatangkan dari luar tubuh manusia karena sel – sel tubuh tidak dapat mensintesisnya. Sebagian besar asam amino ini hanya dapat disintesis oleh sel tumbuhan, sebab untuk sintesisnya memerlukan senyawa nitrat anorganik. <br />
Contoh : Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treosin, Valin dan Triptofan<br />
<br />
2. Asam Amino Semi Essensial<br />
Asam amino semi essensial adalah asam amino yang dapat menghemat pemakaian beberapa asam amino essensial. Definisi semi essensial juga dapat diartikan asam amino yang dapat mencukupi untuk proses pertumbuhan orang dewasa, tetapi tidak mencukupi untuk proses pertumbuhan anak – anak<br />
Contoh : Arginin, Histidin, Sistin, Glisin, Serin dan Triosin<br />
<br />
3. Asam Amino Nonessensial<br />
Asam amino nonessensial adalah asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh manusia dengan bahan baku asam amino lainnya.<br />
Contoh : Alanin, Asparagin, Asam Aspartat, Asam Glutamat, Glutamin dan Prolin<br />
materi referensi:<br />
Buku Biologi 2A SMA<br />
Buku Biologi 2 Grafindo<br />
Buku Penuntun Biologi SMA<br />
<br />
Asam Amino<br />
Dari sekitar 20 jenis asam amino yang dibutuhkan tubuh, sembilan di antaranya disebut sebagai asam amino esensial atau penting karena tubuh tidak bisa membentuknya dan harus didapat dari makanan.<br />
•<br />
Histidine, penting untuk pertumbuhan fisik dan mental yang sempurna, sebagai penyembuh diketahui dapat menanggulangi penyakit rematik.<br />
•<br />
Isoleucine, penting bagi pertumbuhan bayi dan keseimbangan nitrogen bagi orang dewasa.<br />
•<br />
Leucine, penting untuk pertumbuhan.<br />
•<br />
Lysine, dapat menolong menyembuhkan penya-kit herpes kelamin.<br />
•<br />
Methionine, diperlukan bagi produksi sulfur, menjaga kenormalan metabolisme, dan merangsang serotonin sehingga dapat menghilangkan kantuk.<br />
•<br />
Phenylalanine, dibutuhkan untuk produksi tyrosine yang penting bagi pertumbuhan.<br />
•<br />
Threonine dan Valine, menyeimbangkan nitrogen.<br />
•<br />
Tryptophan, untuk produksi serotonin pada otak.Asam amino yang lain disebut sebagai non-esensial karena tubuh dapat membentuknya. Fungsinya antara lain untuk menjaga kesehatan fungsi ginjal dan fungsi seksual pria seperti arginine, berguna menjaga fungsi hati seperti alanine, pengaturan tekanan darah dan fungsi seksual pria. Glutamic Acid dan Choline menjaga fungsi kesehatan otak. Proline untuk pembentukan kolagen dan penyerapan zat-zat gizi bagi tubuh.<br />
<br />
Berikut ini asam-asam amino non esensial :1.ArgininAsam amino arginin memiliki kecenderungan basa yang cukup tinggi akibat eksesi dua gugus amina pada gugus residunya. Asam amino ini tergolong setengah esensial bagi manusia dan mamalia lainnya, tergantung pada tingkat perkembangan atau kondisi kesehatan. Bagi anak-anak, asam amino ini esensial.Pangan yang menjadi sumber utama arginin adalah produk-produk peternakan (dairy products) seperti daging, susu (dan olahannya), dan telur. Dari produk tumbuhan dapat disebutkan cokelat dan biji kacang tanah. Berikut ini beberapa informasi tentang Arginin, Arginin Memiliki rumus kimia C6H14N4O2, titik leburnya 244°C, masa jenisnya 1,165 g cm-3 , titik iso elktrik 10,76, nama sistematiknya adalah Asam S-2-amino-5-(diamino metilidenamino) pentanoat.<br />
<br />
2.Asam aspartatAsam aspartat (atau sering disebut aspartat saja, karena terionisasi di dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein. Asparagin merupakan asam amino analognya karena terbentuk melalui aminasi aspartat pada satu gugus hidroksilnya.Asam aspartat bersifat asam, dan dapat digolongkan sebagan asam karboksilat. Bagi mamalia aspartat tidaklah esensial. Fungsinya diketahui sebagai pembangkit neurotransmisi di otak dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap kepenatan. Senyawa ini juga merupakan produk dari daur urea dan terlibat dalam glukoneogenesis. Berikut ini beberapa informasi tentang Asam aspartat, Asam aspartat Memiliki rumus kimia C4H7NO4, titik leburnya 270-271°C, masa jenisnya 1,23gcm-3 , titik iso elktrik 2,77, nama sistematiknya adalah Asam Asam 2S-2-aminobutandioat.<br />
<br />
3.Asam glutamatAsam glutamat termasuk asam amino yang bermuatan (polar) bersama-sama dengan asam aspartat. Ini terlihat dari titik isoelektriknya yang rendah, yang menandakan ia sangat mudah menangkap elektron (bersifat asam menurut Lewis).Asam glutamat dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia sehingga tidak tergolong esensial. Ion glutamat merangsang beberapa tipe saraf yang ada di lidah manusia. Sifat ini dimanfaatkan dalam industri penyedap. Garam turunan dari asam glutamat, yang dikenal sebagai mononatrium glutamat ( dikenal juga sebagai monosodium glutamat, MSG, vetsin atau micin), sangat dikenal dalam dunia boga Indonesia maupun Asia Timur lainnya sebagai penyedap masakan. Berikut ini beberapa informasi tentang Asam glutamat, Asam glutamat Memiliki rumus kimia C4H7NO4, Titik leburnya 247-249°C, masa jenisnya 1,538g cm-3, titik iso elktrik 3,22, nama sistematiknya adalah Asam 2S-2-aminopentandioat.<br />
<br />
4.Asparagin<br />
Asparagin adalah analog dari asam aspartat dengan penggantian gugus karboksil oleh gugus karboksamid. Asparagin bersifat netral (tidak bermuatan) dalam pelarut air.Asparagin merupakan asam amino pertama yang berhasil diisolasi. Namanya diambil karena pertama kali diperoleh dari jus asparagus. Asparagin diperlukan oleh sistem saraf untuk menjaga kesetimbangan dan dalam transformasi asam amino. Ia berperan pula dalam sintesis amonia. Daging (segala macam sumber), telur, dan susu (serta produk turunannya) kaya akan asparagin. Berikut ini beberapa informasi tentang Asam glutamat, Asam glutamat Memiliki rumus kimia C4H8N2O3, Titik leburnya 235°C, masa jenisnya1,538g cm-3, nama sistematiknya adalah Asam 2S-2-amino-3-karbamoil- propanoat.<br />
<br />
5.GlisinGlisin (Gly, G) atau asam aminoetanoat adalah asam amino alami paling sederhana. Rumus kimianya C2H5NO2. Asam amino ini bagi manusia bukan merupakan asam amino esensial karena tubuh manusia dapat mencukupi kebutuhannya. Glisin merupakan satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik karena gugus residu yang terikat pada atom karbon alpha adalah atom hidrogen sehingga terjadi simetri. Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin.Glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi karena strukturnya sederhana. Sebagai misal, glisin adalah satu-satunya asam amino internal pada heliks kolagen, suatu protein struktural. Pada sejumlah protein penting tertentu, misalnya sitokrom c, mioglobin, dan hemoglobin, glisin selalu berada pada posisi yang sama sepanjang evolusi (terkonservasi). Penggantian glisin dengan asam amino lain akan merusak struktur dan membuat protein tidak berfungsi dengan normal. Secara umum protein tidak banyak pengandung glisin. Perkecualian ialah pada kolagen yang dua per tiga dari keseluruhan asam aminonya adalah glisin.Glisin merupakan asam amino nonesensial bagi manusia. Tubuh manusia memproduksi glisin dalam jumlah mencukupi. Glisin berperan dalam sistem saraf sebagai inhibitor neurotransmiter pada sistem saraf pusat (CNS). Berikut ini beberapa informasi tentang Glisin, Glisin Memiliki rumus kimia C2H5NO2<br />
, titik leburnya 290°C, masa jenisnya 1,607 g cm-3, titik iso elktrik 10,76, nama sistematiknya adalah Asam 2-aminoetanoat.<br />
<br />
6.GlutaminGlutamin adalah satu dari 20 asam amino yang memiliki kode pada kode genetik standar. Rantai sampingnya adalah suatu amida. Glutamin dibuat dengan mengganti rantai samping hidroksil asam glutamat dengan gugus fungsional amina.Glutamin merupakan bagian penting dari asimilasi nitrogen yang berlangsung pada tumbuhan. Amonia yang diserap tumbuhan atau hasil reduksi nitrit diikat oleh asam glutamat menjadi glutamin dengan bantuan enzim glutamin sintetase atau GS.Glutamin dijadikan suplemen atlet binaraga untuk mengganti kerusakan otot dengan segera akibat latihan beban yang berat. Berikut ini beberapa informasi tentang Glutamin, Glutamin Memiliki rumus kimia C5H10N2O3, titik leburnya 185°C, titik iso elktrik 5,65, nama sistematiknya adalah Asam 2S-2-amino-4-karbamoil-butanoat<br />
<br />
7.HistidinHistidin merupakan satu dari 20 asam amino dasar yang ada dalam protein. Bagi manusia histidin merupakan asam amino yang esensial bagi anak-anak. Rantai samping imidazol dan nilai pKa yang relatif netral (yaitu 6,0) berarti bahwa perubahan sedikit saja pada pH sel akan mengubah muatannya. Sifat ini menjadikan histidin sering menjadi bagian dari gugus katalitik pada enzim maupun ligan koordinasi pada metaloprotein.Histidin menjadi prekursor histamin, suatu amina yang berperan dalam sistem saraf, dan karnosin, suatu asam amino, Terdapat dua enantiomer histidin yaitu D-histidin dan L-histidin, namun yang lebih dominan adalah L-histidin (atau S-histidin). Berikut ini beberapa informasi tentang Histidin, Histidin Memiliki rumus kimia C6H9N3O2, titik leburnya 287°C, titik iso elktrik 7,59, nama sistematiknya adalah Asam S-2-amino-3-(3H-imidazol-4-il)propanoat.<br />
<br />
8.ProlinProlin merupakan satu-satunya asam amino dasar yang memiliki dua gugus samping yang terikat satu-sama lain (gugus amino melepaskan satu atom H untuk berikatan dengan gugus sisa). Akibat strukturnya ini, prolin hanya memiliki gugus amina sekunder (-NH-). Beberapa pihak menganggap prolin bukanlah asam amino karena tidak memiliki gugus amina namun imina namun pendapat ini tidak tepat.Adanya rantai siklik yang terbentuk antara gugus amina dan residu menyebabkan prolin memiliki karakter yang khas (relatif sangat kaku) dan menentukan konformasi protein secara kuat. Prolin dapat berperan sebagai pengubah struktur α-heliks dan juga sebagai titik belok bagi β-sheets.Fungsi terpenting prolin tentunya adalah sebagai komponen protein. Sel tumbuh-tumbuhan tertentu yang terpapar kondisi lingkungan yang kurang cocok (misalnya kekeringan) akan menghasilkan prolin untuk menjaga keseimbangan osmotik sel. Prolin dibuat dari asam L-glutamat dengan prekursor suatu asam imino. Prolin bukan merupakan asam amino esensial bagi manusia. Berikut ini beberapa informasi tentang Prolin, Prolin Memiliki rumus kimia C5H9NO2, titik leburnya 221°C, titik iso elktrik 6,30, nama sistematiknya adalah Asam S-pirolidin-2-karboksilat<br />
<br />
9.SerinSerin merupakan asam amino penyusun protein yang umum ditemukan pada protein hewan. Protein mamalia hanya memiliki L-serin. Serin bukan merupakan asam amino esensial bagi manusia. Namanya diambil dari bahasa Latin, sericum (berarti sutera) karena pertama kali diisolasi dari protein serat sutera pada tahun 1865. Strukturnya diketahui pada tahun 1902. Sintesis serin (dan glisin) berawal dari oksidasi 3-fosfogliserat (3-PGA) yang membentuk 3-fosfohidroksipiruvat dan NADH. Reaksi transaminasi dengan asam glutamat menghasilkan 3-fosfoserin dan glisin, yang diikuti dengan dilepasnya fosfat.Serin penting bagi metabolisme karena terlibat dalam biosintesis senyawa-senyawa purin dan pirimidin, sistein, triptofan (pada bakteria), dan sejumlah besar metabolit lain.Sebagai penyusun enzim, serin sering memainkan peran penting dalam fungsi katalisator enzim. Ia diketahui berada pada bagian aktif kimotripsin, tripsin, dan banyak enzim lainnya. Berbagai gas-gas perangsang saraf dan senyawa aktif yang dipakai pada insektisida bekerja melalui residu serin pada enzim asetilkolin esterase, sehingga melumpuhkan enzim itu sepenuhnya. Akibatnya, asetilkolin (suatu neurotransmiter) yang seharusnya segera diuraikan oleh enzim itu segera setelah bekerja malah menumpuk di sel dan mengakibatkan kekejangan dan kematian.Sebagai penyusun protein non-enzim, rantai sampingnya dapat mengalami glikolisasi yang dapat menjelaskan gangguan akibat diabetes. Serin juga merupakan satu dari tiga asam amino yang biasanya terfosforilasi oleh enzim kinase pada saat transduksi signal pada eukariota. Berikut ini beberapa informasi tentang Serin, Serin Memiliki rumus kimia C3H7NO3<br />
, Titik leburnya 228°C, masa jenisnya 1,537g cm-3, nama sistematiknya adalah Asam S-2-amino-3-hidroksipropanoat.<br />
<br />
10.SisteinSistein merupakan asam amino bukan esensial bagi manusia yang memiliki atom S, bersama-sama dengan metionin. Atom S ini terdapat pada gugus tiol (dikenal juga sebagai sulfhidril atau merkaptan). Karena memiliki atom S, sistein menjadi sumber utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung belerang. Sistein dan metionin pada protein juga berperan dalam menentukan konformasi protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol.Sistein mudah teroksidasi oleh oksigen dan membentuk sistin, senyawa yang terbentuk dari dua molekul sistein yang berikatan pada atom S masing-masing. Reaksi ini melepas satu molekul air (reaksi dehidrasi).Sumber utama sistein pada makanan adalah cabai, bawang putih, bawang bombay, brokoli, haver, dan inti bulir gandum (embrio). L-sistein juga diproduksi secara industri melalui hidrolisis rambut manusia dan babi serta bulu unggas, namun sejak tahun 2001 juga telah dapat diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme.Serat wol dari domba juga banyak mengandung sistein. Bagi domba, sistein esensial yang harus dipasok dari rumput-rumputan yang dimakannya. Karena itu, jika rumput tidak tersedia domba tidak memproduksi wol. Namun demikian, domba transgenik yang memiliki enzim penghasil sistein (dari metionin) telah berhasil dikembangkan sehingga ketergantungan akan rumput menjadi berkurang. Berikut ini beberapa informasi tentang Serin, Serin Memiliki rumus kimia C3H7NO2S1, Titik leburnya 240°C, titik iso elktrik 5,07<br />
, nama sistematiknya adalah Asam 2R-2-amino-3-sulfanil-propanoat <br />
<br />
11.TirosinTirosin (dari bahasa Yunani tyros, berarti keju, karena ditemukan pertama kali dari keju) merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein. Ia memiliki satu gugus fenol (fenil dengan satu tambahan gugus hidroksil). Bentuk yang umum adalah L-tirosin (S-tirosin), yang juga ditemukan dalam tiga isomer struktur: para, meta, dan orto. Pembentukan tirosin menggunakan bahan baku fenilalanin oleh enzim Phe-hidroksilase. Enzim ini hanya membuat para-tirosin. Dua isomer yang lain terbentuk apabila terjadi "serangan" dari radikal bebas pada kondisi oksidatif tinggi (keadaan stress).Dalam transduksi signal, tirosin memiliki peran kunci dalam pengaktifan beberapa enzim tertentu melalui proses fosforilasi (membentuk fosfotirosin). Bagi manusia, tirosin merupakan prekursor hormon tiroksin dan triiodotironin yang dibentuk di kelenjar tiroid, pigmen kulit melanin, dan dopamin, norepinefrin dan epinefrin. Tirosin tidak bersifat esensial bagi manusia. Oleh enzim tirosin hidroksilase, tirosin diubah menjadi DOPA yang merupakan bagian dari manajemen terhadap penyakit Parkinson. Tanaman opium (Papaver somniferum) menggunakan tirosin sebagai bahan baku untuk menghasilkan morfin, suatu alkaloid. Berikut ini beberapa informasi tentang Serin, Serin Memiliki rumus kimia C9H11NO3, Titik leburnya 343°C, titik iso elktrik 5,66, nama sistematiknya adalah Asam S-2-amino-3-(4-hidroksi-fenil)-propanoat.<br />
<br />
<br />
www.supamas.com/asam-amino-esensial.html - Tembolok<br />
<br />
<br />
Asam amino adalah unsur2 yang membentuk protein. Kumpulan asam amino di sebut sebagai protein. Sebagai contoh sederhana pengandaian : sebuah bangunan bisa diartikan sebagai protein, sedangkan semen, batu-bata, atap, jendela, pintu, kayu dan bahan2 yang membentuk bangunan tersebut bisa diibaratkan sebagai asam amino.<br />
<br />
Asam Amino sendiri di bagi menjadi 3 jenis :<br />
1. Asam amino essensial.<br />
2. Asam amino nonessendial.<br />
3. Asam amino essensial bersyarat.<br />
<br />
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga harus didapat dari konsumsi makanan. Asam amino non-esensial adalah asam amino yang bisa diprosuksi sendiri oleh tubuh, sehingga memiliki prioritas konsumsi yang lebih rendah dibandingkan dengan asam amino esensial. Asam amino esensial bersyarat adalah kelompok asam amino non-esensial, namun pada saat tertentu, seperti setelah latihan beban yang keras, produksi dalam tubuh tidak secepat dan tidak sebanyak yang diperlukan sehingga harus didapat dari makanan maupun suplemen protein.<br />
<br />
Jenis2 asam amino essensial :<br />
1. Leucine (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino dengan rantai bercabang)<br />
- Membantu mencegah penyusutan otot<br />
- Membantu pemulihan pada kulit dan tulang<br />
<br />
2. Isoleucine (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino dengan rantai bercabang)<br />
- Membantu mencegah penyusutan otot<br />
- Membantu dalam pembentukan sel darah merah<br />
<br />
3. Valine (BCAA = Branched-Chain Amino Acids = Asam amino dengan rantai bercabang)<br />
- Tidak diproses di organ hati, dan lebih langsung diserap oleh otot<br />
- Membantu dalam mengirimkan asam amino lain (tryptophan, phenylalanine, tyrosine) ke otak<br />
<br />
4. Lycine<br />
- Kekurangan lycine akan mempengaruhi pembuatan protein pada otot dan jaringan penghubugn lainnya<br />
- Bersama dengan Vitamin C membentuk L-Carnitine<br />
- Membantu dalam pembentukan kolagen maupun jaringan penghubung tubuh lainnya (cartilage dan persendian)<br />
<br />
5. Tyyptophan<br />
- Pemicu serotonin (hormon yang memiliki efek relaksasi)<br />
- Merangsang pelepasan hormon pertumbuhan<br />
<br />
6. Methionine<br />
- Prekusor dari cysteine dan creatine<br />
- Menurunkan kadar kolestrol darah<br />
- Membantu membuang zat racun pada organ hati dan membantuk regenerasi jaringan baru pada hati dan ginjal<br />
<br />
7. Threonine<br />
- Salah satu asam amino yang membantu detoksifikasi<br />
- Membantu pencegahan penumpukan lemak pada organ hati<br />
- Komponen penting dari kolagen<br />
- Biasanya kekurangannya diderita oleh vegetarian<br />
<br />
8. Phenylalanine<br />
- Prekursor untuk tyrosine<br />
- Meningkatkan daya ingat, mood, fokus mental<br />
- Digunakan dalam terapi depresi<br />
- Membantuk menekan nafsu makan<br />
<br />
Jenis2 asam amino non-essensial :<br />
1. Aspartic Acid<br />
- Membantu mengubah karbohidrat menjadi energy<br />
- Membangun daya tahan tubuh melalui immunoglobulin dan antibodi<br />
- Meredakan tingkat ammonia dalam darah setelah latihan<br />
<br />
2. Glyicine<br />
- Membantu tubuh membentuk asam amino lain<br />
- Merupakan bagian dari sel darah merah dan cytochrome (enzim yang terlibat dalam produksi energi)<br />
- Memproduksi glucagon yang mengaktifkan glikogen<br />
- Berpotensi menghambat keinginan akan gula<br />
<br />
3. Alanine<br />
- Membantu tubuh mengembangkan daya tahan<br />
- Merupakan salah satu kunci dari siklus glukosa alanine yang memungkinkan otot dan jaringan lain untuk mendapatkan energi dari asam amino<br />
<br />
4. Serine<br />
- Diperlukan untuk memproduksi energi pada tingkat sel<br />
- Membantuk dalam fungsi otak (daya ingat) dan syaraf<br />
<br />
Jenis2 asam amino essensial bersyarat :<br />
1. Arginine (asam amino essensial untuk anak2)<br />
- Diyakini merangsang produksi hormon pertumbuhan<br />
- Diyakini sebagai pemicu Nitric Oxide (suatu senyawa yang melegakan pembuluh darah untuk aliran darah dan pengantaran nutrisi yang lebih baik) dan GABA<br />
- Bersama glycine dan methionine membentuk creatine<br />
<br />
2. Histidine (asam amino essensial pada beberapa individu)<br />
- Salah satu zat yang menyerah ultraviolet dalam tubuh<br />
- Diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih<br />
- Banyak digunakan untuk terapi rematik dan alergi<br />
<br />
3. Cystine<br />
- Mengurangi efek kerusakan dari alkohol dan asap rokok<br />
- Merangsang aktivitas sel darah putih dalam peranannya meningkatkan daya tahan tubuh<br />
- Bersama L-Aspartic Acid dan L-Citruline menetralkan radikal bebas<br />
- Salah satu komponen yang membentuk otot jantung dan jaringan penyambung (persendian, ligamen, dan lain-lain)<br />
- Siap diubah menjadi energi<br />
- Salah satu elemen besar dari kolagen<br />
<br />
4. Glutamic Acid (Asam Glutamic)<br />
- Pemicu dasar untuk glutamine, proline, ornithine, arginine, glutathine, dan GABA<br />
- Diperlukan untuk kinerja otak dan metabolisme asam amino lain<br />
<br />
5. Tyrosine<br />
- Pemicu hormon dopamine, epinephrine, norepinephrine, melanin (pigmen kulit), hormon thyroid<br />
- Meningkatkan mood dan fokus mental<br />
<br />
6. Glutamine<br />
- Asam amino yang paling banyak ditemukan dalam otot manusia<br />
- Dosis 2 gram cukup untuk memicu produksi hormon pertumbuhan<br />
- Membantu dalam membentuk daya tahan tubuh<br />
- Sumber energi penting pada organ tubuh pada saat kekurangan kalori<br />
- Salah satu nutrisi untuk otak dan kesehatan pencernaan<br />
- Mengingkatkan volume sel otot<br />
<br />
7. Taurine<br />
- Membantu dalam penyerapan dan pelepasan lemak<br />
- Membantu dalam meningkatkan volume sel otot<br />
<br />
8. Ornithine<br />
- Dalam dosis besar bisa membantu produksi hormon pertumbuhan<br />
- Membantu dalam penyembuhan dari penyakit<br />
- Membantu daya tahan tubuh dan fungsi organ hati<br />
www.binaraga.info/forum/topic.asp?TOPIC_ID=401 - Tembolok - Mirip<br />
<br />
mutiarissa.blogspot.com/.../asam-amino-protein-dan-karbohidrat.html - Tembolok<br />
<br />
serbuk dan tablet yang dilarutkan menjadi minuman.<br />
Senin, 21 Desember 2009<br />
Energi Drink <br />
<br />
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (dulu) No HK.00.063.02360 Tahun 1996 tentang Suplemen Makanan, mendefinisikan suplemen makanan pada dasarnya merupakan suatu produk yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi dan non gizi yang bermanfaat bagi tubuh yang dapat melengkapi kebutuhan zat gizi makanan. Produk suplemen mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut : vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut ( Anonim, 2009). <br />
Pada dasarnya setiap orang memerlukan asupan makanan yang cukup untuk melakukan aktivitas sehari-hari, utamanya para olahragawan dan pekerja berat. Asupan makanan antara lain berfungsi untuk menggantikan energi tubuh yang hilang akibat beraktivitas. Jika energi tersebut tidak segera diganti maka orang tersebut akan kekurangan energi, sehingga tubuhnya akan menjadi lemas, dan kurang bersemangat. Suplemen Makanan merupakan produk yang dapat melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. Energy Drink (minuman berenergi) termasuk salah satu suplemen makanan yang terdiri dari komponen multivitamin, makronutrien (karbohidrat, protein), taurin dengan atau tanpa kafein dan biasanya ditambahkan herbal seperti ginseng, jahe, dan sebagainya dengan bentuk sediaan cairan dalam kemasan botol bervolume 150 mL, 250 mL atau serbuk dan tablet yang dilarutkan menjadi minuman, yang dalam setiap kemasannya mengandung energi minimal 100 kkal, serta indikasinya adalah untuk menambah tenaga, kesegaran, stimulasi metabolisme, memelihara kesehatan dan stamina tubuh, yang diminum pada saat bekerja keras atau setelah berolah raga. (Anonim, 2009)<br />
Suplemen makanan bukan untuk pengobatan atau pencegahan penyakit, melainkan untuk pemeliharaan kesehatan, sebagai nutrisi pada sistem organ tubuh atau pada keadaan tertentu, seperti masa kehamilan, menyusui dan masa penyembuhan. Minuman berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk menambah energi seseorang yang meminumnya dan merupakan salah satu produk yang mengandung vitamin, mineral serta zat peningkat energi, sehingga produk tersebut masuk dalam kategori suplemen makanan. Hanya saja bentuknya berupa cairan (Anonim, 2009).<br />
Minuman berenergi termasuk dalam golongan food suplement atau makanan suplemen. Produk ini dimasukkan dalam kelompok “produk berbatasan” (grey area) antara obat dan makanan-minuman. Meskipun termasuk makanan, produk minuman berenergi berisi zat-zat yang biasa terdapat dalam obat-obatan dengan kadar di bawah obat. Sementara produk ini berkhasiat seperti obat, tetapi aturan pakainya tidak mengacu ke obat-obatan (Anonim, 2009).<br />
Proses hilangnya ion tubuh dan perlunya suplai atau ion pengganti merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap orang. Untuk mengganti ion-ion yang hilang itu bayak cara yang bisa dilakukan. Antara lain dengan mengonsumsi makanan yang dibutuhkan tubuh seperti karbohidrat, vitamin, gula, protein, lemak, dan mineral. Zat-zat ini dapat diperoleh dari berbagai makanan dan buah-buahan, serta minum air putih. Namun, banyak orang yang lebih suka mengambil jalan pintas untuk menyuplai energi yang hilang tersebut dengan minuman berenergi (energy drink). Bahkan, banyak yang mengonsumi minuman berenergi setiap hari. Diasumsikan, oleh konsumen, minuman berenergi sebagai sumber tenaga tambahan, tonikum, maupun multivitamin. Isinya, secara umum, terdiri atas pemanis, vitamin, stimulan, dan berbagai tambahan seperti aroma dan bahan alam.<br />
Minuman berenergi harus memiliki kriteria sebagai berikut (Anonim, 2009):<br />
a. Menggunakan bahan yang memenuhi standar mutu dan persyaratan keamanan dan serta standar dan persyaratan lain yang ditetapkan.<br />
b. Kemanfaatan yang dinilai dari komposisi dan atau didukung oleh data pembuktian.<br />
c. Diproduksi dengan menerapkan Cara Pembuatan yang baik.<br />
d. Penandaan harus mencantumkan informasi yang lengkap, obyektif, benar, dan tidak menyesatkan.<br />
Manfaat dan Bahaya Kandungan Minuman Berenergi<br />
<br />
Minuman berenergi pada saat ini sangat gencar melakukan promosi dan telah berhasil menarik simpatisan dikalangan masyarakat luas. Pencinta minuman berenergi tidak terbatas hanya pada bapak-bapak, kaum ibu tetapi remaja dan anak-anak pun telah ketagihan energy drink. Mereka semua menghendaki pemulihan tenaga secara instant setelah beraktivitas. Kemungkinan akibat rivalitas atau persaingan mengejar produktivitas yang lebih tinggi dengan sesama pekerja (Merati. S, 2009).<br />
Kandungan minuman berenergi terdiri atas pemanis buatan, penambah rasa, bahan pewarna, asam fosfat, kafein dan beberapa mineral. Selain itu energy drink juga dilengkapi asam amino taurin dan karnitin yang diperlukan tubuh dalam proses metabolisme. Juga mengandung bee pollen, royal jelly serta ganggang spirullina atau chlorella (Merati. S, 2009).<br />
Adapun manfaat dan bahaya kandungan minuman berenergi :<br />
a. Vitamin<br />
Dari berbagai vitamin yang terdapat pada minuman berenergi, ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam lemak (lihat table I). Jika tubuh kelebihan vitamin yang larut dalam air, zat itu akan keluar bersama cairan tubuh. Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Kelebihan vitamin yang larut dalam lemak bisa menimbulkan berbagai gangguan seperti kulit menjadi kering, rambut rontok, dan kalsifikasi pada pembuluh darah (Merati. S, 2009).<br />
<br />
<br />
<br />
Tabel I. Sifat-sifat umum vitamin larut lemak dan vitamin larut air (Almatsier, 2001)<br />
<br />
Vitamin larut lemak Vitamin larut air<br />
Larut dalam lemak dan pelarut lemak Larut dalam air<br />
Kelebihan konsumsi dari yang dibutuhkan disimpan dalam tubuh Simpanan sebagai kelebihan kebutuhan sangat sedikit<br />
Dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu Dikeluarkan melalui urin<br />
Gejala defisiensi berkembang lambat Gejala definisi sering terjadi dengan cepat<br />
Tidak selalu perlu ada dalam makanan sehari-hari Harus selalu ada dalam makanan sehari-hari<br />
Mempunyai prekursor atau provitamin Umumnya tidak mempunyai prekusor<br />
Hanya mengandung unsu-unsur C, H, dan O Selain C, H, dan O mengandung N, kadang-kasang S dan Co<br />
Diabsorbsi melalui sistem limfe Diabsorbsi melalui vena porta<br />
Hanya dibutuhkan oleh organisme kompleks Dibutuhkan oleh organisme sederhana dan kompleks<br />
Beberapa jenis bersifat toksik pada jumlah relatif rendah (6-10 x KGA )*) Bersifat toksik hanya pada dosis tinggi/megadosis ( >10 x KGA )<br />
*) Kecukupan gizi yang dianjurkan<br />
Vitamin A, D, E dan K biasanya disimpan di dalam hati atau liver. Bila asupan keempat vitamin itu berlebihan, maka hati akan overload, membengkak, mengganggu kerja normal hati dan akhirnya terjadi kerusakan jaringan hati yang sedemikian luas, timbul sirosis hati karena toxisitas dan akhirnya gagal hati. Bila itu terjadi, satu-satunya terapi adalah transplantasi atau cangkok hati yang teknik operasinya sangat sulit, butuh waktu lama dan biayanya yang sangat mahal (Merati. S, 2009).<br />
Vitamin yang populer pada minuman berenergi adalah vitamin B atau tiamin (Vitamin B1, aneurin) berfungsi sebagai koenzim atau membantu kerja enzim, penting dalam metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi dari karbohidrat, lemak dan protein, mengatur sirkulasi darah dan fungsi darah, memelihara fungsi saraf. Vitamin B3 (niasin, asam nikotinat) berhubungan dengan aktivitas saraf dan sebagai koenzim dari NAD, dan NADP yang berperan dalam reaksi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Vitamin B5 (asam pantotenat) berperan dalam sistem imun dan proses pencernaan. Vitamin B5 berperan sebagai koenzim A yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan khususnya produksi energi. Vitamin B5 juga berperan dalam produksi hormon adrenalin dan sel-sel darah merah. Vitamin B6 (piridoksin), berperan dalam pembentukan protein tubuh, sel-sel darah merah, prostaglandin, dan senyawa struktural yang berfungsi sebagai transmiter kimia pada sistem saraf, selain itu berperan sebagai koenzim dan terlibat dalam metabolisme asam amino, karbohidrat, lemak dan protein dan berperan dalam sistem imun. Vitamin B12 (sianokobalamin), berperan dalam mengatur pembentukan sel darah merah, memelihara sistem saraf, sintesa DNA, mengubah karbohidrat lemak dan protein menjadi energy (Merati. S, 2009).<br />
Tabel II. Rincian Dosis Pemakaian Vitamin B (Anonim, 2009)<br />
No Nama Dosis Harian Dewasa<br />
1. Vitamin B1 (Thiamin) 1,1-1,2 mg<br />
2. Vitamin B2 (Riboflavin) 1,1-1,3 mg<br />
3. Vitamin B3 (Niasin) 14-16 mg<br />
4. Vitamin B5 (Asam pantotenat) 5-6 mg<br />
5. Vitamin B6 (Piridoksin) 1,3-1,7 mg<br />
6. Vitamin B8 (Biotin) 300 µg<br />
7. Vitamin B9 (Asam folat) 400 µg<br />
8. Vitamin B12 (Sianokobalamin) 2,4 mg<br />
9. Kolin 100 µg<br />
<br />
b. Asam Amino<br />
Asam amino merupakan komponen dasar dari senyawa protein. Antara asam amino yang satu dengan yang lain digabungkan melalui ikatan peptida. Asam amino dapat digolongkan ke dalam 3 golongan, yaitu sebagai berikut (Anonim, 2009; Poedjiadi, 2005) :<br />
(1) Asam amino esensial <br />
Adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga harus didapat dari konsumsi makanan, seperti Leusin, Isoleusin, Valine, Licine, Triptopan, Metionin, Treonin, Penilalanin.<br />
(2) Asam amino non-esensial <br />
Adalah asam amino yang bisa diprosuksi sendiri oleh tubuh, sehingga memiliki prioritas konsumsi yang lebih rendah dibandingkan dengan asam amino esensial, seperti Asam aspartat, Glisin, Alanin, Serin.<br />
(3) Asam amino esensial bersyarat (Asam amino semi-essensial) <br />
Adalah kelompok asam amino non-esensial, namun pada saat tertentu, seperti setelah latihan beban yang keras, produksi dalam tubuh tidak secepat dan tidak sebanyak yang diperlukan sehingga harus didapat dari makanan maupun suplemen protein. Definisi semi essensial juga dapat diartikan asam amino yang dapat mencukupi untuk proses pertumbuhan orang dewasa, tetapi tidak mencukupi untuk proses pertumbuhan anak-anak, seperti Arginin, Histidin, Sistin, Asam glutamate, Tirosin, Glutamin, Ornitin.<br />
Adanya asam amino seperti taurin berperan dalam membantu meningkatkan toleransi terhadap glukosa, dan terlibat dalam proses metabolisme. <br />
Taurin, asam amino alami yang diproduksi oleh tubuh yang membantu mengatur detak jantung dan kontraksi otot. Taurin merupakan senyawa non esensial bagi nutrien manusia karena secara internal dapat disintesis dari asam amino metionin atau sistein dan piridoksin (vitamin B6). Taurin ditemukan dalam jumlah banyak pada susu murni, selain itu juga ditemukan di telur, daging dan ikan. Kebanyakan taurin didapatkan dari isolasi empedu sapi jantan. Taurin memiliki dua mekanisme kerja yaitu : sebagai penghambat neurotransmiter dan sebagai bagian dari pengemulsi asam empedu. Pada proses metabolisme, taurin berkonjugasi dengan asam empedu yang dapat menghambat pembentukan kolesterol dan meningkatkan ekskresinya.<br />
c. Kafein <br />
Kafein dalam dunia kedokteran dikenal dengan trimethylxanthine, dengan rumus kimia C8H10N4O2. Kafein merupakan isolat yang biasanya berasal dari tanaman kopi (Coffea sp), teh (Camelia sinensis), dan biji kakao (Cacao sp). Kafein bekerja dengan menghalangi efek adenosin, suatu senyawa kimia otak yang terlibat dalam proses tidur seseorang. Saat adenosin dibuat otak, dia akan mengikat reseptornya. Pengikatan ini akan menyebabkan rasa kantuk karena kerja sel saraf diperlambat. Di dalam otak, pengikatan ini juga menyebabkan pembuluh darah melebar (dimungkinkan untuk membiarkan oksigen masuk lebih banyak saat tidur). Oleh sebab itu, kafein mengikat reseptor adenosine bukannya memperlambat kerja sel, melainkan mempercepatnya (Anonim, 2009)<br />
Hal ini akan menyebabkan pembakaran neuron otak meningkat. Glandula Pituitari melihat semua aktivitas ini dan menganggap semacam keadaan darurat, sehingga Glandula Pituitari mengeluarkan hormon yang menyuruh kantong adrenal untuk memproduksi adrenalin (epinefrin). Adrenalin merupakan hormon “kerja atau tindakan” yang punya beberapa efek pada tubuh. Diantaranya, detak jantung bertambah cepat dan mata menjadi tetap melek. Adrenalin juga menyebabkan hati mengeluarkan gula ekstra dalam aliran darah yang digunakan untuk tenaga. Kafein juga meningkatkan kadar dopamin (dengan memperlambat laju penyerapan kembali dopamin). Dopamin merupakan suatu neurontransmitter yang pada bagian otak tertentu, mengaktifkan pusat kesenangan. Kafein menutup penerimaan adenosin, sehingga anda merasa tetap terjaga (tidak ngantuk). Kafein “menyuntikkan” adrenalin ke dalam sistem untuk memberi anda tambahan tenaga. Dan juga memanipulasi produksi dopamine yang membuat anda merasa enak. Semua respon fisik ini membuat anda seakan-akan punya lebih banyak tenaga. Efek menyegarkan pada minuman berenergi sebenarnya lebih disebabkan adanya kandungan kafein, sehingga minuman berenergi selain memberikan efek menyegarkan juga diklaim dapat mengurangi kelelahan pada saat bekerja keras dan berolahraga (Anonim, 2009).<br />
Menurut Badan POM, minuman berenergi yang ada di Indonesia mengandung caffein sejumlah 50 mg per botol atau tiap kemasan dan hanya dibolehkan mengonsumsi sebanyak tiga botol per hari sesuai dengan batas konsumsi aman kafein per hari adalah 150 miligram, bila melebihi ambang batas tersebut, tubuh yang kebanyakan kafein akan mengakibatkan susah tidur, tubuh gemetaran, kejang, jantung berdebar-debar dan asam lambung berlebihan dan memicu sakit maag atau gastritis. Kemudian label dalam botol harus mencantumkan peringatan keras bagi penderita penyakit gula, darah tinggi, dan jantung. Selain itu, bagi penderita yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi, seperti sensitif terhadap caffein, perlu berhati-hati mengonsumsi produk ini (Anonim, 2009).<br />
d. Ginseng dan Jahe<br />
Pengobatan herbal adalah cara pengobatan yang aman dan efektif dengan menggunakan bahan-bahan dari tanaman. Kandungan zat berkhasiat tanaman herba sangat beragam sehingga banyak herba yang mempunyai lebih dari satu manfaat pengobatan. Untuk kejelasan dan efektivitas pengobatan digunakan efek terkuatnya dengan berusaha mendapatkan ekstrak standar dari zat berkhasiat tersebut. Namun, ada pula herba yang lebih baik digunakan sebagai ekstrak lengkap karena masing-masing zat berkhasiat yang dikandungnya tersebut justru memberikan efek sinergis dalam pengobatan (Anonim, 2009; D. Wardana, dkk, 2002).<br />
Ginseng (Panax ginseng) adalah herbal yang sering ditambahkan dalam minuman berenergi. Ginseng berguna untuk meningkatkan stamina tubuh. Selain ginseng ada juga minuman berenergi yang mengandung jahe (Zingiber officinale). Jahe dalam minuman berenergi berkhasiat sebagai stimulan, meningkatkan nafsu makan, dan tonik. Selain kandungan bahan-bahan tersebut diatas, minuman berenergi diformulasikan dalam bentuk tablet atau serbuk effervescent (serbuk atau tablet buih) (Anonim, 2009; D. Wardana, dkk, 2002).<br />
e. Pemanis<br />
Pada umumnya minuman berenergi masih mengandung pemanis buatan seperti aspartam, sakarin, siklamat, dan sorbitol. Sejak tahun 1995 Badan<br />
Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) melarang pemakaian siklamat untuk makanan manusia. Berbeda dengan di Indonesia, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 208/Menkes/Per/1958, pemanis buatan itu masih diperbolehkan dipakai pada makanan manusia dalam dosis rendah. FDA melarang pemakaian siklamat, karena bersifat karsinogenik pada hewan, yakni menimbulkan kanker kandung kemih. Sebagian besar komposisi minuman berenergi terdiri dari sejumlah vitamin, sumber karbohidrat (pemanis), kafein, dan protein (asam amino). Contoh produk minuman berenergi yang mengandung siklamat adalah Hemaviton Energi Drink (mengandung sodium cyclamate 50 miligram) dan Hemaviton Jreng (mengandung natrium siklamat). Minuman berenergi yang mengandung aspartame adalah Extra Joss dan Hemaviton Jreng, dan yang mengandung sorbitol adalah Hemaviton Energi Drink. sedangkan minuman berenergi yang mengandung sakarin adalah Pocari Sweat (Merati. S, 2009).<br />
Para penderita penyakit jantung, hipertensi, sakit maag dan diabetes tidak dianjurkan minum energy drink. Sedangkan pada orang sehat, diperbolehkan selama dalam batas wajar. Kerja organ hati atau liver menjadi jauh lebih berat dengan adanya bahan-bahan stimulant didalam energy drink. Toksisitas langsung akan terjadi dalam hitungan jam serta berakibat fatal dengan kematian. Sedangkan efek toksisitas tidak langsung terjadi akibat akumulasi jangka panjang dengan menimbulkan kerusakan organ hati yang sangat luas secara perlahan namun pasti.<br />
Pekerjaan ginjal juga semakin berat dengan adanya zat pemanis, bahan pengawet dan pewarna didalam energy drink. Kerja berat ginjal menyaring bahan-bahan toksik tersebut akan mengakibatkan lelah ginjal, yang berakibat rusaknya terutama tubulus dan glomerulus didalam ginjal dan berakhir dengan gagal ginjal khronik (GGK). Pasien GGK tidak ada jalan lain kecuali harus menjalani cuci darah atau hemodialisa (HD). Bahkan bila HD kurang berhasil, penderita harus menjalani cangkok ginjal yang beayanya selangit itu (Merati. S, 2009)<br />
Selain GGK, kalori yang begitu tinggi didalam energy drink akan memicu terjadinya sindroma metabolik atau obesitas, yaitu masalah kelebihan berat badan terutama pada anak-anak dan juga pada orang dewasa. Jadi, berhati-hatilah mengkonsumsi minuman dalam botol yang disebut energy drink. Sebotol dalam seminggu, mungkin masih aman. Jangan dijadikan kebiasaan setiap hari, yang akan berakibat serius dan fatal. Hilangkan kebiasaan yang maunya serba instant (Merati. S, 2009).<br />
Suatu bahan pangan layak disebut sebagai sumber zat gizi tertentu apabila kandungan zat gizi yang terkandung sekurang-kurangnya 10% dari kecukupan gizi yang dianjurkan, per takaran saji. Jadi suatu produk minuman dapat disebut sebagai sumber energi bila dalam satu takaran saji mengandung sekurang-kurangnya 250-280 kkal. Sebagai gambaran kecukupan energi pria dewasa usia 20-45 tahun adalah sebesar 2.800 kkal/hari, sedangkan usia 46-59 tahun adalah 2.500 kkal/hari. Sedangkan kontribusi minuman berenergi terhadap pemenuhan kebutuhan energi khususnya pria dewasa adalah berkisar 7-15% bila dikonsumsi 2-3 kali sehari atau kandungan energinya berkisar 100-112 kkal untuk satu takaran saji (150 ml/botol). Dari perhitungan ini diketahui bahwa minuman berenergi belum termasuk dalam golongan minuman sumber energy (Merati. S, 2009).<br />
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada etiket atau kemasan dalam pemilihan dan penggunaan minuman berenergi antara lain (Merati. S, 2009) :<br />
1. Peringatan atau perhatian apabila produk mengandung pemanis buatan maka harus ditulis. Apabila pemanis yang digunakan adalah aspartam, maka pada peringatan atau perhatian harus tercantum.<br />
2. Peringatan atau perhatian apabila produk mengandung fenilalanin, tidak boleh digunakan pada penderita fenilketonuria dan wanita hamil dengan kadar fenilalanin tinggi.<br />
3. Apabila produk mengandung kafein dan ginseng maka harus mencantumkan peringatan atau perhatian bahwa produk ini tidak dianjurkan untuk anal-anak, wanita hamil dan menyusui . <br />
4. Keterangan umum seperti, produk ini tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi. Tidak boleh dikonsumsi melebihi dosis yang telah ditetapkan (Tidak dikonsumsi lebih dari 3 kali sehari dengan kadar maksimal kafein per takaran 50 mg). Minuman berenergi aman dikonsumsi dan tidak akan membahayakan pemakainya apabila digunakan sesuai dengan aturan pakai dan keterangan-keterangan yang tercantum pada etiket, baik pada penggunaan jangka panjang maupun jangka pendek.<br />
<br />
Sumber :<br />
<br />
Anonim, 2009, Minuman Energi, http://www.webmd.com/diet/guide/whats-the-buzz-about-energy-drinks (diakses 21 juli 2009).<br />
Anonim, 2009, Panduan Memilih Obat Herbal ,http://id.88%20db.com/id/Knowledge%20/Knowledge_%20Detail.page?kid=20567 ( diakses 02 maret 2009).<br />
Gsianturi, 2002, Pemanis Buatan dalam Minuman Berenergi, Tanpa Peringatan..!, http://www.kompas.com/kesehatan/news/0210/01/205759.htm (diakses 21 juli 2009) <br />
laely-dic.blogspot.com/.../surat-keputusan-direktur-jenderal.html - Tembolok <br />
<br />
Jenis-jenis reaksi<br />
Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi tersebut, yang sering kali tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi reaksi kimia yang biasanya digunakan.<br />
• Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang struktur tanpa perubahan pada kompoasisi atomnya<br />
• Kombinasi langsung atau sintesis, yang mana dua atau lebih unsur atau senyawa kimia bersatu membentuk produk kompleks:<br />
N2 + 3 H2 → 2 NH3<br />
• Dekomposisi kimiawi atau analisis, yang mana suatu senyawa diurai menjadi senyawa yang lebih kecil:<br />
2 H2O → 2 H2 + O2<br />
• Penggantian tunggal atau substitusi, dikarakterisasikan oleh suatu unsur digantikan oleh unsur lain yang lebih reaktif:<br />
2 Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)<br />
• Metatesis atau Reaksi penggantian ganda, yang mana dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk membentuk senyawa yang berbeda:<br />
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)<br />
• Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam dengan basa. Ia memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum adalah: <br />
o Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.<br />
o Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius.<br />
o Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brønsted-Lowry.<br />
• Reaksi redoks, yang mana terjadi perubahan pada bilangan oksidasi atom senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat diinterpretasikan sebagai transfer elektron. Contoh reaksi redoks adalah:<br />
2 S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq)<br />
Yang mana I2 direduksi menjadi I- dan S2O32- (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi S4O62-.<br />
• Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan yang dapat terbakar bergabung dengan unsur-unsur oksidator, biasanya oksigen, untuk menghasilkan panas dan membentuk produk yang teroksidasi. Istilah pembakaran biasanya digunakan untuk merujuk hanya pada oksidasi skala besar pada keseluruhan molekul. Oksidasi terkontrol hanya pada satu gugus fungsi tunggal tidak termasuk dalam proses pembakaran.<br />
C10H8+ 12 O2 → 10 CO2 + 4 H2O<br />
CH2S + 6 F2 → CF4 + 2 HF + SF6<br />
• Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua jenis produk yang berbeda hanya pada keadaan oksidasinya.<br />
2 Sn2+ → Sn + Sn4+<br />
• Reaksi organik, melingkupi berbagai jenis reaksi yang melibatkan senyawa-senyawa yang memiliki karbon sebagai unsur utamanya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-63838778435082509802011-05-29T10:46:00.000-07:002011-05-29T10:46:59.108-07:00anemia gizi besiDiagnosis<br />
Daignosis anemia defisiensi yang berat tidak sulit karena ditandai dengan ciri-ciri yang khas bagi defisiensi besi, yakni microcytosis dan hypochromasia. Anemia yang ringan tidak selalu menunjukan ciri-ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat ringan normositer dan normochtom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi dapat berdampingan dengan defisiensi asam folik. Yang terakhir menyebabkan anemia megaloblastik yang sifatnya makrositer dan hyperchrom. Anemia ganda demikian lazim disebut anemia dimorfis yang dapat dibuktikan dengan kurve price Jones.<br />
Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi ialah a) kadar besi serum rendah; b) daya ikat besi serum tinggi; c) protoporphyrin eritrosit tinggi; dan d) tidak ditemukan hemosiderin (stainabel iron) dalam sumsum tulang.<br />
Pengobatan percobaan (therapia ex juvantibus) dengan besi dapat pula dipakai untuk membuktikan defisiensi besi : jikalau dengan pengobatan jumlah retikulosit, kadar Hb dan besi serum naik sedang daya ikat besi serum dan protopophyrin eritrosit turun, maka anemia itu pasti disebabkan kekurangan besi.<br />
Pemeriksaan sumsum tulang menunjukan erythropoesis yang normoblastik tanpa tanda-tanda typoplasia erytropoesis.<br />
<br />
Terapi <br />
Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu kurang dari 10 gr/100 ml, maka wanita dapat dianggap sebagai menderita anemia defisiensi besi, baik yang murni maupun yang dimorfis karena tersering anemia dalam keahmilan ialah aneia defisiensi besi.<br />
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari seperti sulfat-ferrosus atau gluconas ferrosus. Hb dapat dinaikan sampai 10 g/100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir. Peranan vitamin C dalam pengobatan dengan besi masih diragukan oleh beberapa penyelidik. Mungkin vitamin C mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferry menajdi ion ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.<br />
Terapi parenteral baru dilakukan apabila penderita tidak tahan akan obat besi per os, ada gannguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramuskular dapat disuntikan dekstran besi (imferon) atau sorbitol besi (jectofer). Hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita merasa nyeri di tempat suntikan.<br />
Juga secara intravena perlahan-lahan besi dapat diberikan, seperti ferrum oxidum saccharatum (ferrigen, ferrivenin, proverrin, vitis), sodium diferrate (ferronascin), dan dekstran besi (imferon). Akhir-akhir ini imferon banyak pula diberikan dengan infus dalam dosis antara 1000-2000 mg unsur besi sekaligus, dengan hasil yang sangat memuaskan (Hudono, 1970;1974; Mochran,1974). Walaupun besi intravena dan dengan infus kadang-kadang menimbulkan efek sampingan, namun apabila ada indikasi yang tepat, cara ini dapat dipertanggungjawabkan. Komplikasi kurang berbahaya dibandingkan dengan tranfusi darah.<br />
Tranfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan-walaupun Hb nya kurang dari 6 g/100 ml – apabila tidak terjadi perdarahan. Darah secukupnya harus tersedia selama persalinan, yang segeraharus diberikan apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasa, walaupun tidak lebih dari 1000 ml.<br />
Pencegahan<br />
Di daerah-daerah dengan frekuensi anemia kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau gluconas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makanlebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.<br />
Prognosis <br />
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan daalm kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum, dan infeksi.<br />
Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum. <br />
<br />
ANEMIA DALAM KEHAMILAN<br />
<br />
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau kurang dari 6gr%, disebut anemia grafis.<br />
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, teruitama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menajdi pemeriksaan darali rutin selama pengawasan antenatal, sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.<br />
Penyebab anemia umumnya adalah:<br />
1. kurang gizi (malnutrisi)<br />
2. kurang zat besi dalam diet<br />
3. malabsorbsi<br />
4. kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain<br />
5. penyakit-penyakit kronik:TBC, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.<br />
<br />
Dala kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolumia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding dengan bertambahnya dengan plasma darah. Perbandingan pertambahan tersebut:<br />
- plasma darah bertambah 30 %<br />
- sel-sel darah bertambah 18%<br />
- hemoglobin bertambah 19%<br />
<br />
secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu peningkatan kerja jantung.<br />
<br />
Frekuensi<br />
Laporan-laporan dari seluruh dunia menyebutkan bahwa seluruh dunia menyebutkan bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, terutama di negara-negara berkembang, yaitru 10-20%.<br />
<br />
Pengaruh anemia dalam kehamilan, persalinan dan nifas<br />
1. keguguran<br />
2. partus prematurus<br />
3. inersia uteri dan partus lama, ibu lemah<br />
4. atonia uteri dan menyebabkan perdarahan<br />
5. syok<br />
6. afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia<br />
7. infeksi intrapartum dan dalam nifas<br />
8. bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4gr%) terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan perslainan, bahkan bisa fatal.<br />
<br />
Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi<br />
Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membentuk zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa dan sum-sum tulang.<br />
Selam masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membtuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:<br />
1. keguguran<br />
2. kematian janin dalam kandungan <br />
3. kematian janin waktu lahir <br />
4. kematian perinatal tinggi<br />
5. prematuritas<br />
6. dapat terjadi cacat bawaan<br />
7. cadangan besi kurang<br />
<br />
klasifikasi anemia dalam kandungan<br />
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)<br />
2. anemia megaloblastik (29,0%)<br />
3. anemia hipoblastik (8,0%)<br />
4. anemia hemolitik (0,7%)<br />
<br />
anemia defisiensi besi<br />
anemia jenis ini biasanya berbentuk normisitik dan hipokromik serta paling banyak dijumpai. Penyebabnya telah dibicarakan diatas sebagai penyebab anemia umunya. <br />
<br />
Pengobatan<br />
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah <br />
- FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg – 15 mg – 15 mg<br />
- LIPI Indonesia (1968):12 mg – 17 mg – 17 mg.<br />
<br />
Kemasan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral.<br />
- per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x 0,20 mg.<br />
- Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian oral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskular atau intravena. Kemasan ini antara lain :imferon, jectofer, dan ferrigen. Hasilnya lbih cepat dibandingkan peroral.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-59370279396810707222011-05-29T10:39:00.000-07:002011-05-29T10:39:23.121-07:00penyebab kemandulanPenyebab Kemandulan <br />
Bagi wanita, arti mandul ialah tidak mampu hamil karena indung telur mengalami kerusakan sehingga tidak mampu memproduksi sel telur.<br />
<br />
Sementara, arti mandul bagi pria ialah tidak mampu menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel spermatozoa sama sekali.<br />
<br />
Baik pria maupun wanita yang mandul tetap mempunyai fungsi seksual yang normal. Tetapi sebagian orang yang mengetahui dirinya mandul kemudian mengalami gangguan fungsi seksual sebagai akibat hambatan psikis karena menyadari kekurangan yang dialaminya.<br />
<br />
Tetapi istilah mandul acapkali digunakan untuk menyebut pasangan suami istri yang belum mempunyai anak walaupun telah lama menikah. Padahal pasangan suami istri yang belum mempunyai anak setelah lama menikah tidak selalu mengalami kemandulan. Yang lebih banyak terjadi adalah pasangan yang infertil atau pasangan yang tidak subur.<br />
<br />
Di Indonesia diduga terdapat sekitar 10-15 persen pasangan suami istri yang mengalami hambatan hamil, meliputi pasangan mandul dan infertil.<br />
<br />
Apakah kemandulan dapat diatasi?<br />
Kemandulan tidak dapat diatasi dengan cara apapun. Masalahnya, gangguan yang terjadi berupa kerusakan yang permanen pada buah pelir atau indung telur sehingga masing-masing tidak dapat memproduksi sel spermatozoa atau sel telur.<br />
<br />
Jadi baik pria maupun wanita yang mengalami kerusakan permanen pada buah pelir atau indung telurnya tidak perlu lagi berupaya mencari pengobatan atau jalan keluar lainnya karena pasti tidak akan berhasil.<br />
<br />
Satu hal yang mutlak harus diperhatikan ialah apakah masalah yang terjadi suatu kemandulan ataukah infertilitas (gangguan kesuburan). Kemandulan tidak sama dengan infertilitas (gangguan kesuburan), tetapi kedua istilah ini sering dikacaukan. Acapkali pasangan disebut mandul padahal sebenarnya tidak subur (infertil).<br />
<br />
Bagi banyak pasangan suami istri istilah mandul terkesan sangat menakutkan bahkan terasa seperti sesuatu yang tidak punya harapan lagi.<br />
<br />
Apa yang dimaksud dengan pasangan infertil atau tidak subur?<br />
Dalam keadaan normal dan tanpa menggunakan kontrasepsi, kehamilan terjadi pada 60 persen pasangan suami istri dalam waktu 6 bulan, pada 80 persen pasangan dalam waktu 9 bulan dan pada sekitar 90 persen pasangan suami istri dalam waktu 1 tahun.<br />
<br />
Pasangan suami istri yang telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama satu tahun tetapi belum mampu hamil dan melahirkan anak hidup disebut pasangan infertil atau pasangan tidak subur. Berarti pasangan tersebut mengalami masalah infertilitas (ketidaksuburan).<br />
<br />
Pada pasangan infertil, pihak suami masih mempunyai sel spermatozoa tetapi tidak dalam parameter normal karena mengalami suatu gangguan. Di pihak lain, pihak istri masih mempunyai sel telur tetapi mengalami gangguan, misalnya dalam perjalanan untuk masuk ke dalam rahim melalui saluran telur.<br />
<br />
Dengan pengertian ini jelaslah perbedaan antara pasangan infertil dengan pasangan mandul. Di masyarakat, tampaknya lebih banyak pasangan infertil dibandingkan dengan pasangan yang benar-benar mandul. Tetapi istilah mandul lebih sering digunakan di masyarakat walaupun yang dimaksud adalah gangguan kesuburan.<br />
<br />
Apa penyebab infertilitas?<br />
Banyak faktor yang menjadi penyebab infertilitas sehingga pasangan suami istri tidak mempunyai anak, antara lain:<br />
<br />
1. Faktor hubungan seksual, yaitu frekuensi yang tidak teratur (mungkin terlalu sering atau terlalu jarang), gangguan fungsi seksual pria yaitu disfungsi ereksi, ejakulasi dini yang berat, ejakulasi terhambat, ejakulasi retrograde (ejakulasi ke arah kandung kencing), dan gangguan fungsi seksual wanita yaitu dispareunia (sakit saat hubungan seksual) dan vaginismus.<br />
<br />
2. Faktor infeksi, berupa infeksi pada sistem seksual dan reproduksi pria maupun wanita, misalnva infeksi pada buah pelir dan infeksi pada rahim.<br />
<br />
3. Faktor hormon, berupa gangguan fungsi hormon pada pria maupun wanita sehingga pembentukan sel spermatozoa dan sel telur terganggu.<br />
<br />
4. Faktor fisik, berupa benturan atau temperatur atau tekanan pada buah pelir sehingga proses produksi spermatozoa terganggu.<br />
<br />
5. Fakror psikis, misalnya stress yang berat sehingga mengganggu pembentukan set spermatozoa dan sel telur.<br />
<br />
<br />
Untuk menghindari terjadinya gangguan kesuburan pada pria maupun wanita, maka faktor-faktor penyebab tersebut tersebut harus dihindari. Tetapi kalau gangguan kesuburan telah terjadi, diperlukan pemeriksaan yang baik sebelum dapat ditentukan langkah pengobatannya.<br />
<br />
Apakah infertilitas dapat diatasi?<br />
Masalah infertilitas sebenarnya adalah masalah gangguan kesuburan pasangan. Gangguan kesuburan mungkin dapat diatasi, mungkin juga tidak dapat diatasi. Hal itu sangat tergantung kepada penyebabnya dan sejauh mana kesuburan telah terganggu.<br />
<br />
Berbagai cara dan pengobatan telah tersedia untuk mengatasi gangguan kesuburan, tetapi tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, infertilitas yang disebabkan karena penyumbatan saluran telur. Cara yang ada untuk membuka kembali saluran relur yang tersumbat ternyata tidak memberikan hasil yang baik. Contoh lain, pengobatan gangguan sperma, mungkin memberikan hasil yang baik, mungkin juga tidak. Pengobatan gangguan sperma yang disebabkan karena infeksi pada buah pelir, pada umumnya tidak memuaskan.<br />
<br />
Itu berarti tidak semua pasangan infertil dapat mengatasi masalahnya dan dapat mempunyai anak. Karena itu, pada keadaan di mana gangguan kesuburan tidak dapat diatasi, dilakukan cara lain yang merupakan cara pintas. Cara pintas ini tidak lagi bertujuan memperbaiki gangguan kesuburan, melainkan langsung ke tujuan akhir, yaitu menghasilkan kehamilan.<br />
<br />
Cara pintas yang tersedia ialah inseminasi buatan dengan menggunakan sperma suami dan tehnik “bayi tabung”. Inseminasi buatan dengan sperma suami dilakukan bila terjadi gangguan kualitas dan kuantjtas sperma, gangguan dalam melakukan hubungan seksual sehingga sperma tidak dapat masuk ke vagina, dan gangguan mulut rahim sehingga sel spermatozoa gagal masuk ke dalam rahim.<br />
<br />
Cara mendapatkan kehamilan dengan menggunakan tehnik “bayi tabung” telah dikembangkan sejak tahun 1970 oleh dokter Patrick Steptoe dan Prof. Robert Edwards. Delapan tahun kemudian hasil teknologi itu telah menghasilkan seorang bayi wanita. Dalam perkembangannya beberapa cara tehnik “bayi tabung” telah dilakukan, mulai dari GIFT (Gamete Intra-Fallopian Transfer), ZIFT (Zygote Intra-Fallopian Transfer), IVF-ET (In-Vitro Fertilization-Embryo Transfer), sampai ke ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection).<br />
<br />
Tehnik “bayi tabung” dilakukan bila terjadi gangguan sperma dan gangguan sistem reproduksj wanita yang menghambat pertemuan sel spermatozoa dengan sel telur. Dengan tehnik ini, sel spermatozoa dan sel telur dipertemukan di luar tubuh wanjta. Setelah hasil pertemuan itu berkembang, kemudian dimasukkan ke dalam rahim dan berkembang seperti kehamilan normal. Tetapi berbagai cara “bayi tabung” yang ada sampai saat ini, tetap tidak menjamin kehamilan pasti berhasil.<br />
<br />
Di masyarakat muncul anggapan salah, seolah-olah tehnik “bayi tabung” adalah segalanya. Seolah-olah dengan cara ini pasangan infertil pasti dapat menjadi hamil dan mempunyai anak. Padahal ternyata tidak demikian. Keberhasilan tehnik “bayi tabung” dengan cara yang paling mutakhir dan di negara maju sekalipun, masih tergolong rendah sementara biaya yang diperlukan sangat tinggi.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-22005944994835517002011-05-29T10:31:00.001-07:002011-05-29T10:31:45.942-07:00ketuban pecah dini1. KONSEP DASAR PENYAKIT<br />
A. Definisi ketuban pecah dini (KPD) <br />
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001) <br />
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (mohtar,1998) <br />
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan di tunggu satu jam belum di mulainya tanda persalinan (manuaba,2001) <br />
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002).<br />
<br />
B. Etiologi <br />
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:<br />
1) Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. <br />
2) Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage). <br />
3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. <br />
4) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.<br />
5) Keadaan sosial ekonomi <br />
Faktor lain <br />
1) Faktor golongan darah.<br />
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban. <br />
2) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.<br />
3) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.<br />
4) Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C)<br />
<br />
Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm <br />
1) kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%) <br />
2) riwayat persalinan preterm sebelumnya<br />
3) perdarahan pervaginam<br />
4) pH vagina di atas 4.5<br />
5) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.<br />
6) flora vagina abnormal<br />
7) fibronectin > 50 ng/ml<br />
8) kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm<br />
9) Inkompetensi serviks (leher rahim)<br />
10) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)<br />
11) Riwayat KPD sebelumya<br />
12) Trauma<br />
13) servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu 14) Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis Faktor-faktor yang dihubungkan dengan partus preterm: 1. iatrogenik : hygiene kurang (terutama), tindakan traumatic 2. maternal : penyakit sistemik, patologi organ reproduksi atau pelvis, pre-eklampsia, trauma, konsumsi alkohol atau obat2 terlarang, infeksi intraamnion subklinik, korioamnionitis klinik, inkompetensia serviks, servisitis/vaginitis akut, Ketuban Pecah pada usia kehamilan preterm. 3. fetal : malformasi janin, kehamilan multipel, hidrops fetalis, pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, kematian janin. 4. cairan amnion : oligohidramnion dengan selaput ketuban utuh, ketuban pecah pada preterm, infeksi intraamnion, korioamnionitis klinik. 5. placenta : solutio placenta, placenta praevia (kehamilan 35 minggu atau lebih), sinus maginalis, chorioangioma, vasa praevia 6. uterus : malformasi uterus, overdistensi akut, mioma besar, desiduositis, aktifitas uterus idiopatik Menurut Taylor menyelidiki bahwa ada hubungan dengan hal-hal berikut : 1) Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini. 2) Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban ) 3) Infeksi ( amnionitis atau korioamnionitis ) 4) Factor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompetent dan lain-lain. 5) Ketuban pecah dini artificial ( amniotomi ), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini. C. Insidensi Beberapa peneliti melaporkan hasil penelitian mereka dan didapatkan hasil yang bervariasi. Insidensi KPD berkisar antara 8 - 10 % dari semua kehamilan. Hal yang menguntungan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kekahiran prematur. KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS. D. Patofisiologi Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion. Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam tiap jam. Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan oleh ‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memerikasa kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus, dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan sebagainya. Caranya yaitu dengan mengambil cairan ketuban melalui alat yang dimasukkan melalui dinding perut ibu. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut : 1) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. 2) Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum : 1) Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar. 2) Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion. 3) Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). 4) Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi. E. Pemeriksaan Klinis Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkakn bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara : 1) Anamnesa Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok.(1,3,9,15) Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna, keluanya cairan tersebut tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah. 2) Inspeksi Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas. 3) Pemeriksaan dengan spekulum. pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior. 4) Pemeriksaan dalam Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya diulakaukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan laboraturium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. • Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu. • Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. 2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sedehana. F. Komplikasi 1) Tali pusat menumbung 2) Prematuritas, persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm. 3) Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis. 4) Infeksi maternal : infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine, korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis <br />
5) penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada waktu lahir dan Premature. <br />
6) komplikasi infeksi intrapartum <br />
a. komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu. <br />
b. komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin. <br />
<br />
G. Penatalaksanaan<br />
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.<br />
Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama masih beberapa masalah yang masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.<br />
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten.<br />
<br />
1) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu)<br />
Beberpa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya.<br />
Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.<br />
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam.<br />
Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.<br />
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.<br />
<br />
2) Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)<br />
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi <br />
Penderita perlu dirawat di rumah sakit ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. <br />
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada pnderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan<br />
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi.<br />
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedan sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll.<br />
Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauterine.<br />
Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya stiap 6 jam.<br />
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-21074507164916829422011-05-29T10:25:00.000-07:002011-05-29T10:25:08.531-07:00mineral yodiumTENTANG<br />
IODINE ( YODIUM )<br />
DISUSUN<br />
<br />
<br />
OLEH :<br />
KELOMPOK 1 :<br />
WENY AYU LESTARI NUR’AN <br />
MAYANG KEUMALA aififi<br />
BUNGA NUR EKA fitria nurdina lesatari<br />
SURYATI husnul khotimah<br />
Fitriani kartika ningsih<br />
<br />
<br />
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN BUNDA BIMA<br />
T/A 2010 - 2011<br />
KATA PENGANTAR<br />
<br />
Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kami menyadari bahwa berkat rahmat dan hidayatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul gangguan keseimbangan asam basa, Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang membantu tersusunnya makalah ini. <br />
makalah ini barangkali masih belum memenuhi kesempurnaan seperti harapan pembaca. Oleh sebab itu kami sangat menerima kritik, saran dan masukan pembaca demi sempurnanya. Harapan penulis semoga karya ini dapat memenuhi sasaran program mata kuliah yg kami tempuh dan bermanfaat bagi pembaca yg memerlukan. <br />
<br />
<br />
<br />
Bima, Mei 2011 <br />
<br />
kelompok 1<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PREFACE<br />
<br />
<br />
While praise and gratitude the presence of God Almighty because we realize that the blessings of grace and hidayatnya we can complete this paper with the title of acid-base balance disorders, In connection with the drafting of this paper, therefore, on this occasion we extend our gratitude and highest appreciation to all those who helped drafting of this paper.<br />
this paper may still not meet the expectations of perfection as the reader. Therefore we are very accepting criticism, suggestions and input for the perfect reader. Hope the authors hope this work can meet the target program of courses which we traveled and useful to readers who need.<br />
<br />
<br />
Bima, May 2011<br />
<br />
<br />
Group 1<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR ISI<br />
Kover depan<br />
Kata pengantar<br />
Daftar isi<br />
Bab I : pendahuluan<br />
A. Latar belakang<br />
Bab II : pembahasan<br />
a. Pengertian<br />
b. Metabolisme anorganik<br />
c. Para deiodinases<br />
d. Peraturan Thyroid Gland <br />
e. Pengaruh hormonal dari Hormon<br />
f. Defisiensi Yodium <br />
g. Ekologi Kekurangan Yodium <br />
h. Akibat Kekurangan YodiuM<br />
i. Kebutuhan yodium<br />
j. Pemecahan masalah<br />
k. Kekurangan yodium pada janin<br />
l. Kekurangan yodium pada bayi bau lahir<br />
m. Kekurangan yodium pada anak<br />
n. Kekurangan yodium pada orang dewasa<br />
Bab III : penutup<br />
a. kesimpulan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB I <br />
PENDAHULUAN<br />
A. Latar belakang<br />
Yodium merupakan zat makanan yang tergolong ke dalam mineral mikro. Dalam keadaan normal, yodium dikonsumsi manusia melalui air dan tumbuh-tumbuhan yang menyerap zat tersebut dari tanah. Dalam makanan sehari-hari yodium banyak dikonsumsi dari makanan laut. Akan tetapi, seiring perubahan kondisi geografis dan demografis di suatu daerah, zat yodium yang tersimpan di dalam tanah dapat mengalami kekurangan akibat terkikis oleh tanah karena hujan dan banjir. Kekurangan yodium juga terjadi pada daerah di pegunungan. Akibatnya, manusia hanya mendapat sedikit yodium dalam makanannya dibandingkan kebutuhan seharusnya.<br />
Beberapa perubahan patologik yang timbul akibat kehilangan keseimbangan di dalam tubuh dikenal dengan GAKY atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. Defisiensi yodium ini terdapat di banyak daerah di seluruh Indonesia secara endemik (ditemukan di daerah tertentu dalam waktu lama). Daerah endemik untuk defisiensi yodium adalah kepulauan yang besar dan terpencil di pegunungan. Hal ini karena air dan tanah di daerah tersebut miskin akan kandungan zat yodium sementara makanan yang berasal dari laut yang biasanya kaya akan zat yodium tidak dapat dicapai di daerah tersebut.<br />
GAKY menyebabkan penderitanya mengalami pembesaran kelenjar gondok. Oleh karena itu, penyakit akibat GAKY disebut juga dengan penyakit gondok. Di daerah endemik gondok, pembesaran kelenjar gondok dapat terjadi pada semua umur. Adapun akibat yang dapat timbul dari GAKY atau penyakit gondok antara lain :<br />
<br />
(1) Pada ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati dan kematian bayi, mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan menjadi cebol pada saat dewasa nanti. Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1 tahun sudah akan terjadi pembesaran kelenjar gondoknya.<br />
<br />
(2) Pada masa kanak-kanak, terjadi kretinisme atau manusia kerdil yaitu yang menunjukkan gejala antara lain : misal tinggi badan di bawah normal, kondisi ini disertai berbagai tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan jiwa ringan sampai dengan yang berat disebut debilitas. Pembesaran gondok yang sangat dikhawatirkan pada anak adalah kemungkinan terjadinya kretinisme ini. Di India, terkenal sebuah desa bernama the abofe of falls yang mana di desa tersebut sebagian besar penduduknya menderita gondok dan menjadikan mereka sebagai orang sinting dan dungu. Kejadian pembesaran kelenjar gondok terbanyak ditemukan pada usia 9-13 tahun pada anak laki-laki dan antara usia 12-18 tahun pada anak perempuan.<br />
(3) Pada orang dewasa, kekurangan yodium menimbulkan keadaan lemas dan cepat lelah, produktivitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah, serta gondok pada leher.<br />
Selain disebabkan oleh kekurangan yodium murni, penyakit gondok juga bisa timbul akibat zat goiterogen. Zat tersebut ditemukan dalam sayuran dari jenis Brassica seperti kubis, lobak, dan kol kembang. Zat ini juga ditemukan dalam kacang kedelai, kacang tanah, dan obat-obatan tertentu. Zat goiterogen dapat menghalangi pengambilan yodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar gondok sangat rendah. Selain itu, zat tersebut juga dapat menghambat perubahan yodium dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik sehingga menghambat pembentukan hormon tiroksin.<br />
Yodium berfungsi sebagai salah satu bahan untuk membuat hormon tiroksin oleh kelenjar gondok yang menstimulasikan proses-proses oksidasi dalam tubuh. Artinya, tiroksin bekerja melakukan kontrol terhadap segala aktivitas tubuh, cepatnya pertumbuhan, dan pemakaian tenaga oleh tubuh. Apabila yodium tidak ada atau kurang, maka pembuatan hormon tiroksin pun terhambat sehingga kontrol terhadap oksidasi tubuh mengalami penurunan.<br />
Oleh karena dampak kekurangan yodium tidak hanya berupa gondok endemik tapi juga hambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan yang dapat berpengaruh pada menurunnya kualitas sumber daya manusia, maka penggunaan garam beryodium secara merata di setiap rumah tangga dinilai sangat penting.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
CHAPTER I <br />
INTRODUCTION<br />
A. Background<br />
<br />
Iodine is a nutrient belonging to the micro minerals. Under normal circumstances, iodine consumed by humans through water and the plants absorb these substances from the soil. In the daily food consumed iodine from seafood. However, as changes in geographic and demographic conditions in some areas, iodine is stored in the soil is deficient due to soil eroded by rain and flooding. Iodine deficiency also occurs in areas in the mountains. As a result, humans have little iodine in the diet than need be.<br />
<br />
Some pathological changes that arise from loss of balance in the body known as IDD or Iodine Deficiency Disorders. Iodine deficiency is found in many places in Indonesia are endemic (found in certain areas for a long time). Areas endemic for iodine deficiency is a large and remote islands in the mountains. This is because water and poor soil in the area will contain iodine while foods derived from the sea which is usually rich in iodine can not be achieved in the area.<br />
IDD causes sufferers have an enlarged thyroid. Therefore, the disease caused by IDD are also called mumps. In areas of endemic goiter, an enlarged thyroid gland may occur at any age. As a result of which may arise from IDD or mumps, among others:<br />
<br />
(1) In pregnant women cause spontaneous miscarriage, stillbirth and infant mortality, affect the baby's brain and the possibility of a midget in later adulthood. A mother who suffered from goiter enlargement will give birth to babies who also suffer from iodine deficiency. If not treated immediately, then at the age of 1 year is about to happen gondoknya gland enlargement.<br />
<br />
(2) In childhood, there are dwarf cretinism or humans who show symptoms such as: eg body height below normal, this condition is accompanied by varying degrees of delay in mental development and intelligence, from mild mental barriers up to a weight called debilitas. Thyroid enlargement in children who are very concern is the possibility of this cretinism. In India, a famous village called the abofe of falls in the village where most of the population suffer from goiter and make them as crazy and silly. Incidence of thyroid enlargement ever discovered at the age of 9-13 years in boys and between the ages of 12-18 years in girls.<br />
<br />
(3) In adults, iodine deficiency causes weakness and rapid fatigue conditions, productivity and role in social life is low, and goiter in the neck.<br />
In addition to purely caused by iodine deficiency, thyroid disease can also arise from substances goiterogen. The substance found in vegetables of Brassica species such as cabbage, radish, and cauliflower. This substance is also found in soy beans, peanuts, and certain drugs. Goiterogen substances can hinder decision-iodine by the thyroid gland so that the concentration of iodine in the thyroid gland is very low. In addition, these substances can also inhibit the shape change of inorganic iodine into organic forms that inhibit the formation of the hormone thyroxine.<br />
<br />
<br />
Iodine serves as one of the ingredients to make the hormone thyroxine by the thyroid gland which stimulate the processes of oxidation in the body. That is, thyroxine work to take control of all bodily activity, rapid growth, and use of energy by the body. If iodine is not present or less, then the making of the hormone thyroxine also inhibited so the body's control of oxidation decreased.<br />
Because of the impact of iodine deficiency endemic goiter not only form but also barriers to the development of the soul and intelligence which can lead to decreased quality of human resources, the use of iodized salt evenly in each household is considered very important.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
A. Pengertian yodium<br />
Yodium (bahasa Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Unsur ini diperlukan oleh hampir semua mahkluk hidup. Yodium adalah halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat elektropositif. Sebagai catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitasnya dan lebih elektropositif dari pada yodium, tapi kelangkaan astatin membuat sulit untuk mengkonfirmasikan hal ini.<br />
Iodine (Greek: Iodes - purple), is a chemical element in the periodic table that has the symbol I and atomic number 53. This element is required by almost all living things. Iodine is a halogen reactivity is the lowest and most electropositive. For the record, should astatine lower reactivity and more electropositive than the iodine, but the scarcity of astatine makes it difficult to confirm this.<br />
B. Metabolism of Inorganic Iodine<br />
Metabolisme yodium anorganik <br />
<br />
suplemen yodium dapat mengambil bentuk kalium iodida (KI) atau kalium <br />
iodat (KIO3). Anion iodat dengan cepat dikurangi menjadi iodida dalam tubuh. The <br />
pengurangan adalah nonenzimatik dan melibatkan sulfhidril-mengandung senyawa seperti <br />
sebagai glutathione. Glutathione adalah tripeptide mengandung glutamat, sistein, dan <br />
glisin (Glu-Cys-Gly). Glutathione hadir dalam plasma dan sel-sel di dalamnya. The <br />
konversi iodat untuk iodida yang menggunakan kekuatan mengurangi kelompok sulfhidril membutuhkan oksidasi enam kelompok sulfhidril (R - SH) untuk tiga kelompok disulfida <br />
(RMS - S - R): <br />
<br />
6 R-SH + 103 > 3R-S-S-R + I- + 3 H20<br />
(Disuff~) (I o0~e)<br />
<br />
<br />
Iodine supplements may take the form of potassium iodide (KI) or potassium<br />
iodate (KIO3). The iodate anion is rapidly reduced to iodide in the body. The<br />
reduction is nonenzymatic and involves sulfhydryl-containing compounds such<br />
as glutathione. Glutathione is a tripeptide containing glutamate, cysteine, and<br />
glycine (Glu-Cys-Gly). Glutathione is present in the plasma and inside cells. The<br />
conversion of iodate to iodide that uses the reducing power of sulfhydryl groups<br />
requires the oxidation of six sulfhydryl groups (R--SH) to three disulfide groups<br />
(RmS--S--R):<br />
<br />
<br />
6 R-SH + 103 > 3R-S-S-R + I- + 3 H20<br />
<br />
(Disuff~) (I o0~e)<br />
C. The Deiodinases <br />
<br />
Para deiodinases adalah selenium yang mengandung enzim yang digunakan untuk sintesis bentuk aktif dari hormon tiroid, T3. Para deiodinases juga mengkatalisis inaktivasiberbagai bentuk hormon tiroid. Tiga jenis dei0dinase ada, dan ini disebut tipe I, tipe II, dan tipe III deiodinase. Rincian lebih lanjut muncul di bagian Selenium. <br />
The deiodinases are selenium-containing enzymes that are used for the synthesis of the active form of thyroid hormone, T3. The deiodinases also catalyze the inactivation of the various forms of thyroid hormone. Three types of dei0dinase exist, and these are called type I, type II, and type III deiodinase. Further details appear in the Selenium section.<br />
<br />
Tipe I deiodinase tampaknya bertanggung jawab untuk sebagian besar T3 dalamalirandarah. Jenis Saya enzim mengkatalisis konversi T4 ke T3 dalam tiroid kelenjar. Ini adalah 5 "-deiodination reaksi. Peran dominan enzim ini Iodine 735 <br />
diungkapkan oleh fakta bahwa hanya tipe saya deiodinase dihambat oleh propylthiouracilitu, obat yang digunakan untuk memproduksi kekurangan hormon tiroid. Propylthiouracil tidak menghambat tipe II atau III enzim (St Germain, 1994; Croteau etal, 1996.). <br />
Type I deiodinase appears to be responsible for most of the T3 in the bloodstream.The type I enzyme catalyzes the conversion of T4 to T3 within the thyroid gland. This is a 5"-deiodination reaction. The dominant role of this enzyme is revealed by the fact that only type I deiodinase is inhibited by the propylthiouracil, a drug used to produce thyroid hormone deficiency. Propylthiouracil does not inhibit the type II or III enzymes (St. Germain, 1994; Croteau et al., 1996).<br />
<br />
Tipe II deiodinase terjadi di otak dan jaringan adiposa coklat tikus (tetapi tidak <br />
dalam otot tikus), dan di otak, otot rangka, jantung, dan kelenjar tiroid di <br />
manusia (Pallud et al, 1997.). Enzim ini mengkatalisis konversi T4 ke T3. <br />
Bila kelenjar tiroid dirangsang, jenis II deiodinase mengambil peningkatan <br />
penting dalam konversi T4 ke T3 (et al Salvatore, 1996.). Tipe II deiodinase <br />
adalah unik di antara deiodinases dalam bahwa tampaknya mengandung dua atomselenium, bukan hanya satu. Peran fisiologis enzim ini adalah untuk memanfaatkan T4 diperoleh dari aliran darah dan untuk mengubahnya menjadi T3 di dalam jaringan target. <br />
Type II deiodinase occurs in the brain and brown adipose tissue of rats (but not in muscle of rats), and in the brain, skeletal muscle, heart, and thyroid gland in humans (Pallud et al., 1997). This enzyme catalyzes the conversion of T4 to T3. When the thyroid gland is stimulated, the type II deiodinase takes on an increased importance in the conversion of T4 to T3 (Salvatore et al., 1996). Type II deiodinaseis unique among the deiodinases in that it appears to contain two selenium atoms,rather than just one. The physiological role of the enzyme is to utilize T4 acquiredfrom the bloodstream and to convert it to T3 within the target tissue.<br />
<br />
Tipe III deiodinase mengkatalisis konversi T4 untuk membalikkan T3, dan konversi <br />
T3 dengan T2. Langkah-langkah ini merupakan reaksi 5'-deiodination. Enzim <br />
terjadi di otak dan kulit tikus. Peran fisiologis enzim tipe III <br />
dianggap untuk melindungi otak dari efek racun kemungkinan tiroid aktif <br />
hormon (T3). Plasenta dibedakan dalam hal itu berisi tipe II dan tipe III deiodinases (Glinoer, 1997). <br />
Type III deiodinase catalyzes the conversion of T4 to reverse T3, and the conversion of T3 to T2. These steps constitute 5'-deiodination reactions. The enzyme occurs in the brain and skin of rats. The physiological role of the type III enzyme is thought to be to protect the brain from possible toxic effects of active thyroidhormone (T3). The placenta is distinguished in that it contains both type II and<br />
type III deiodinases (Glinoer, 1997).<br />
D. Peraturan Thyroid Gland <br />
Aktivitas dari kelenjar tiroid, yang terletak di leher diaturoleh <br />
hormon yang dikeluarkan oleh dua kelenjar di otak, yaitu kelenjar pituitari dan <br />
hipotalamus. Aktivitas kelenjar tiroid dikontrol melalui stimulasi nya <br />
oleh thyroid-stimulating hormone (TSH), yang disekresikan oleh kelenjar di bawah otak.TSH,juga disebut thyrotropin, adalah protein berat molekul 28.000. Ini adalah glikoprotein dan mengandung oligosakarida terikat untuk residu dari asparagin. Beberapa gula mengandung residu kelompok sulfat. Tiroid adalah mampu mengubah sensitivitasnya, tergantung pada ketersediaan yodium diet. Dengan deficienc3 yodium ~ sensitivitas untuk TSH meningkat, sehingga stimulasi kelenjar tiroid.<br />
The activity of the thyroid gland, which is located in the neck is regulated by hormones secreted by two glands in the brain, namely the pituitary gland and thehypothalamus. The activity of the thyroid gland is controlled via its stimulation by thyroid-stimulating hormone (TSH), secreted by the pituitary. TSH, also called thyrotropin, is a protein of molecular weight 28,000. It is a glycoprotein and contains oligosaccharides bound to residues of asparagine. Some of the sugar residues contain sulfate groups. The thyroid is able to change its sensitivity, depending on the availability of dietary iodine. With iodine deficienc3~ the sensitivity to TSH increases, resulting in stimulation of the thyroid gland. This stimulation takes the form of an increase in iodide transport, an increase in thyroperoxidase activi~, and enlargement of the thyroid gland.<br />
<br />
Stimulasi ini mengambil bentuk peningkatan transport iodida, peningkatan thyroperoxidase kegiatan dan pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar pituitari yang terlibat dalam pengaturan umpan balik dari aktivitas tiroid. Tinggi tingkat T4 dalam hasil aliran darah dalam penghambatan sekresi TSH. Rendahnya tingkat T4 mengakibatkan peningkatan sekresi TSH. Efek ini tergantung pada konversi T4 ke T3 dalam pituitari. Aktivitas kelenjar di bawah otak dikendalikan oleh thyrotropin-releasing hormone (TRH), hormon disintesis dalam hipotalamus. TRH adalah tripeptide dengan struktur histidineproline pyroglutamate-- <br />
NH 2. Perhatikan kelompok amida C-terminal, yang diperlukan untuk kegiatan <br />
hormon peptida banyak. TRH menstimulasi sintesis dan sekresi TSH. Apparentl ~ TRH terlibat dalam mengatur sensitivitas dari pituitari ke Komentar mekanisme kontrol hambat disebutkan sebelumnya.<br />
<br />
The pituitary gland is involved in feedback regulation of thyroid activity. High levels of T4 in the bloodstream result in inhibition of TSH secretion. Low levels of T4 result in an increase in TSH secretion. These effects are dependent on the conversion of T4 to T3 within the pituitary. The activity of the pituitary is controlled by thyrotropin-releasing hormone (TRH), a hormone synthesized in the hypothalamus.TRH is a tripeptide with the structure pyroglutamate-histidineproline--NH2. Note the C-terminal amide group, which is required for the activity of many peptide hormones. TRH stimulates the synthesis and secretion of TSH. Apparentl~ TRH is involved in regulating the sensitivity of the pituitary to the inhibitory feedback control mechanism mentioned earlier.<br />
<br />
E. Pengaruh hormonal dari Hormon<br />
Tiroid Peningkatan hasil tingkat hormon tiroid dalam peningkatan dalam metabolisme basal rate (BMR). BMR pengukuran dapat digunakan untuk menilai status tiroid, seperti dibahas secara rinci dalam Bab 5. Metode untuk diagnosis hipertiroidisme hipo-atau tidak umum digunakan karena praktis. Peningkatan BMR telah dikaitkan dengan peningkatan dalam berbagai reaksi yang menggunakan ATP.Peningkatan penggunaan ATP cocok dengan peningkatan aktivitas rantai pernapasan dan dalam anorganik Nutrisi reduksi. Dua reaksi yang paling erat terkait dengan peningkatan BMR dengan tingkat yang lebih tinggi hormon tiroid plasma adalah bahwa Na, K-ATPase (yang natrium pompa) dan orang-orang sintesis asam lemak. Na, K-ATPase hadir dalam membran sebagian besar atau semua sel tubuh. Peningkatan sintesis asam lemak dengan peningkatan aktivitas tiroid dikaitkan dengan pengalihan asam lemak di hati jauh dari sintesis trigliserida dan terhadap oksidasi. Kenaikan aktivitas tiroid <br />
juga menyebabkan peningkatan laju sintesis asam lemak. Efek keseluruhan adalah <br />
sia-sia peningkatan oksidasi asam lemak dan sintesis asam lemak yang mengakibatkan kelebihan produksi panas. <br />
<br />
An increase in thyroid hormone levels results in an increase in the basal metabolic rate (BMR). BMR measurements can be used to assess thyroid status, as discussed in detail in Chapter 5. This method for the diagnosis of hypo- or hyperthyroidism is not in common use because it is cumbersome. The increase in BMR has been associated with increases in various reactions that use ATP. The increased use of ATP is matched by an increase in activity of the respiratory chain and in reduction. The two reactions most closely associated with the increase in BMR with higher levels of plasma thyroid hormones are that of Na,K-ATPase (the sodium pump) and those of fatty acid synthesis. Na,K-ATPase is present in the membranes of most or all cells of the body. The increase in fatty acid synthesis with the rise in thyroid activity is associated with diversion of fatty acids in the liver away from triglyceride synthesis and toward oxidation. A rise in thyroid activity also induces an increase in the rate of fatty acid synthesis. The overall effect is a futile increase in fatty acid oxidation and fatty acid synthesis that results in excess heat production.<br />
<br />
Perubahan kadar hormon tiroid sering terjadi pada penyakit yang tidak terkait dengan yodium status. Penyakit ini dikenal sebagai hipertiroidisme dan hipotiroidisme. Mereka mungkin timbul dari cacat pada kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.Hipertiroidisme mengakibatkan penurunan berat badan, walaupun asupan energi normal atau meningkat. Ini dapat menyebabkan pelepasan asam lemak berlebihan dari jaringan adiposa dengan puasa. Hipertiroidisme dapat diobati dengan obat yang menghambat 5'-deiodinase.Salah satu obat tersebut propylthiouracil. Propylthiouracil memiliki struktur yang sama dengan <br />
antitiroid senyawa yang hadir dalam jumlah kecil di kubis. Pada hipotiroidisme, <br />
kecenderungan sebaliknya dalam metabolisme dapat terjadi. Mungkin ada penurunan BMR <br />
dan suhu tubuh, serta keuntungan ringan di berat badan. hormon tiroid memainkan <br />
peran penting dalam pertumbuhan normal janin. Sebuah kekurangan hormon ini <br />
parah terutama efek pada perkembangan otak. <br />
<br />
Changes in thyroid hormone levels often occur in diseases unrelated to iodine status. These diseases are known as hyperthyroidism and hypothyroidism. They may arise from defects in the thyroid gland, pituitary; or hypothalamus. Hyperthyroidism results in weight loss, despite a normal or increased energy intake. It may result in an exaggerated release of fatty acids from the adipose tissue with fasting. Hyperthyroidism can be treated with drugs that inhibit 5'-deiodinase. One such drug is propylthiouracil. Propylthiouracil has a structure similar to those of the antithyroid compounds present in tiny amounts in cabbage. In hypothyroidism, the opposite trends in metabolism can occur. There may be decreases in BMR and body temperature, as well as a mild gain in weight. Thyroid hormone plays a vital role in the normal growth of the fetus. A deficiency in this hormone has especially severe effects on brain development.<br />
<br />
Perubahan kadar hormon tiroid dalam tubuh memprovokasi akibat perubahan di <br />
metabolisme dengan membentuk kompleks dengan faktor transkripsi khusus, tiroid <br />
hormon reseptor. Hormon / kompleks reseptor kemudian mengikat ke daerah-daerah khusus <br />
kromosom dan memprovokasi perubahan dalam tingkat transkripsi terdekat <br />
gen. Rincian skenario ini disajikan dalam bab vitamin di bagian <br />
pada Vitamin A, Vitamin Hormon D, dan Tiroid di Genom tersebut.<br />
<br />
Changes in thyroid hormone levels in the body provoke consequent changes in metabolism by forming a complex with a special transcription factor, the thyroid hormone receptor. The hormone/receptor complex then binds to special regions of the chromosome and provoke changes in the rate of transcription of nearby genes. Details of this scenario were presented in the vitamin chapter in the section on Vitamin A, Vitamin D, and Thyroid Hormone at the Genome.<br />
<br />
F. Defisiensi Yodium <br />
<br />
Asupan yodium 100 sampai 150 tg ~ / hari dianggap gizi memadai. <br />
kadar yodium urin sama dengan tingkat asupan dan dapat digunakan untuk memperkirakan yodium konsumsi. Kekurangan yodium terjadi dengan asupan bawah 50 ~ tg / hari. Orang mengkonsumsi tingkat ini berada pada risiko untuk mengembangkan gondok. Gondok hampir selalu disebabkan oleh konsumsi di bawah 10 ~ tg / hari. Gondok adalah pembesaran atau hipertrofi dari kelenjar tiroid. Tiroid dalam subjek-yodium yang cukup nyaris tak terlihat dalam leher. Gondok, dengan tingkat keparahan meningkat, dikategorikan dalam tiga kelas: (1) a kecil terdeteksi oleh palpitasi pembesaran, (2) leher tebal, dan (3) pembengkakan yang besar mungkin asimetris dan terlihat dari kejauhan. Sebuah gondok kelas 3 kompres <br />
trakea dan dapat menyebabkan sesak nafas selama bekerja berat. Tertinggi <br />
insiden gondok ditemukan di daerah yang kurang berkembang di dunia seperti <br />
Republik Ceko, bekas Yugoslavia, bagian dari India, Paragua ~ Peru, Argentina, <br />
Pakistan, sebagian besar Afrika, Asia Tenggara, dan New Guinea. Penyakit ini tidak <br />
sering menyerang daerah lebih berkembang karena praktek fortifikasi garam <br />
dengan yodium. Gondok pernah umum di Amerika Serikat di daerah dekat Great <br />
Danau dan ke arah barat ke Washington dan Pasifik. Gondok hampir menghilang oleh 1950-an karena fortifikasi garam. Tabel garam diperkaya dengan KI 100 mg / kg <br />
NaC1. Susu dan roti bisa secara tidak sengaja diperkaya dengan yodium. Iodium dalam susu berasal dari desinfektan yang digunakan dalam industri susu. The iodida dalam roti (1 mg yodium / roti kg) berasal dari penggunaan sebagai oxidizer adonan dengan roti industri. Gondok adalah reversibel.<br />
<br />
An iodine intake of 100 to 150 ~tg/day is considered nutritionally adequate.Urinary iodine levels are similar to intake levels and can be used to estimate iodine consumption. Iodine deficiency occurs with an intake below 50 ~tg/day. Persons consuming this level are at risk for developing goiter. Goiter is almost alwaysinduced by intakes under 10 ~tg/day. Goiter is enlargement or hypertrophy of the thyroid gland. The thyroid in the iodine-sufficient subject is barely visible in theneck. Goiter, of increasing severity, is categorized in three grades: (1) a small enlargement detectable by palpitation, (2) a thick neck, and (3) a large swelling that may be asymmetrical and is visible from a distance. A grade 3 goiter compressesthe trachea and can result in shortness of breath during heavy work. The highest incidences of goiter are found in less developed areas of the world such as the Czech Republic, the former Yugoslavia, parts of India, Paragua~ Peru, Argentina, Pakistan, most of Africa, Southeast Asia, and New Guinea. The disease does not frequently strike more developed areas because of the practice of fortifying salt with iodine. Goiter was once common in the United States in areas near the Great Lakes and westward to Washington and the Pacific. Goiter nearly disappeared by the 1950s because of salt fortification. Table salt is fortified with 100 mg KI/kg NaC1. Milk and bread may be inadvertently fortified with iodine. The iodine in milk originates from disinfectants used in the dairy industry. The iodide in bread (1 mg iodine/kg bread) originates from its use as a dough oxidizer by the bread industry. Goiter is reversible. <br />
<br />
Komplikasi yang paling serius dari kekurangan yodium adalah kretinisme. Dalam masyarakat menderita gondok luas, sekitar 2% dari populasi mungkin Kretinisme. <br />
Kretinisme menderita keterbelakangan mental dan memiliki penampilan wajah karakteristik dan lidah besar. Ada yang tuli dan bisu. Dwarfisme, diplegia, dan quadriplegia juga dapat terjadi. Kretinisme hasil dari defisiensi yodium ibu dan dengan demikian merupakan berhubungan dengan diet lahir cacat. Para gangguan mental dan fisik kretinisme tidak reversibel. Mereka dapat dicegah dengan mengobati ibu yang kekurangan yodium dengan yodium awal kehamilan. Gondok mudah untuk mendiagnosa karena menyajikan oleh pembengkakan di tenggorokan. Kretinisme mungkin sulit untuk mendiagnosis karena menyajikan dalam berbagai cara yangberbeda. Cacat menggambarkan pentingnya tiroid hormon dalam perkembangan janin.<br />
<br />
The most serious complication of iodine deficiency is cretinism. In societies suffering from widespread goiter, about 2% of the population may be cretins. Cretins suffer from mental retardation and have a characteristic facial appearance and a large tongue. Some are deaf and mute. Dwarfism, diplegia, and quadriplegia may also occur. Cretinism results from maternal iodine deficiency and thus is a diet-related birth defect. The mental and physical impairments of cretinism are not reversible. They can be prevented by treating the iodine-deficient mother with iodine early in pregnancy. Goiter is easy to diagnose because it presents by a swelling in the throat. Cretinism may be difficult to diagnose because it presents in a variety of different ways. The defect illustrates the importance of the thyroidhormones in fetal development.<br />
<br />
Kekurangan yodium dan gondok dan kretinisme terkait diperlakukan oleh publik program kesehatan yang melibatkan fortifikasi garam dan suntikan dengan minyak beryodium. The <br />
garam dapat diperkaya dengan iodide (KI) atau iodat (KIO3). Iodat lebih stabil untuk <br />
kelembaban dan sinar matahari dan digunakan sebagai suplemen di negara-negara terbelakang. Yodium yang diberikan dalam minyak kovalen terikat pada asam lemak dan dilepaskandengan katabolisme minyak. suntikan minyak mungkin lebih diterima di wilayah di dunia di mana makanan tidak asin, seperti di sebagian New Guinea. Khasiat minyak <br />
ditunjukkan dalam studi anak sekolah kekurangan yodium-(Furnee et al, 1995.). A <br />
titik cutoff yodium urin, yang dianggap menunjukkan deftcienc yodium ~ dianggap 0,4 ~yodium tmol per liter urin. Pada awal pejantan ~ anak-anak buang air sekitar 0,17 Bmol I / liter. Dosis oral tunggal trigliserida mengandung 675 mg yodium mengakibatkan konsentrasi urin yodium di atas titik cutoff selama lebih dari satu tahun penuh.<br />
<br />
Iodine deficiency and the associated goiter and cretinism are treated by public health programs involving salt fortification and injections with iodized oil. The salt may be fortified with iodide (KI) or iodate (KIO3). Iodate is more stable to moisture and sunlight and is used as a supplement in underdeveloped countries.The iodine administered in oil is covalently bound to fatty acids and is released with the catabolism of the oil. Oil injections may be more acceptable in areas of the world where food is not salted, such as in parts of New Guinea. The efficacy of oil was shown in a study of iodine-deficient schoolchildren (Furnee et al., 1995). A cutoff point of urinary iodine, which was considered indicative of iodine deftcienc~ was considered to be 0.4 ~tmol iodine per liter of urine. At the beginning of the stud~ the children were excreting about 0.17 Bmol I/liter. A single oral dose of triglycerides containing 675 mg iodine resulted in a concentration of urinaryiodine above the cutoff point for just over one full year.<br />
<br />
Pengaruh defisiensi yodium berat tiroid dan T4 plasma secara singkat diilustrasikan oleh eksperimen berikut. Tikus diberi pakan yang mengandung normal (0.2 yodium mg / kg diet) atau tingkat rendah (0,1 yodium mg / kg diet) yodium selama 4 bulan. Tabel 10.10 menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan berat kelenjar tiroid, sebuah penurunan T4 plasma, dan peningkatan dalam aliran darah melalui kelenjar dengan kekurangan makanan. Peningkatan aliran darah diduga merupakan suatu adaptif mekanisme yang meningkatkan laju pengiriman yodium plasma ke kelenjar tiroid pada hewan kekurangan. Pembesaran tiroid mungkin disebabkan stimulasi oleh peningkatan tingkat TSH. tingkat TSH meningkat tingkatan yang sangat kecil di belajar dengan tikus. Sebagaimana dibahas sebelumnya, tiroid dapat meningkatkan sensitivitas terhadap TSH dan dengan demikian menjadi lebih sangat dirangsang oleh TSH bahkan dengan kadar plasma normal TSH. <br />
<br />
Perhatikan bahwa kelenjar tiroid manusia normal memiliki berat 20 sampai 25 g. The effect of iodine deficiency on thyroid weight and plasma T4 is briefly illustrated by the following experiment. Rats were fed diets containing normal (0.2 mg iodine/kg diet) or low (0.1 mg iodine/kg diet) levels of iodine for 4 months. Table 10.10 demonstrates a marked increase in the weight of the thyroid gland, adecrease in plasma T4, and an increase in blood flow through the gland with the deficient diet. The increase in blood flow is thought to represent an adaptive mechanism that enhances the rate of delivery of plasma iodine to the thyroid gland in the deficient animal. Enlargement of the thyroid may be attributed to stimulation by increased levels of TSH. TSH levels increased by a very small extent in thestudy with rats. As discussed earlier, the thyroid can increase its sensitivity to TSH and thus be more greatly stimulated by TSH even with normal plasma TSH levels.Note that the normal human thyroid gland weighs 20 to 25 g.<br />
<br />
G. Ekologi Kekurangan Yodium <br />
Ecology Iodine Deficiency<br />
<br />
Sebagian besar yodium berada di samudera / lautan, karena yodium (melalui pencairan salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan banjir ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di seluruh dunia, walau dapat juga terjadi di lembah sungai.<br />
<br />
Most of the iodine was in the ocean / sea, because of iodine (through melting snow and rain) on the soil surface, then carried by wind, river flow, and floods into the sea. These conditions, particularly in the mountainous regions around the world, although it can also occur in the river valley.<br />
<br />
Yodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh sinar matahari menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap tahun kira-kira 400.000 ton yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air laut kira-kira 50 mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter kubik.<br />
<br />
Iodine in the soil and oceans in the form yodida. Ion yodida oxidized by sunlight to iodine element that is very easy to evaporate, so that each year approximately 400,000 tons of iodine is lost from the surface of the sea. Levels of iodine in sea water approximately 50 micrograms / liter, in the air approximately 0.7 micrograms / cubic meter.<br />
Yodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar dalam rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung selama ini.<br />
The iodine in the atmosphere will return to the ground through the rain, with a concentration in the range from 1.8 to 8.5 micrograms / liter. Iodine cycle persists over time.<br />
Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan saat lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan yodium tersebut akan terus berkurang kadar yodiumnya.<br />
Return of iodine into the ground very slowly and in small amounts than when the escape. This process will be repeated continuously so that such iodine-deficient soil will continue to decrease levels of iodine.<br />
Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi yodium akan menetap. Akibatnya, populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang sepenuhnya tergantung pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan yodium.<br />
Here there is no natural correction, and iodine deficiency will be settled. As a result, human and animal populations in the area which is fully dependent on food grown in these areas will become iodine deficient.<br />
Melihat hal tersebut maka sangat banyak populasi di Asia yang menderita kekurangan yodium berat karena mereka hidup dalam sistem mencari nafkah dengan bertani di daerah gunung atau lembah. <br />
Seeing this, it is very much in the Asian population who suffer from severe iodine deficiency because they live in a living by farming system in the mountains or valley.<br />
<br />
Kekurangan yodium akan menimpa populasi di daerah tersebut yang dalam makanannya tidak ada suplemennya yodium atau tidak ada penganekaragaman dalam makanannya dengan makanan dari daerah lain yang tidak kekurangan yodium.<br />
<br />
Lack of iodine will overwrite the population in the area that the food was no iodine supplementation or no diversification in the diet with foods from other regions who are not iodine deficient.<br />
<br />
H. Akibat Kekurangan YodiuM<br />
<br />
Istilah GAKY menggambarkan dimensi baru dari pengertian spektrum kekurangan yodium. Berakibat sangat luas dan buruk pada janin bayi baru lahir, anak dan remaja serta orang dewasa dalam populasi yang kekurangan yodium tersebut. Akibat hal itu dapat dikoreksi dengan pemberian yodium.<br />
<br />
The term IDD describes a new dimension of understanding the spectrum of iodine deficiency. Result in very broad and poorly in the fetus the newborn, children and adolescents and adults in the population is iodine deficient. As a result it can be corrected with iodine.<br />
<br />
I. Kebutuhan Yodium<br />
<br />
Kebutuhan yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah:<br />
The need iodine every day in the diet is recommended at this time:<br />
• 50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama).<br />
• 90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun).<br />
• 120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun).<br />
• 150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun).<br />
• 200 mikrogram untuk ibu hamil dan menyusui.<br />
• 50 micrograms for infants (12 months).<br />
• 90 micrograms for children (ages 2-6 years).<br />
• 120 micrograms for school age children (ages 7-12 years).<br />
• 150 micrograms for adults (over age 12 years).<br />
• 200 micrograms for pregnant and lactating mothers.<br />
<br />
Ada beberapa pendapat yang salah dan kenyataan yang berbeda. Pendapat yang salah, misalnya, garam beryodium dapat mengobati GAKY seperti kretin, namun kenyataan GAKY tidak dapat diobati kecuali hanya dicegah. Juga pendapat yang salah, bahwa mengkonsumsi yodium sangat berbahaya, kenyataannya mengkonsumsi yodium, melalui garam beryodium dalam jangka lama tidak berbahaya.<br />
There are some opinions that are wrong and a different reality. The opinion is wrong, for example, iodized salt to treat IDD like cretins, but the fact of IDD can not be cured but only prevented. Also the wrong idea, that consumption of iodine is very dangerous, in fact taking iodine through iodized salt is not harmful in the long term.<br />
J .Pemecahan Masalah<br />
Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus berlangsung terus menerus.<br />
Solving the problem is actually very simple, give one teaspoon of iodine on every person in need, and continuously. Because iodine can not be stored by the body in a long time, and only needed in small amounts so that should take place continuously.<br />
Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat, maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka keberhasilannya.<br />
In areas of endemic iodine deficiency due to soil and crops and grass for animal feed is not enough iodine to be consumed by local residents, the iodine supplementation and fortification given continuously very high success rate.<br />
<br />
Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak beryodium.<br />
The most often used against IDD is iodized salt programs and iodized oil supplementation.<br />
Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih ruwet.<br />
The first choice of course with iodized salt because the cost is very cheap, and the technology is easy. For iodized oil supplementation, practical benefits, should be only for interventions in populations at risk, although easy to use, but requires more complicated technology.<br />
Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan. <br />
Regular health education in the community needs to be done, so too should be given an explanation on the decision maker, and of course also be given additional knowledge to health personnel.<br />
Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya. GAKY yang terlihat di masyarakat ataupopulasi, hanya sebagai puncak gunung es. <br />
Di daerah endemik, gondoklah yang terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut, namun efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini. <br />
<br />
Sehingga problem dari GAKY ini sebenarnya adalah pada perkembangan otak, tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid atau gondok. Dengan melihat besarnya populasi yang mempunyai risiko seperti diatas, pantas bila GAKY menjadi problem nasional maupun internasional.<br />
Furthermore, important also is the research on IDD with a multidisciplinary approach, both clinical, experimental and epidemiological, to find a secure and easy way of implementation. IDD ataupopulasi visible in society, just as the tip of the iceberg.<br />
Dengan diadakannya pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001 yang tema ''Perkembangan Mutakhir tentang Masalah GAKY dalam rangka Indonesia Sehat 2010'' harapan kita tentunya dapat mendapatkan konsep, pemikiran serta semangat baru dalam menanggulangi GAKY.<br />
With the holding of scientific meetings of national IDD 2001 that the theme of''Recent developments concerning IDD problem in the framework of Healthy Indonesia 2010''certainly hope we can get the concept, thinking and a new spirit in overcoming IDD.<br />
K .Kekurangan Yodium pada Janin<br />
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini akan menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih berat pada janin yang kekurangan yodium adalah kretin endemik.<br />
Lack of iodine in the fetus due to iodine deficiency mother. This situation will cause the size of the incidence of stillbirth, abortion, and birth defects, all of which can be reduced by giving iodine. Other consequences are more severe in fetuses of iodine deficiency is endemic cretins.<br />
Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid dan kerdil.<br />
There are two types of endemic cretins, which many found is the type nervosa, characterized by mental retardation, deaf mute, and spastic paralysis in both legs. Instead a rather rare type of hypothyroidism is characterized by thyroid hormone deficiency and stunted.<br />
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.<br />
Recent research has shown, the transfer of T4 from mother to fetus in early pregnancy is very important for fetal brain development. When iodine deficient mothers since the beginning of her pregnancy, the transfer of T4 to the fetus will be reduced before the fetal thyroid gland function.<br />
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat hipotiroidisme pada janin.<br />
So fetal brain development is highly dependent on maternal thyroid hormone in the first trimester of pregnancy, when maternal iodine deficiency will result in low levels of thyroid hormones in the mother and fetus. In the second and third trimesters of pregnancy, the fetus is able to make its own thyroid hormone, but due to iodine deficiency in this period it will also result in lack of formation of thyroid hormones, resulting in fetal hypothyroidism.<br />
L.Kekurangan Yodium pada Saat Bayi Baru Lahir<br />
Yang sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru lahir, otak baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua tahun. Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan yodium, dan hormon ini sangat penting untuk perkembangan otak normal.<br />
A very important note at this point, is the thyroid function in newborns is closely linked to state of the brain when the baby is born. In newborns, a new brain to reach third, and then continues to grow rapidly until the age of two years. Thyroid hormone formation is highly dependent on the adequacy of iodine, and this hormone is essential for normal brain development.<br />
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.<br />
In developing countries with severe iodine deficiency, the findings of this case can be done by taking blood from the umbilical cord vein immediately after birth to check hormone levels of T4 and TSH. Neonatal hypothyroidism is called, if earned T4 levels of less than 3 mg / dl and TSH over 50 mU / mL.<br />
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg per gram kreatinin, kejadian hipotiroidisme neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah yang kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran.<br />
In areas with severe iodine deficiency, more than 50% of the population had urinary iodine levels less than 25 mg per gram creatinine, the incidence of neonatal hypothyroidism approximately 75-115 per 1000 births. A very striking, in a mild iodine-deficient areas, the incidence of mumps is very low and no cretins, the incidence of neonatal hypothyroidism decreased to 6 per 1000 births.<br />
<br />
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi di daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat mencolok.<br />
From these observations concluded, if iodine deficiency is not corrected it will settle hypothyroidism since infancy to childhood. This resulted in the retardation of physical and mental development, as well as very high risk of mental disorders. In the population in severe iodine deficient area is characterized by very prominent cretins.<br />
<br />
M. Kekurangan Yodium pada Masa Anak<br />
Iodine Deficiency in Children Period<br />
<br />
Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas.<br />
Research on school children living in iodine deficient areas showed school achievement and IQ less than the same age group who came from areas with iodine sufficiency. From here it can be concluded iodine deficiency resulting in low cognitive skills. All research done in areas of iodine deficiency strengthens the evidence of iodine deficiency can cause extensive brain abnormalities that dimension.<br />
Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.<br />
<br />
In that study also confirmed, with the provision of iodine correction will improve the learning achievement of school children. Determinants of brain T3 levels and T3 pituitary gland is T4 levels in serum, no serum T3 levels, the opposite occurred in liver, kidney and muscle. Brain T3 levels are low, which could be demonstrated in mice that lacked iodine, it was found that low serum T4 levels, will be back to normal when the correction of iodine deficiency.<br />
<br />
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali normal.<br />
<br />
This condition is called hypothyroidism brain, which will cause the stupid and sluggish, this is a sign of hypothyroidism in children and adults. This lethargic state can return to normal when given the correction of iodine, but it is different when the circumstances that occurred in the brain. This occurs in fetuses and infants whose brain is still in its development, although given the correction of iodine brain still can not return to normal.<br />
N. Kekurangan Yodium pada Dewasa<br />
Iodine Deficiency in Adults<br />
<br />
Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada kelenjar tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid yang disebabkan oleh kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid bila terkena radiasi.<br />
<br />
In adults, mumps can occur with all its complications, which often happens is hypothyroidism, stupid, and hyperthyroidism. Because of the bumps / module in autonomic functioning thyroid gland. In addition to these effects, increased uptake of the thyroid gland caused by iodine deficiency increases the risk of thyroid cancer when exposed to radiation.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
CONCLUSION<br />
<br />
<br />
Yodium (bahasa Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Unsur ini diperlukan oleh hampir semua mahkluk hidup. Yodium adalah halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat elektropositif. Sebagai catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitasnya dan lebih elektropositif dari pada yodium, tapi kelangkaan astatin membuat sulit untuk mengkonfirmasikan hal ini.<br />
Beberapa perubahan patologik yang timbul akibat kehilangan keseimbangan di dalam tubuh dikenal dengan GAKY atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. Defisiensi yodium ini terdapat di banyak daerah di seluruh Indonesia secara endemik (ditemukan di daerah tertentu dalam waktu lama). Daerah endemik untuk defisiensi yodium adalah kepulauan yang besar dan terpencil di pegunungan. Hal ini karena air dan tanah di daerah tersebut miskin akan kandungan zat yodium sementara makanan yang berasal dari laut yang biasanya kaya akan zat yodium tidak dapat dicapai di daerah tersebut.GAKY menyebabkan penderitanya mengalami pembesaran kelenjar gondok. Oleh karena itu, penyakit akibat GAKY disebut juga dengan penyakit gondok. Di daerah endemik gondok, pembesaran kelenjar gondok dapat terjadi pada semua umur. Adapun akibat yang dapat timbul dari GAKY atau penyakit gondok antara lain :<br />
<br />
(1) Pada ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati dan kematian bayi, mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan menjadi cebol pada saat dewasa nanti. Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1 tahun sudah akan terjadi pembesaran kelenjar gondoknya.<br />
<br />
(2) Pada masa kanak-kanak, terjadi kretinisme atau manusia kerdil yaitu yang menunjukkan gejala antara lain : misal tinggi badan di bawah normal, kondisi ini disertai berbagai tingkat keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan jiwa ringan sampai dengan yang berat disebut debilitas. Pembesaran gondok yang sangat dikhawatirkan pada anak adalah kemungkinan terjadinya kretinisme ini. Di India, terkenal sebuah desa bernama the abofe of falls yang mana di desa tersebut sebagian besar penduduknya menderita gondok dan menjadikan mereka sebagai orang sinting dan dungu. Kejadian pembesaran kelenjar gondok terbanyak ditemukan pada usia 9-13 tahun pada anak laki-laki dan antara usia 12-18 tahun pada anak perempuan.<br />
(3) Pada orang dewasa, kekurangan yodium menimbulkan keadaan lemas dan cepat lelah, produktivitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah, serta gondok pada leher.<br />
Selain disebabkan oleh kekurangan yodium murni, penyakit gondok juga bisa timbul akibat zat goiterogen. Zat tersebut ditemukan dalam sayuran dari jenis Brassica seperti kubis, lobak, dan kol kembang. Zat ini juga ditemukan dalam kacang kedelai, kacang tanah, dan obat-obatan tertentu. Zat goiterogen dapat menghalangi pengambilan yodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar gondok sangat rendah. Selain itu, zat tersebut juga dapat menghambat perubahan yodium dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik sehingga menghambat pembentukan hormon tiroksin.Yodium berfungsi sebagai salah satu bahan untuk membuat hormon tiroksin oleh kelenjar gondok yang menstimulasikan proses-proses oksidasi dalam tubuh. Artinya, tiroksin bekerja melakukan kontrol terhadap segala aktivitas tubuh, cepatnya pertumbuhan, dan pemakaian tenaga oleh tubuh. Apabila yodium tidak ada atau kurang, maka pembuatan hormon tiroksin pun terhambat sehingga kontrol terhadap oksidasi tubuh mengalami penurunan.<br />
Oleh karena dampak kekurangan yodium tidak hanya berupa gondok endemik tapi juga hambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan yang dapat berpengaruh pada menurunnya kualitas sumber daya manusia, maka penggunaan garam beryodium secara merata di setiap rumah tangga dinilai sangat penting.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Daftar pustaka<br />
1. Wikipedia. Mineral. Retreived at September, 6 2008. Availabe at http://en.wikipedia.org/wiki/Mineral <br />
2. Achmad Djaeni Sedioetomo. Ilmu Gizi. Jakarta: EGC Penerbit buku kedokteran.<br />
3.Robert, darly, victor. Biokim Harper ed.24. Jakarta: EGC Penerbit Buku kedokteran.<br />
4. Sunita Almatsier. Prinsip Dasar lmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.<br />
5. skripsi<br />
6. Newbie. Macam dan Jenis Garam Mineral yang Dibutuhkan Tubuh Manusia. Retrieved at September, 6 2008. Available at http://cixers.blogspot.com/2006/11/peran-mineral-untuk-tubuh.html<br />
7. Meta. Vitamin dan Mineral. Retrieved at September, 6 2008. Available at http://rumahdiabetes.com/2007/07/vitamin-dan-mineral/<br />
8. Vegetarian unioun international. Nutrition. Retrieved at September, 6 2008. Available at http://www.ivs-online.org/v2/viewnutrition.php?id=6 <br />
9 Situs kesehatan keluarga. Mekanisme Kerja Beberapa Antioksidan. Retreived at September, 6 2008. Available at http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=1021Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-76519359245751227052011-05-28T19:47:00.001-07:002011-05-28T19:47:23.142-07:00kekurangan energi kronikBAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
A. Latar Belakang<br />
Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan Anemia Gizi Besi (AGB). Salah satu golongan rawan gizi yang menjadi sasaran program adalah remaja, karena biasanya pada remaja sering terjadi masalah anemia, defisiensi besi dan kelebihan atau kekurangan berat badan. Tahun 2004 37% balita (bawah lima tahun/bayi) kekurangan berat badan (28% kekurangan berat badan sedang dan 9% kekurangan berat badan akut (a llitle beat confused about it) (sumber Susenas 2004). Pemerintah mempunyai program makanan tambahan sehingga perempuan dan anak-anak yang terdeteksi memiliki berat badan kurang akan diberi makanan tambahan dan saran ketika mereka dating ke puskesmas untuk memantau pertumbuhan.<br />
Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis) terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal tersebut mengakibatkan perumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh sangat kurus akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama maka akan terjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut sangat memprihatinkan, mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam).<br />
Dengan alasan itulah penulis memilih judul makalah “Fenomena Kekurangan Energi Kronis (KEK) di Indonesia”. Dan juga agar lebih mengetahui fenomena KEK itu sendiri juga dapat mencegah terjangkitnya gangguan gizi tersebut.<br />
B. Tujuan<br />
1. Mengetahui pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK)<br />
2. Mengetahui KEK pada Ibu Hamil<br />
3. Mengetahui cara pencegahan KEK<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
A. Definisi<br />
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.<br />
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukkup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.<br />
Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan kurang dan kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas – anak akan tumbuh lebih lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat badan maupun tinggi badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan tinggi badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang makan (kurang gizi) punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah, yang punya resiko lebih besar terkena infeksi.<br />
Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Wanita Usia Subur (WUS) adalah calon ibu yang penting untuk diketahui status gizinya. Salah satu ukuran untuk mengetahui risiko KEK (kurang energi kronis) pada WUS adalah ukuran lingkar lengan atas (LILA) < 23.5 Cm.<br />
Cara Mengetahui Risiko Kekurangan Energi Kronis (Kek) Dengan Menggunakan Pengukuran Lila :<br />
a. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)<br />
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.<br />
b. Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai risiko KEK. Bila remaja putri menderita risiko KEK segera dirujuk ke puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka ragam.<br />
» Hal-hal yang harus diperhatikan:<br />
•Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.<br />
•Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang.<br />
•Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat, sehingga permukaannya sudah tidak rata<br />
Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK) :<br />
1. Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai pita LILA.<br />
2. Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan konseling dan pengobatan.<br />
3. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren dan tempat kerja.<br />
B. KEK pada Ibu Hamil di Indonesia<br />
Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA ibu sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR. Ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari 23 cm.<br />
Angka kejadian kelahiran premature yang disebabkan karena ibu hamil mengalami kurang gizi (kurang energi kronis/KEK, yang ditandai dengan lingkar lengan atas kurang dari 21,5 cm)tidak signifikan. Akibat yang paling relevan dari ibu hamil KEK adalah terjadinya bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah/BBLR (kurang dari 2.500 gr). Kasus ini tidak kalah peliknya dari bayi lahir premature. Tingginya angka kasus Gizi Buruk di Indonesia disumbangkan secara nyata oleh angka BBLR yang terjadi. Meski faktor utama ibu hamil KEK adalah ekonomi, tidak menutup kemungkinan faktor kesehatan ibu dan faktor keturunan juga menjadi faktor penyebab lainnya. Tetapi sampai dengan akhir tahun 2007 angka kelahiran BBLR di Indonesia sudah mulai bisa diturunkan.<br />
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindaklanjuti sebelum usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin. Meskipun penambahan tersebut secara nyata (95 %) tidak akan membebaskan ibu dari kondisi KEK, bayi dilahirkan dengan berat badan normal.<br />
Program bidan di desa/bidan PTT untuk daerah-daerah pedalaman merupakan kunci utama untuk menunrunkan angka kelahiran bayi BBLR, dengan didukung oleh dana besar pemerintah lewat paket Pemberian makanan tambahan / PMT Bumil KEK. Termasuk di dalamnya pemberian penyuluhan kesehatan untuk ibu hamil serta program Desa Siaga, adalah program nasional yang membutuhkan peran serta masyarakat untuk menyukseskannya.<br />
Asupan makanan rata-rata bumil pada penelitian ini dibawah nilai normal (<50% RDA), menunjukkan jumlah makanan yang kurang dan secara langsung menyebabkan terjadinya defisiensi baik energi maupun vitamin dan mineral, dan merupakan penyebab terjadinya malnutrisi pada bumil Untuk mencukupi kebutuhan bumil digunakan cadangan lemak tubuh dan penggunaan secara terus menerus bukan saja akan memberi dampak negatif pada bumil (malnutrisi) tapi juga akan berdampak pada bayi yang akan dilahirkan berupa berat lahir yang rendah/BBLR.<br />
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah. Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.<br />
Bumil membutuhkan asupan energi dan zat besi yang lebih tinggi dari wanita normal. Absorbsi zat besi dalam makanan hanya sekitar 20%, untuk meningkatkan absorbsi selain dibutuhkan protein hewani dibutuhkan asupan vitamin C, zinc, asam folat, vitamin B12 dan zat besi. Pemberian makanan tambahan yang mengandung 600-700 kalori, 15-20 gram protein dan tablet besi pada ibu hamil KEK dari keluarga miskin tidak menunjukkan kenaikan kadar Hb yang lebih tinggi dibandingkan kontrol yang memperoleh tablet besi. Hal ini disebabkan dapat dijelaskan salah satunya dari perbedaan asupan fiber. Asupan fiber pada kedua kelompok sejak awal penelitian sampai sesudah intervensi tampak lebih tinggi pada kelompok perlakuan (p<0,05). Ini dapat dihubungkan dengan kondisi sosial ekonomi pada kelompok perlakuan yang lebih rendah. Kemungkinan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan atau bahan makanan lainnya yang mengandung serat lebih banyak dikonsumsi oleh kelompok perlakuan. Hal ini terkait dengan peran serat terhadap penyerapan zat besi. Disamping itu, pemberian PMT pada kelompok perlakuan walaupun walaupun terlihat lebih tinggi namun belum mencukupi kebutuhan energi dan protein yang dianjurkan (energi 2485 kkal dan protein 60 gram). Hal ini disebabkan PMT yang diberikan yang awalnya ditujukan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi ternyata digunakan sebagai makanan pokok, walaupun sejak awal telah diinformasikan bahwa manfaat PMT yang diberikan hanyalah bersifat penambah bukan pengganti makanan yang dikonsumsi selama ini.<br />
Pengaruh musim paceklik merupakan salah faktor hal yang menyebabkan berkurangnya asupan makanan bumil dimana persediaan makanan dalam rumah tangga berkurang. Pada saat penelitian ini dilakukan, sedang berlangsung musim paceklik di daerah ini, dan ini merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya makanan yang tersedia dalam rumah tangga , dalam masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang dengan status sosial-ekonomi rendah, musim merupakan salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat dengan pola yang relatif sama yang berulang setiap tahun dan memberi pengaruh yang besar terhadap keadaan kesehatan dan gizi masyarakat. Pada penelitian ini peningkatan asupan besi, vitamin C, B12, asam folat diiringi dengan peningkatan fiber.<br />
Makin besar jumlah energi makin tinggi kandungan fiber yang dikonsumsi, makin tinggi fiber makin sedikit zat besi yang di absorbsi dan zat besi yang dikonsumsi hanya mencukupi kebutuhan bumil dan tidak dapat disimpan sebagai cadangan. Dengan kebiasaan mengkonsumsi lebih banyak protein nabati dibandingkan protein animal, maka absorbsi zat besi juga berkurang bila dibandingkan dengan makanan yang mengandung heme yang diperoleh dari protein animal.<br />
C. Pencegahan KEK<br />
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein – termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan pasokan kalori, terutama pada anak-anak atau remaja yang tidak terlalu suka makan. Hanya memberikan ASI kepada bayi sampai usia 6 bulan mengurangi resiko mereka terkena muntah dan mencret (muntaber) dan menyediakan cukup gizi berimbang. Jika ibu tidak bias atau tidak mau memberikan ASI, sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan susu formula untuk bayi yang dibuat dengan air bersih yang aman – susu sapi normal tidaklah cukup. Sejak 6 bulan, sebaiknya tetap diberikan Asi tapi juga berikan 3-6 sendok makan variasu makanan termasuk yang mengandung protein. Remaja dan anak2 yang sedang sakit sebaiknya tetap diberikan makanan dan minuman yang cukup. Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah cacingan.<br />
Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu hamil yang menderita KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi baik. Terlihat juga penurunan prevalensi anemia pada kelompok kontrol jauh lebih tinggi dibanding pada kelompok perlakuan. Konsumsi makanan yang tinggi pada ibu hamil pada kelompok<br />
perlakuan termasuk zat besi disertai juga dengan peningkatan konsumsi fiber yang diduga merupakan salah satu faktor pengganggu dalam penyerapan zat besi.. Pada ibu hamil yang menderita KEK dan dari Gakin kemungkinan masih membutuhkan intervensi tambahan agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ke tingkat yang paling rendah.<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
A. Simpulan<br />
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.<br />
Ibu Hamil yang menderita KEK sangat beresiko melahirkan BBLR dimana berat bayi kurang dari 2500 gram. Cara pencegahan KEK adalah dengan mengkonsumsi berbagai makanan bergizi seimbang dengan pola makan yang sehat.<br />
B. Saran<br />
Disarankan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan program penyuluhan tentang gizi seimbang dan bagi remaja lebih meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung sumser zat besi seperti sayuran hijau,potein hewani(susu, daging,telur) dan penambahan suplemen zat besi. Dan untuk para pembaca sebaiknya juga memperhatikan gizi dan pola makan sehari-harinya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-88822335504670522062011-05-22T20:04:00.001-07:002011-05-22T20:04:00.468-07:00kehamilan EKTOPIKBAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
A.LATAR BELAKANG<br />
Kehamilan ektopik adala suatu kehamila yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan beshubungan dengan besarnya kemungkinan yang terjadi keadaan yang gawat.keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.<br />
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang dihadapi oleh setiap dokter,karena sangat sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertaa kali adalah dokter umum dan dokter ahli lainnya , maka dari itu, perli diketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan ektpopik,terganngu serta diagnosis direferensialnya. Hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haidyang disertai dengan nyeri perut bagian bawah,perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu.<br />
Tujuan<br />
Dalam pembuatan makalah ini kami bertujuan membahas tentang bagaimana kita mengertahui dan memahami penyebab, tanda dan gejala serta, cara penanganan kahamilan ektopik pada ibu agar kita sebagai mahasiswa penerus bidan yang akan datang dapat mengetahui secara pasti sesuai dengan ilmu yang terkandung yang kita dapatkan sekarang.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
KEHAMILAN EKTOPIK<br />
<br />
A. PENGERTIAN KEHAMILAN EKTOPIK<br />
<br />
Kehamilan ektopik adalah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak ditempat yang normal yaitu dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai. Diantara kehamilan ektopik yamg banyak terjadi ialah terjadi di tuba (90%), khususnya di ampulla (Wiknjosastro, 2007).<br />
.DEFINISI<br />
Kehamilan etopik terja bila telufr yang di buahi berinplantasi dan tumbuh di luar endometrium kafum uteri.kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada parts interstisialis tuba dan kanalis serfitalis masih termasukdalam uterus,tetapi jelas bersifat ektopik . sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi dituba.sangat jarang terjadi inplantasi pada ofarium,rongo perut,kanalis serfikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter,dan di fertikel pada uterus.berdasarkan inplantasi hasil konsepsi pada tuba ,terdapat kehamilan pars interstisialis tuba kehamilan pars ismikatuba kahamilan ampularis tuba dan kehamilan infundibulum tuba.<br />
FREKUENSI<br />
Pemakaian antibiotika dapat meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik.antiboditika dapat mempertahankan terbentuknya tuba yang menggalami infeksi ,tetapi perlekatan menyebapkan pergerakan silia dan peritalisis tuba tergungu dan menghambat perjalanan kofum yang di buahi oleh ampula kerahim sehingga implatasi terjadi pada tuba. Kontrasepsi juga mempegaruhi frekuensi kehamilan ektopik dengan jumlah kelahiran diruma sakit. <br />
Reproduksi dimulai dengan perkembangan ovum didalam ovarium. Satu ovum dikeluarkan dari folikel ovarium dan masuk kedalam rongga abdomen pada pertengan daur seksual bulanan. Ovum ini kemudian berjalan melewati salah satu tuba fallopi menuju uterus, dan jika sudah dibuahi oleh sperma, akan tertanam didalam uterus, tempat diman ovum akan berkembang menjadi janin. Ovum dikelilingi oleh satu lapis sel-sel granulose yang disebut folikel primordial. Pada tahap ini ovum sendiri belum matang, membutuhkan dua pembagian sel lagi untuk mencapai kematangan. Yang disebut oosit primer. Pada kehamilan minggu ke-30, jumlah ovum telah mencapai kira-kira 6 juta, sebagian besar telah berdegenerasi, sehingga hanya kira-kira 2 juta ovum didalam kedua ovarium pada saat melahirkan (Guyton, 1997).<br />
Menurut Prawirohardjo (2007) berdasarkan lokasinya, kehamilan ektopik dapat dapat dibagi dalam beberapa golongan yaitu sebagai berikut:<br />
a).Tuba Fallopii<br />
Tuba fallopi terdiri atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut:<br />
1. pars interstisialis<br />
2. isthmus<br />
3. ampulla<br />
4. infundibulum<br />
5. fimbria<br />
b). <br />
Uterus terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut:<br />
1. kanalis servikalis<br />
2. divertikulum<br />
3. koruna<br />
4. tanduk rudimenter<br />
c).Ovarium<br />
d). Intraligamenter<br />
e).Abdominal<br />
<br />
Abdominal terdiri dari 2 bagian yaitu sebagai berikut:<br />
1. primer<br />
2. skunder<br />
<br />
sedangkan pada lokalisasi selebihnya tidak disebutkan karena sulit untuk menentukan tempat terjadinya kehamilan ektopik. Seandainya disebutkan atau bila dinyatakan tidak dapat dibuktikan. <br />
<br />
<br />
Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik (Ayuzha, 2009)<br />
<br />
Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang telah dibuahi dimana saja selain lokasi normal dalam uterus. Setiap hambatan yang mengganggu lewatnya ovum disepanjang perjalanannya melewati oviduktus ke uterus mempermudah terjadinya kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik ini disebabkan oleh peradanagan di oviduktus. Kehamilan ovarium mungkin terjadi jika ovum yang dibuahi dalam folikel tepat saat folikel ruptur (Cotran, 2007).<br />
Kehamilan ektopik merupakan kejadian kehamilan diluar kavum uteri, insidennya menunjukkan peningkatan. Insiden kehamilan ektopik di inggris sebesar 10-12 per 100 kehamilan. 65% diantaranya terjadi pada umur sekitar 25-34 tahun. Setelah satu kehamilan ektopik terjadi kembali sekitar 10-20%. Sampai saat ini tempat yang paling sering terjadi kehamilan ektopik adalah tuba falopi dan lebih jarang terjadi di ovarium. Pada beberapa kasus, ditemukan kelainan pada tuba falopi seperti radang kronis. Diperkirakan akibat adanya cacat pada transpor tuba falopi. Adanya IUD memberikan peningkatan resiko kehamilan ektopik (Underwood, 1999).<br />
<br />
Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya (Prawirohardjo, 2007).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 2. Kehamilan ektopik terjadi dibagian dalam saluran telur dan luar kantung rahim (Britannica, 1998)<br />
<br />
<br />
jacoeb (2007) membagi kehamilan ektopik dari segi endokkrinologi, maka kehamilan dibagi atas tiga masa yaitu:<br />
1) Kehamilan muda<br />
Masa ini ditandai oleh meningkatnya pembentukan hCG dari sel-sel tofoblas dan perubahan korpus luteum menjadi korpus luteum gravitiditatis. Korpus luteum graviditatis ini nantinya akan memproduksiestrogen dan progesteron.<br />
2) Kehamilan pertengahan triwulan petama<br />
Pada masa ini produksi hCG yang semula meningkat mulai menurun. Estrogen dan progesteron tidak dihasilkan lagi oleh korpus luteum graviditatis, melainkan oleh plasenta.<br />
3) Kehamilan triwulan kedua dan ketiga<br />
Pada masa ini plasenta menghasilkan steroid seks dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu terjadi pula peningkatan hormon PRL dari hipofisis anterior. Plasenta juga membentuk human chorionic somatomammottropin (hCS), human placental lactogen (hPL), atau human chorionic thytrotropin (hCT). <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Faktor Penyebab Kehamilan Ektopik<br />
Penyebab utama kehamilan ektopik adalah salpingitis akut: aglutinasi permanen pada lipatan endosalping dapat memungkinkan lewatnya sperma yang berukuran lebih kecil sementara ovum yang telah difertilisasi (morula) terperangkap dalam kantung tertutup yang terbentuk akibat perlengketan. Kegagalan kontrasesps, perubahan hormonal dan terminasi kehamilan sebelumnnya juga berperan untuk meningkatkan kehamilan resiko kehamilan ektoipik (Norwitz, 2008).<br />
<br />
<br />
ETIOLOGI<br />
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebapnya tidak di ketahui. tetapi kehamilan di mulai dengan pembuahan telur dibagian ampula tuba dan dalam parjalanan keuterus tulur mengalami hambatan sehingga padasaat nidasi masih di tuba dipermudah.<br />
1). Faktor dalam lumen tuba<br />
Faktor dalam lumen tuba<br />
a. endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu. <br />
b. pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping. <br />
c. operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.<br />
Faktor pada dinding tuba :<br />
a. endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.<br />
b. devertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi ditempat itu.<br />
Faktor diluar dinding tuba :<br />
a. perlekatan peritubal dengan distori atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur. <br />
b. tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.<br />
Faktor lain :<br />
a. migrasi luar ovum, yaitu perjalan dari ovarium kanan ketuba kiri atau sebaliknya. Hal ini dapat memperpanjang sel telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.<br />
b. fertilisai in vitro.<br />
<br />
PATOFISIOLOGI<br />
Proses patologi implantasi ofum yg dibuahi yg terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di fakum uteri,telur dituba bermidasi secara kolumner atau interkolumner.pada yang pertama telur berimlantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping perkembangan sel telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya fasku arisasi dan biasanya telur mati ecara dani dan kemudian diresorbsi.pada imdasi interkulumner telur bermadasi antara 2 jonjot endosalping setelah tempat di midasi tertutup,maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis.kerna pembentuk an desidua di -tuba tidak sempurna malah kadang-kadang tidak tampak dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot dengan menusuk jaringan dan pembuluh darah perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor seperti tempat implatas,tebel dinding tuba,dan banyaknya pendarahan oleh infasi inrofoblas. Pengarang Profesor Doktor Dokter Sarwono Prawiroharjo,SpOG (13 Maret 1906 -10 Oktober 1983) Dan profesor Doktor Hanifa Wiknjosastro,SpOG (18 September 1915 -18 Februwari 1995).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 3. Komplikasi Kehamilan Ektopik (Klikdokter, 2008/b)<br />
. <br />
Menurut Mochtar (1998) Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik yaitu sebagai berikut, faktor uterus yaitu tumor rahim yang menekan tuba. Faktor tuba yaitu penyempitan lumen tuba oleh Karena infeksi endosalfing, tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk. Gangguan Fungsi rambut getar (silia tuba)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
ANATOMI DAN FISIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK<br />
Anatomi Kehamilan Ektopik<br />
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa kehamilan ektopik paling banyak terjadi di tuba, adapun anatomi kehamilan ektopik adalah sebagai berikut :<br />
Tuba Fallopii <br />
Menurut Manuaba (2004) tuba fallopi berasal dari duktus Mulleri, panjangnya sekitar 11-14 cm. Tuba fallopii terdiri dari:<br />
1) Pars interstisialis: 3-5 cm dalam dinding uterus. <br />
2) Pars istmika, bagian tersempit dengan diameter 2-3 mm.<br />
3) Pars ampula, bagian terlebar dengan diameter 4-10 mm.<br />
4) Pars infundibulum tubae, fimbriae dapat melakukan ovum pick up mechanism.<br />
5) Otot tuba identik dengan otot polos, yaitu: longitudinal dan sirkular, yang kedua otot ini dipengaruhi otot perbandingan antara estrogen dan progestron.<br />
6) Mukosa berlipat-lipat, terutama di bagian ampula:<br />
a) Epitel kubik sampai silindris dengan sebagian mempunyai villi.<br />
b) Mempunyai kelenjar yang dapat mengeluarkan cairan.<br />
c) Villi berfungsi untuk mengalirkan cairan ke arah uterus.<br />
d) Gerak villi dipengaruhi oleh perbandingan estrogen dan progestron. Estrogen mengaktifkan gerak villi, sedangkan progestron menghambat gerak villi.<br />
7) Sitem pembuluh darah tuba, yaitu: Ramus tubarisus art uterina asenden dan Ramus tubarius art ovarika, melalui ligamentum infundibulopelvikum.<br />
8) Sistem aliran limfe – bersama dengan fundus uteri melalui ligamentum infundibulopelvikum menuju kelenjar limfe para aorta.<br />
Didnding tuba merupakan lapisan luar dari kapsularis yang merupakan lapisan dalam dari hasil konsepsi. karena tuba tidak dan bukan merupakan temoat normal bagi kehamilan, maka sbagian besar kehamilan tuba akan terganggu pada umur enam sampai sepuluh minggu kehamilan. nasib dari konsepsi bias mati dan kemudian diresorbsi, terjadi abortus tuba, ibu mengalami keguguran dan terjadi rupture tuba. bila robekan kecil maka hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba, sedangkan dari robekan terjadi pendarahan yang banyak (Lutan, 1998).<br />
<br />
<br />
<br />
Perdarahan yang terjadai karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villikoriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus pada lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi korialis kearah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismmika (Wiknjosastro, 2007).<br />
<br />
<br />
Gambar 4. Tuba fallopi terlihat pada kanan atas dan kanan bawah (Academic, 2008)<br />
<br />
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vasakularisasi kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna (Rachimhadhi, 2007).<br />
Ditemukan meningkatnya kejadian kehamilan ektopik mungkin sekali berkaitan dengan meningkatnya infeksi tuba falopi. Diperkirakan akibat adanya cacat pada transpor tuba falopi. Adanya IUD memberikan peningkatan resiko kehamilan ektopik. Pada peristiwa ini yang terkenal dengan nama abortus tuba., ovum untuk sebagian atau seluruh nya ikut memasuki lumen tuba dan keluar daari ostrium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan pada ampulla; darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga<br />
Peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi olah tekanan dari dinding tuba (Wiknjosastro, 2007).<br />
<br />
Uterus<br />
Uterus berbentuk seperti buah advokat yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5.25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.uterus ini sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik (Wiknjosastro, 2007).<br />
Uterus merupakan genitalia vital bagi wanita. Bentuk uterus seperti buah pir dengan ukuran 7,5x5,5x2,5 cm, berat normal sekitar 55-60 gram. Dapat dibagi 2/3 korpus uteri dan 1/3 serviks uterina. Uterus merupakan jaringan dengan susunan otot tiga lapis, longitudinal, sirkular, dan oblika dengan anyaman sedemikian rupa. Fungsi uterus sangat berat khususnya untuk prokreasi dengan jangka waktu yang panjang sekitar 280-288 hari. Berat uterus pada wanita hamil sekitar 9-12 kilogram (Manuaba, 2004).<br />
Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri ats jaringan ikat yang tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding pelvis. Didalamnay ditemukan banyak pembuiluh darah, antara lain vena dan arteria uterina. Ligamnetum sakro-uterinum sisnistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, ke arah os sakrum kiri dan kanan. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang menahan uterus dari dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan (Wiknjosastro, 2007).http:/en.academikru/pictures/anwiki/71/gray 589.Dikes 13 maret 2010<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 5. Uterus terlihat pada bagian atas (Skygle, 2008)<br />
<br />
<br />
Vagina <br />
Vagina adalah sebuah tabung berlapis otot yang membujur keatas dan condong kebelakang, sejak dari vestibulum hingga ke rahim. Selain berlapis otot juga dikelilingi jaringan pembuluh darah yang akan penuh ketika ada ransangan seksual. Dalam keadaan biasa tabung menyempit karena dinding-dinding saling mendekat. Vagina adalah saluran penghubung antara vestibulum pudendi dan seik uteri. Panjang dinding depan 9 cm dan dinding belakang 14 cm, epitelnya adalah epitel gepeng berlapis yang mengandung banyak glikogen (Daili, 2007).<br />
vagina menerima aliran darah dari cabang desenden art uterine cabang Art hipogastrik, memelihara serviks, dua pertiga vagina bagian atas berasal dari duktus mulleri. Art uterine masuk melalui ligamentum kardinale mackonrodt, dekat serviks. vagina yang berasal dari kloaka mendapatkan darah dari Art pundendalis interna, ranting dari Art rektalis mediana, keduanya mengadakan anantomosis disekitar vagina bagian bawah dan cabang vagina Art vesikalis inferior (Jones, 2005).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 6. Vagina (Lolitafiles, 2009)<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 7. Vaginal fornix (Materinstvo, 2008) <br />
<br />
Epitel vagina terdiri dari epitel bertingkat yang cukup tidak mengandung kelenjar, tetapi dapat terjadi transudasi karena dibawah epitel vagina banyak terdapat banyak pembuluh darah, khususnya hubungan seks. Mukosa vagina 1/3 bagian bawah mempunyai lipatan-lipatan horizontal yang disebut “rugae”. Pada gadis atau mereka yang tidak mempunayai anak, rugae-rugae tersebut masih jelas tampak. Pada dinding vagina sering terdapat kista garner, sebagai sisa dari duktus wolfii. Asalkan tidak menggangu gartner, tidak memerlukan pengobatan. (Manuaba. 2004).<br />
<br />
<br />
<br />
Vagina mendapatkan darah dari arteria uterina, yang melalui cabangnya keserviks dan vagina memberikan darah kebagian bawah 1/3 atas vagina. Arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberi darah 1/3 bagian tengah. Arteria hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna, yang memberikan darah ke bagian 1/3 bawah vagina Cabang desenden Art uterine cabang Art hipogastrik, memelihara serviks, dua pertiga vagina bagian atas berasal dari duktus mulleri. Art uterine masuk melalui ligamentum kardinale mackonrodt, dekat serviks. Vagina yang berasal dari kloaka mendapatkan darah dari Art pundendalis interna, ranting dari Art rektalis mediana, keduanya mengadakan anantomosis disekitar vagina bagian bawah dan cabang vagina Art vesikalis inferior. (Wiknjosastro, 2007).<br />
Ovarium<br />
Terletak di bagian belakang fossa ovarika. Ovarium berkaitan dengan uterus melalui ligamentum ovarii properium di bagian belakang ligamentum lantum, sistem pembuluh darah berasal dari ramus ovarika – art ovarika dan ramus ovarika – art uterina asenden. Mesovarium adalah bagian dari ligamentum latum yang menghubungkan ovarium dengan ligamentum latum. Bagian ovarium yang mengarah ke peritenium, tertutup oleh lapisan epitel kubik atau silindris, disebut “Eputhelium germinativum”. Ukuran ovarium 1,5 x 3 x 2,5 cm dengan berat 4-6 gram. Pada korteks ovarii terdapat folikel dengan berbagai kematangan yang setiap bulan siap untuk terjadi ovulasi. Jumlah folikel sekitar ribuan, namun yang mampu dalam siklus primordial sampai graaf folikel, hanya sekitar 600 buah, jika wanita tersebut tidak kawin (Manuaba. 2004).<br />
<br />
Gambar 8. Ovarium (Radiographics, 2004)<br />
<br />
<br />
<br />
Secara normal,sel telur dibuaaha di tubafalopi dan tertanam dirahim meskipun begatu jika pipa menyempit atau tersumbat sel telur bisa bergerak lambat atau tersangkut sel.<br />
telur yang dibuahi bisa tidak pernah sampai ke rahim, mengakibatkan kehamilan ectopik. Kehamilan ectopic biasanya terjadi di salah satu tuba falopi (sebagai kehamilan tubal) tetapi bisa terjadi di tempat lain. Janin dalam kehamilan ektopik tidak bisa bertahan hidup. http://ayajha 2.files.wordpres.com/2009/08/etro i.-Diaskes 3 April 2010.s<br />
<br />
<br />
Fisiologi Kehamilan Ektopik<br />
Manusia baru mulai terbentuk ketika sebuah sel sperma dari sekian juta yang keluar waktu bersenggama berhasil membuahi sel telur (ovum). Dari berjuta-juta sel sperma yang masuk pada ujung atas vagina, hanya beberapa ribu saja yang berhasil menerobos masuk ke dalam rongga rahim. Dari jumlah itu hanya beberapa ratus yang mampu mencapai saluran telur melalui bagian tanduk (cornu) rahim. Manusia baru sebenarnya mulai tersusun ketika kromosom-kromosom dari sel sperma dan sel telur itu bergabung menjadi satu. Dengan dikendalikan oleh gen, sel kemudian membelah diri sampai terbentuk manusia baru, seperti yang telah diuraikan di depan (Jones, 2005).<br />
Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur, pembuhan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang menggelumbung dari tuba falopii. Di sekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang banyak mengeluarkan ragi untuk melindungi zat-zat yang melindungi ovum, kemudian masuklah satu sel mani dan bersatu bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini yang disebut pembuahan (Mochtar, 1998).<br />
Sel sperma mempunyai kepala, badan, dan ekor. Dikepala terletak kromosom, sedang badannya merupakan sumber tenaga, dan ekornya bertugas sebagai pendayung ketika berenang di daerah kelamin wanita. Ketika mencapai sel telur, kepalanya menembus kulit luar sel telur. Kepala itu kemudian terpisah dari badan dan ekor, yang tertinggal di kulit telur dan hancur Sel telur di bentuk sebelum wanita dilahirkan, dan sesudah itu tidak ada sel telur <br />
<br />
<br />
<br />
bsaru yang berkembang. Hal iini berbeda dengan yang terjadi pada pria. Pada pria, sel sperma secara terus menerus dibentuk sejak masa remaja hingga lanjut usia (Sadler, 1997).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 9. Struktur sperma (Wikimedia, 2008) <br />
<br />
<br />
<br />
Gambar 10. Struktur ovum (Tutorvista, 2009) <br />
<br />
Ketika memasuki sel telur, kepala sel sperma (tempat kromosom tersimpan) terkupas kulitnya sehingga kromosom terbuka. Dengan demikian, bertemulah dua kelompok kromosom yang masing-masing terdiri dari 23 buah, untuk kemudian bersatu dan membentuk sel baru yang berkromosom 46. Dengan cara ini, jumlah kromosom dalam sel manusia dapat dipertahankan agar tetap 46 buah (Jones, 2005).<br />
Fertillisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampulla tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakan ke kavum uteri dan di tempat yang akhir ini mengadakan inplantasi di endometrium. Keadaan paa tuba yang menghambat atau menghalangi gerakan ini, dapat menjadi sebab bahwa inplantasi terjadi pada endosalping; selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang dibuahi memberi pradisposisi untuk implantasi diluar kavum uteri, akan tetapi kiranya hal ini tidak banyak terjadi (Rachimhadhi, 2007).<br />
Pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita., terjadi di ampulla tuba falopi. Spermatozoa bergerak dengan cepat kedalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus didalam tuba.Spermatozoa dapat bertahan hidup didalam saluaran reprodiksi wanita selam kira-kira 24 jam (Sadler 1997). <br />
<br />
gambar 10. Sperma menembus ovum (Dicts, 2009) <br />
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak oleh rambut getar tuba menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim, peristwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi <br />
diperlukan waktu kira-kira enam sampai tujuh hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri atau plasenta hasil dari nidasi ini adalah<br />
blastula. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua. Blastula ini akan masuk kedalam desidua. Bila nidasi telah terjadi dimulailah diferensiasi sel-sel blastula (Mochtar, 1998).<br />
Wanita memiliki sifat kewanitaannya, karena setiap sel dalam tubuhnya memiliki 44 otosom dan dua kromosom X, kecuali sel telurnya. Sifat kewanitaan itu di perkuat oleh tidak adanya kromosom Y dalam sel-sel tubuh. Karena tidak memiliki kromosom Y, maka alat kelamin akan berkembang sebagaimana mestinya. Juga didapat bukti-bukti, dengan tidak adanya kromosom Y membuat seorang wanita memiliki jiwa yang fiminin (Jones, 2005).<br />
<br />
<br />
Gambar 11. Proses kehamilan (Britannica, 1998) <br />
Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum graviditatis dan trofoblas, uterus menjadai besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan etopik. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping, tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai pada kehammilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan olehpelepasan desidua yang degrenatif (Wiknjosastro, 2007).http://media- 2.wep britania.com/eb-media /89/2689-004-554fi Dikes Apil2010. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
PENANGANAN<br />
Penanganan pada kehamila ektopik pada umunya adalah laparotomi.dalam tinadakan demikian,beberapa hal harus diperhatikan dan di pertimbangkan yaitu kondisi penderita pada saat itu,keinginan penderita akan sistem reproduksinya,lokasi kehamilan ektopik,kondisi anatomi organ pelvik, kemampuan tehnik bedah mikro dokter operator,dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpigetomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpigostomi atau reanastomosis tuba,apabila kondisi penderita buruk misalnya dalam keadaan syok , lebih baik dilakukan salping gektomia. Pada khusus kehamilan ektopik dipars ampularis tuba yang belum pecah pernah ditangani dengan menggunakan kemo terpi untuk menghindari tindakan pembedahan.kriteria khusus dengan pengobatan cara ini : kehamilan dipars ampullaris tuba belum pecah,diameter kantung gistasi kurang atau sama dengan 4 cm,pendarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml.<br />
<br />
prognosis<br />
Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral,sebagai wanita menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0% - 14,6 %.untuk wanita dan anak yang sudah cukup,sebabnya pada operasi dilakukan salpigektomia bilateralis dengan sendirinya hal ini perlu disetujui oleh suami istri sebelumnya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
A.KESIMPULAN<br />
Penyebab utama kehamilan ektopik adalah salpingitis akut: aglutinasi permanen pada lipatan endosalping dapat memungkinkan lewatnya sperma yang berukuran lebih kecil sementara ovum yang telah difertilisasi (morula) terperangkap dalam kantung tertutup yang terbentuk akibat perlengketan. Kegagalan kontrasesps, perubahan hormonal dan terminasi kehamilan sebelumnnya juga berperan untuk meningkatkan kehamilan resiko kehamilan ektoipik.<br />
B.SARAN<br />
Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit sehingga bisa dilakukan penanganan labih awal dan menghindari terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjadinya terjangkitnya penyakit ini. Keperawatan harus memberikan asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Academic. 2008. (Online). http://en.academic.ru/pictures/enwiki/71/Gray589.png. Diakses 13 Maret 2010.Oleh Jacoeb, T.Z. 2007.Ektopik tiologi Reproduksi Pada Wanita. Dalam : Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Cetakan Kesembilan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.(<br />
<br />
<br />
Ayuzha. 2009. (Online). http://ayuzha2.files.wordpress.com/2009/08/etro1.jpg. Diakses 3 April 2010.Oleh Jarcho. 1949. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kesembilan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.P<br />
<br />
Britannica. 1998. (Online). http://media-2.web.britannica.com/eb-media/98/26998-004-554F159B.jpg. Diakses 10 April 2010.<br />
Jones, L.W. 2005. Setiap Wanita Panduan Terlengkap Tentang Kesehatan Kebidanan dan Kandungan. Delapratasa Publishing.<br />
<br />
Pengarang Profesor Doktor Doktor Sarwono Prawiharjo, SpOG (13 Maret 1906- 10 Oktober 1983),Dan Profesor Doktor Hanifah Wiknjosastro,SpOG (18 September 1915-18 Febuari1995).<br />
Penerbit yayasan bina pustaka sarwoso prawiroharjo bagian kebidanan dan kandungan fakultas kedokteran unefersitas indonesia, jln selenba raya 6,kota pos1432 jakarta pusat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-45256693991119734722011-05-16T22:34:00.001-07:002011-05-16T22:34:55.738-07:00penyakit menular seksualPENYAKIT MENULAR SEKSUAL<br />
<br />
• Referensi<br />
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini. <br />
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan. <br />
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul “seks aman” adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogamy di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin. <br />
Beberapa penyakit menular seksual: <br />
• Klamidia – klamidia adalah PMS yang sangat berbahaya dan biasanya tidak menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali. <br />
• Gonore – gonore adalah salah satu PMS yang sering dialporkan. 40% penderita akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan. <br />
• Hepatitis B – vaksin pencegahan penyakit ini sudah ada, tapi sekali terkena penyakit ini tidak dapat disembuhkan; dapat menyebabkan kanker hati. <br />
• Herpes – terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati untuk mengurangi gejala tetapi tidak dapat disembuhkan. <br />
• HIV/AIDS – dikenal pertama kali pada tahun 1984, AIDS adalah penyebab kematian ke enam pada laki-laki dan perempuan muda. Virus ini fatal dan menimbulkan rasa sakit yang cukup lama sebelum kemudian meninggal. <br />
• Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin – PMS yang paling sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin. <br />
• Sifilis – jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati yang serius. <br />
• Trikomoniasis – dapat menyebabkan keputihan yang berbusa atau tidak ada gejala sama sekali. Pada perempuan hamil dapat menyebabkan kelahiran premature. <br />
Klamidia <br />
Tipe: Bakterial <br />
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal. <br />
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis. <br />
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan. <br />
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan, jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di mana sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut. <br />
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan. <br />
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini. <br />
Gonore <br />
Tipe: Bakterial <br />
Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral. <br />
Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul, sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil. <br />
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan. <br />
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup jantung dan/atau otak. <br />
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada proses persalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore. <br />
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini. <br />
Hepatitis B (HBV) <br />
Tipe: Viral <br />
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi; melalui transfusi darah. <br />
Gejala: Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat. <br />
Pengobatan: Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi terinfeksi secara kronis. <br />
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan. <br />
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati. Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis. <br />
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani dan secret vagina paling mungkin dipertukarkan adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus hepatitis B melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari pemakaian narkoba suntik dan memakai jarum suntik bergantian. Bicarakan dengan petugas kesehatan kewaspadaan yang harus diambil untuk mencegah penularan Hepatitis B, khususnya ketika akan menerima tranfusi produk darah atau darah. Vaksin sudah tersedia dan disarankan untuk orang-orang yang berisiko terkena infeksi Hepatitis B. Sebagai tambahan, vaksinasi Hepatitis B sudah dilakukan secara rutin pada imunisasi anak-anak sebagaimana direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics. <br />
Herpes Genital (HSV-2) <br />
Tipe: Viral <br />
Cara Penularan: Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin. <br />
Gejala-gejala: Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali. <br />
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV-2. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius. <br />
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin. <br />
HIV/AIDS <br />
Tipe: Viral <br />
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui. <br />
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik. <br />
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar. Lihat Prenatal Risk Assessment: AIDS untuk infomasi lebih lanjut tentang AIDS dan kehamilan. <br />
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah. <br />
Sebuah ciuman, apakah sekedar sebuah ciuman? <br />
Bahkan ciuman dapat merupakan sumber infeksi. Menurut Centers for Disease Control Amerika Serikat, "Ciuman dengan mulut terbuka dianggap sebagai aktifitas seksual yang sangat kecil risikonya untuk terjadinya penularan HIV. Namun, ciuman dengan mulut terbuka dalam waktu yang lama dapat merusak mulut atau bibir sehingga memungkinkan HIV berpindah dari orang yang terinfeksi ke pasangannya dan memasuki tubuh pasangan tersebut melalui luka yang ada di mulut. Karena adanya kemungkinan risiko penularan ini, CDC merekomendasikan pelarangan untuk berciuman dengan mulut terbuka dengan pasangan yang terinfeksi. Sebuah kasus mengindikasikan adanya seorang perempuan yang terinfeksi HIV dari pasangannya karena terpapar darah yang terkontaminasi saat melakukan ciuman dengan mulut terbuka. Morbidity and Mortality Weekly Report tanggal 11 Juli 11, 1997, berisi artikel tentang hal ini". <br />
Sumber: Centers for Disease Control (info lebih lanjut.) <br />
<br />
Human Papilloma Virus (HPV) <br />
Tipe: Viral <br />
Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral. <br />
Gejala-gejala: Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan. <br />
Pengobatan: Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains dari virus ini berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker vulva, vagina, penis dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virus HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan Amerika setiap tahunnya. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Pada bayi-bayi yang terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil pada tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan. <br />
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan. Kondom hampir tidak berfungsi sama sekali dalam mencegah penularan virus ini melalui hubungan seks. <br />
Sifilis <br />
Tipe: Bakterial <br />
Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi. <br />
Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau "chancres" yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh. <br />
Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata bayi. <br />
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan. <br />
Trikomoniasis <br />
Tipe: Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis. <br />
Prevalensi: Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki. <br />
Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut. <br />
Gejala-gejala: Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala. <br />
Pengobatan: Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya. <br />
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur. <br />
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini. <br />
Infeksi Saluran Reproduksi lain yang tidak dipaparkan di sini di antaranya: <br />
• Bakterial Vaginosis – Menyebabkan nyeri saat buang air kecil, jika tidak diobati dapat menyebabkan kegagalan ginjal. <br />
• Kandidiasis - Kandidiasis, atau infeksi jamur, sesungguhnya bukan PMS namun dapat juga ditularkan melalui hubungan seksual, menyebabkan rasa seperti terbakar, gatal dan tidak nyaman. Dapat diobati dengan obat yang dijual tanpa resep, namun biasanya dapat kambuh. info lebih lanjut. <br />
• Chancroid – Luka atau bintil yang besar dan nyeri, dapat pecah. <br />
• Granuloma Inguinale – Menyebabkan luka-luka yang tidak terasa sakit yang dapat membesar dan mudah berdarah. <br />
• Lymphogranuloma Venereum – Menyebabkan lesi-lesi, luka dan abses pada lipat paha. <br />
• Molluscum Contagiosum – Virus ini menyebabkan lesi-lesi yang halus dan mengkilap yang harus dihilangkan satu per satu oleh dokter. <br />
• Mucopurulent Cervicitis (MPC) – Menyebabkan keluarnya keputihan dari serviks, dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul atau keguguran pada ibu hamil. <br />
• Nongonococcal Urethritis (NGU) – Mengenai laki-laki dan dapat menyebabkan masalah pada saat buang air kecil, dapat disebabkan oleh klamidia. <br />
• Penyakit Radang Panggul/Pelvic Inflammatory Disease (PID) – Dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, menular melalui hubungan seksual atau cara-cara lain. Dapat menyebabkan rasa nyeri, kemandulan dan bahkan kematian.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-21246941242312136652011-05-11T16:53:00.000-07:002011-05-13T13:25:06.721-07:00USGUSG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.<br />
<br />
Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada). Baru pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik.<br />
<br />
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat ini Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendetektian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.<br />
<br />
3 <br />
2. Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui menderita insufisiensi uteroplasenta, misalnya pre-eklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, diabetes mellitus berat; atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia. <br />
3. Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui. <br />
4. Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya sulit <br />
ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir. <br />
5. Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua DJJ yang berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia gestasi, dan atau ada riwayat pemakaian obat-obat pemicu ovulasi. <br />
6. Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales. <br />
7. Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan tanggal hari <br />
pertama haid terakhir.<br />
8. Teraba masa pada daerah pelvik.<br />
9. Kecurigaan adanya mola hidatidosa.<br />
10. Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical cerclage).<br />
11. Suspek kehamilan ektopik. <br />
12. Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta praevia. <br />
13. Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi, transfusi intra uterin, tindakan <br />
“shunting”, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan “chorionic villi sampling” (CVS).<br />
14. Kecurigaan adanya kematian mudigah / janin.<br />
15. Kecurigaan adanya abnormalitas uterus.<br />
16. Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).<br />
17. Pemantauan perkembangan folikel.<br />
18. Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu.<br />
19. Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau ekstraksi pada janin kedua <br />
gemelli, plasenta manual, dll.<br />
20. Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion.<br />
21. Kecurigaan terjadinya solusio plasentae.<br />
22. Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong.<br />
23. Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin pada kasus ketuban pecah <br />
preterm dan atau persalinan preterm.<br />
24. Kadar serum alfa feto protein abnormal.<br />
25. Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan.<br />
26. Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya.<br />
27. Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda.<br />
28. Pemeriksaan janin pada wanita berusia di atas 35 tahun.<br />
Tampilan Gambar <br />
Tampilan gambar pada layar monitor dapat berupa ampiltudo (A),brightness (B),time-motion (T- M), dan Doppler. Tampilan Amplitudo saat ini sudah tidak dipergunakan lagi dalam bidang obstetri ginekologi. Tampilanbrightness saat ini sudah merupakan gambaran yang nyata (real- <br />
time), artinya yang kita lihat adalah yang juga sedang diperiksa, misalnya pada waktu janin <br />
bergerak, maka pada saat yang sama kita juga dapat melihat pada layer monitor bayi yang <br />
sedang bergerak (Gambar 1).. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
4 <br />
Gambar 1. Tampilan B-mode pada layar monitor <br />
Pada pemeriksaantime-motion atau lebih sering disebut “M-mode” dapat dilihat suatu grafik pergerakan yang berhubungan dengan keteraturan dan satuan waktu, misalnya dari pergerakan katup jantung dapat diukur berapa frekuensi denyut jantung janin dalam satu menit dan dapat dilihat apakah teratur atau tidak (Gambar 2). Selain itu, dapat juga diukur ketebalan dinding jantung janin, serta patologi yang ada pada jantung dan daerah sekitarnya. TampilanDoppler memungkinkan kita melihat denyut pembuluh darah, arah aliran darah (memakai doppler berwarna) dan melakukan kalkulasi kecepatan aliran darah (velositas) dalam pembuluh darah. <br />
Gambar 2. Tampilan M-mode pada denyut jantung janin <br />
Semakin tinggi frekuensi gelombang suara, maka semakin pendek gelombang suara yang dipergunakan, sehingga gambar yang dihasilkan lebih jelas dan rinci (memiliki resolusi tinggi). Kebalikannya bila semakin tinggi frekuensi yang dipergunakan, maka kedalaman penetrasi gelombang suara semakin rendah (dangkal), artinya untuk pemeriksaan organ superfisial atau yang dekat dengantransduser lebih baik memakai frekuensi tinggi (> 5 MHz), misalnya USG transvaginal atau payudara. <br />
Ketajaman gambar juga dipengaruhi oleh fokus. Fokus dapat diatur melalui mesin USG oleh operator, fokus ditempatkan pada daerah yang akan diamati. Khusus untuk pemeriksaan jantung janin hanya dipergunakan satu fokus saja, sedangkan untuk organ lainnya cukup dua <br />
Ketajaman gambar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu frekuensi, fokus, resolusi aksial, <br />
resolusi lateral, artefak, dan resolusinear-field / far-field. <br />
<br />
5 <br />
buah fokus. Semakin banyak fokus yang dipergunakan, semakin banyak energi yang dipakai, sehingga gambar USG semakin tidak tegas gambarannya. Pada Gambar 3 dapat dilihat penempatan fokus yang salah (Gambar A) dan benar (Gambar B). Ketajaman gambar akan sangat berbeda dan hal ini akan mempengaruhi ketepatan hasil diagnostik sonografisnya. <br />
Gambar 3. Pada gambar (A) letak fokus dibawah dari obyek yang akan dinilai sedang pada <br />
gambar (B) letak kedua fokus tepat pada obyek yang akan dinilai <br />
Resolusi aksial dan lateral mempengaruhi ketajaman gambar. Resolusi aksial adalah kemampuan untuk membedakan dua titik pada daerah yang tegak lurus dengan transduser. Resolusi lateral adalah kemampuan untuk membedakan dua titik pada daerah horizontal (lateral) terhadap transduser. Selain itu, ketajaman gambar juga dapat dipengaruhi oleh adanya artefak. <br />
Persiapan Pemeriksaan <br />
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan USG adalah : <br />
a. Pencegahaninfeksi <br />
b. Persiapanalat <br />
c. Persiapanpasien <br />
d. Persiapanpemeriksa <br />
a. Pencegahaninfeksi <br />
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat mencegah penyebaran infeksi. EpidemiHIV/AIDS telah menjadikan pencegahan infeksi kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu pemeriiksaan USG transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina. <br />
1)Risiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
9 <br />
Setiap mesin mempunyai konfigurasi tampilan tombol-tombol yang berbeda, sehingga setiap pemeriksa harus menyesuaikan dengan peralatan yang dipakainya serta mengenali semua lokasi dan fungsi tombol-tombol yang tersedia (Gambar 7). <br />
Transduser dipegang oleh tangan yang terdekat dengan tubuh pasien, hal ini untuk mencegah terjatuhnya transduser tersebut. Sebaiknya pemeriksa duduk dikursi ergonomis yang dapat bergerak, berputar, dan dapat diatur ketinggiannya agar posisi tangan sama tinggi dengan dinding perut pasien (pemeriksaan USG transabdominal) atau duduk di depan perineum pada saat melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Mesin USG harus dapat dijangkau oleh tangan kiri pemeriksa agar pemeriksaan tersebut dapat optimal dan tidak membuat lekas lelah. <br />
Pemeriksa juga harus berlatih dengan baik agar dapat merasakan bahwatransduser tersebut merupakan kepanjangan dan bagian dari tangannya (terutamatransduser transvaginal) sehingga adanya tahanan, konsistensi masa, atau perlekatan dapat dirasakan. Jangan memegangtransduser terlalu kaku dan kuat karena akan menimbulkan cedera pada lengan dan bahu. Pemeriksa juga harus mengetahui program pencegahan infeksi universal. <br />
Gambar .7. Tampilan tombol-tombol padkeyboard USG <br />
(Sumber : RSIA Hermina Jatinegara) <br />
Selain itu, pemeriksa diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir (continuing professional development / CPD). Kemampuan diagnostik seorang sonografer dan sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan latihan yang dilakukannya. <br />
Teknik Pemeriksaan <br />
Pemeriksaan USG obstetri dan ginekologi dapat dilakukan melalui cara : <br />
1. Transabdominal <br />
2. Transvaginal, <br />
3. Transperineal / translabial, <br />
4. Transrektal,atau <br />
5. Pemeriksaan USG invasif <br />
1. Pemeriksaan USG transabdominal <br />
Sebelum memulai pemeriksaan perhatikan pengaturan pemindaian, pada layer monitor akan tampak gambaran tampilan USG transabdominal. Tentukan mana posisi kanan transduser kemudian samakan dengan posisi kanan pasien dan kanan layar monitor (Gambar 8 - 11). <br />
Sembilan Manfaat USG Bagi Kehamilan <br />
<br />
Ultransonografi atau USG memiliki banyak manffaat. Alat yang menggunakan gelombang suara ini digunakan dalam dunia kedokteran kandungan sejak 1961. Tidak ada efek samping berarti dari USG asal tidak digunakan terus menerus selama berjam-jam. Beberapa hal yang bisa diketahui dari penggunaan USG antara lain adalah :<br />
<br />
1. Konfirmasi kehamilan : Di usia kehamilan lima setengah minggu, embrio dapat dilihat lewat USG. Di usia 7 minggu, detak jantung janin dapat diketahui<br />
2. Usia kehamilan : ukuran tubuh fetus biasanya digunakan untukj mengukur usia kehamilan. Ukuran ini bisa diketahui lewat pemantauan dengan USG> Tanggal persalinan pun dapat diperkirakan dengan mudah.<br />
3. Pertumbuhan dan perkembangan janin<br />
4. Ancaman keguguran : jika terjadi pendarahan vagina awal, USG dapat menilai kesehatan dari tetus. Detak jantung janin jelas berarti prospek yang baik untuk melanjutkan kehamilan<br />
5. Plasenta bermasalah : USG dapat menilai kondisi plasenta dan menilai adanya masalah seperti plasenta previa (plasenta menutup jalan lahir)<br />
6. Hambil ganda/kembar : jumlah fetus dapat dipastikan lewat USG. Karena itu, bila ada bayi kembar, orangtua dapat mengetahuinya sejak awal.<br />
7. Ukuran cairan ketuban : lewat USG, cairan ketuban bisa diukur. Jumlah cairan ketuban yang berlebih maupun kurang dapat mempengaruhi kondisi janin. Mengecek lewat USG sangat bermanfaat untuk keperluan ini.<br />
8. Kelainan posisi janin : kelainan posisi atau letak janin seperti sungsang dan melintang juga bisa dipantau lewat alat canggih ini<br />
9. Jenis kelamin bayi : bagi banyak orang, hal ini merupakan abgian terpenting dalam proses kontrol kehamilan.<br />
<br />
Sumber : tabloid Gaya Hidup Sehat edisi 377 / 6-12 oktober 2006Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-904565872041512980.post-34825905919653419312011-05-11T16:51:00.000-07:002011-05-13T13:25:07.083-07:00VITAMIN DAN FUNGSINYATak hanya bermanfaat menjaga vitalitas dan daya tahan tubuh, konsumsi vitamin secara teratur dapat mencegah berbagai penyakit. Vitamin merupakan nutrisi tanpa kalori yang penting dan dibutuhkan untuk metabolisme tubuh manusia. Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia, tetapi diperoleh dari dari makanan sehari – hari. Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor ( elemen pembantu ) untuk reaksi enzimatik.<br />
<br />
Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya, termasuk regenerasi kulit, penglihatan, system susunan syaraf, system kekebalan tubuh, dan pembekuan darah. Tubuh membutuhkan jumlah yang berbeda untuk setiap vitamin. Setiap orang punya kebutuhan vitamin yang berbada pula.<br />
<br />
Dari penjabaran tersebut, mungkin kita ingin tau jenis-jenis vitamin apa saja dan khasiat yang terkandung di vitamin tersebut. Berikut Jenis Vitamin dan Khasiatnya :<br />
1. Vitamin A<br />
Dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembangunan jaringan yang normal (normal development of tissues), memelihara kesehatan kulit dari dalam, dan melindungi kulit dari luar terhadap infeksi. Juga melindungi dari segala jenis bentuk kanker, bukan kanker kantong kering ya, hhe. Vitamin A juga perlu untuk penglihatan. Sumber Vitamin ini dapat diperoleh dari buah melon, mangga, tomat, apricot (apricot), papaya, dan jruk kepruk (tangerines) dan tentunya wortel.<br />
2. Vitamin B1/Thiamin<br />
Esensial untuk berbgai fungsi tubuh, produksi energy, dan membantu memelihara kesehatan syaraf dan otot. Membantu tubuh membuat dan mamakai protein. Sumbernya : Tomat.<br />
3. Vitamin B2 / Riboflavin<br />
Vitamin B2 terlibat dalam banyak proses tubuh, khususnya memproduksi energi yang tersedia dari makanan, pertumbuhan pada anak- anak, dan memperbaiki dan memelihara jaringan tubuh, membantu menata kembali keasaman tubuh. Sumber : Tomat.<br />
4. Niacin ( bagian dan B kompleks)<br />
Niacin mengompromikan asam nikotin (nicotinic acid) dan nikotinamida (nicotinamide), yang keduanya dibutuhkan untuk produksi energy dalam sel-sel. Nikotinamida terlibat dalam proses enzim, termasuk metabolism asam lemak (fatty acid), pernapasan jaringan (tissue respiration) dan pembuangan racun, esensial untuk fungsi otak, membantu menyeimbangkan kandungan gula darah dan menurunkan tingkat kolesterol. Sumber vitamin yang satu ini yaitu, tomat, kacang tanah dan alpukat.<br />
5. Pantothenic Acid ( bagian dari B kompleks )<br />
Memainkan sebuah peran sentral dalam membuat energy dari lemak dan karbohidrat yang tersedia untuk produksi substansi esensial lemak, memelihara kesehatan kulit dan rambut. Sumbernya, tomat, stroberi dan alpukat.<br />
6. Vitamin B6 / piridoksin ( pyridoxine)<br />
Dibutuhkan tubuh untuk membuat protein, membantu keseimbangan hormone seks, antidepresi dan diuretic alami A, membantu mengendalikan reaksi alergi. Sumbernya, pisang, biji-bijian, kacang-kacangang dan alpukat.<br />
7. Biotin<br />
Dibutuhkan untuk memproduksi energy dari makanan tersedia, misalnya untuk sintesis lemak dan untuk ekskresi (pengeluaran) produk limbah protein. Sumber: kacang-kacangan, oat (sejenis gandum), almond, tomat, anggur, semangka dan cerry.<br />
8. Foliate / asam folik ( folic acid )<br />
Dibutuhkan untuk produksi berbagai substansi esensial dalam tubuh, berperan penting bersama-sama vitamin B12 dalam pembelahan sel yang cepat, membuat materi genetic (DNA) untuk setiap sel, dibutuhkan untuk memelihara fungsi system imunitas, esensial untuk fungsi otak dan syaraf. Sumber : Kacang tanah, biji-bijian, hazelnut (sejenis kemiri), kacang mete, walnut (sejenis kenari) dan alpukat.<br />
9. Vitamin B12 / sianokobalamin (cyanoncobalamin)<br />
Dibutuhkan untuk produksi (manufaktur) materi genetic (DNA dan RNA), terlibat dalam pembentukan (formasi) sel darah merah, esensial untuk syaraf, menangani asap tembakau dan racun lainnya. Sumber : buah-buahan tertentu diindikasikan mengandung vitamin ini, tapi hal ini belum dikonfirmasikan secara ilmiah.<br />
10. Vitamin C / asam askrobat (ascorbiacid)<br />
Memperkuat system imunitas dalam memerangi infeksi, menjaga tulang, kulit dan sendi kokoh kuat, ada sebuah hubungan kuat antara masukan vitamin C yang lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah atas serangan jantung, stroke, katarak, dan beberapa jenis kanker. Vitamin ini mudah teroksidasi dan rusak karena panas. Sumber : stroberi, jeruk lemon, buah kiwi, jeruk, anggur, jeruk limau, dan tomat.<br />
11. Vitamin D / kalsiferol ( calciferols ).<br />
Dibutuhkan untuk penyerapan kalsium dari makanan, untuk penggunaan kalsium dan fosfor, memperngaruhi pertumbuhan dan kekuatan tulang dan gigi, serta bersama-sama kalsium terkait dengan kesehatan syaraf dan otot. Sumber : berjemur matahari.<br />
12. Vitamin E / d-alpha tocopherol ( d-alfa tokoferol)<br />
Vitamin E dibutuhkan sebgai antioksidan, yang melindungi tubuh dari efek samping oksidasi yang berbahaya. Makin banyak lemak tak jenuh ganda yang Anda makan, semakin banyak pula vitamin E yang dibutuhkan untuk meilndungi lemak tersebut dari oksidasi. Meningkatkan penyembuhan luka dan fertilititas (kesuburan), baik untuk kulit. Sumber : biji bunga matahari, kacang tanah, kacang almonds, hazelnut, biji pinus, biji wijen, oat dan alpukat.<br />
13. Vitamin K / phylloquione (pilokuinon)<br />
Esensial untuk pembentukan protein, mengendalikan penggumpalan darah dan fungsi lainnya. Vitamin K dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang. Sumber vitamin K tersebut: Tomat.Unknownnoreply@blogger.com0